Toxic relationship

1.5K 85 0
                                    

"Je, lepas anjing! "

"Nggak bakal. Udah diem aja"

Doyoung terus memberontak. Berusaha melepaskan ikatan pada tangan dan kakinya dengan tubuh yang di dudukkan di kursi.

"Bajingan! Lepasin! Lo kenapa sih?! "

Jeongwoo terkekeh. Ia lalu berjalan mendekat kearah Doyoung yang masih memberontak.

Jari-jari panjangnya menyentuh dagu Doyoung, membawa wajah itu agar mau menatapnya.

"Lo masih tanya gue kenapa, hm? "
Jeongwoo menyejajarkan wajahnya dengan Doyoung. Menatap mata bulat yang kini terlihat tajam milik Doyoung dengan tatapan serigala miliknya.

"Siapa yang suruh lo jalan sama Hariz kemarin? "

"Nggak ada"

Jeongwoo mengangguk dengan seringai kecil.
"Mau jadi sasimo lo? "

Doyoung yang mendengar itu jelas terkejut sekaligus marah. Ia tak terima atas apa yang dikatakan Jeongwoo padanya.

"Apa? Sasimo? "Doyoung terkekeh pelan. "Ngaca, Je. Disini yang sasimo siapa? Ngaca! "

Jeongwoo mengangkat satu alisnya.
"Gue? Mana ada gue sasimo? "

"Halah. Mana mau sadar diri? "

Jeongwoo mengeratkan cengkraman tangannya pada dagu Doyoung.
"Nggak usah memutar balikkan fakta. Kalau salah ya salah aja"

"Siapa yang memutar balikkan fakta? Jelas-jelas disini yang paling sering main di belakang elo. Bukan gue. Siapa yang pulang balapan tengah malem langsung ke club? Siapa yang kalo di markas di godain sama lonte terima-terima aja tanpa adanya penolakan? Elo, Je! Apa gue pernah protes? Apa gue pernah marah, ngelarang? Enggak sekalipun! Terus sekarang, giliran gue cuma jalan sama Hariz, kenapa lo marah-marah? Bahkan sampe nyeret gue pulang di depan Hariz? Anjing lo! "

"Gue tau, mungkin gue emang sebajingan itu. Tapi inget, lo cuma punya gue, Doyoung. Gue nggak masalah lo mau pergi sama siapa, asal jangan sama Hariz. Lo tau sendiri, hubungan gue sama Hariz itu nggak akur"

"So? Hubungan kalian yang nggak akur, kenapa gue dibawa-bawa? "

Jeongwoo melepas cengkramannya pada dagu Doyoung, lalu mengusap wajahnya kasar.

"Ya lo mikir dong! Gue sama Hariz punya hubungan yang nggak baik. Lo pacar gue. Dan lo deket sama Hariz. Apa lo nggak mikir resikonya, hah?! "

Doyoung terdiam, lalu terkekeh pelan.
"Yaelah, pak. Jadi ceritanya lo khawatir gitu? "Wajahnya yang semula kesal itu kini berubah seketika.

"Ngotak! "Setelahnya, Jeongwoo beranjak keluar dari ruangan itu. Menyisakan Doyoung yang menatapnya bingung, lalu berteriak kencang.

"MINIMAL BUKAIN TALINYA BEGO! WOY"

"BERISIK! "

"MAKANNYA BUKAIN! LO MAU GUE---"

"Berisik"Jeongwoo kembali masuk dengan pisau di tangannya.

"Ngapain bawa pisau? Lo mau bunuh gue ya?! "

"Ngawur! "

"Ya terus lo ngapain? "

"Katanya minta di bukain talinya. Ini mau gue buka"

Doyoung mengangguk. Membiarkan Jeongwoo untuk melepas ikatan talinya.

"Kekencengen ya gue nalinya? "

"Hah? "

Jeongwoo meraih tangan Doyoung. Mengusapnya pelan, karena terlihat merah.

"Sakit? "

"Perih dikit"

"Sorry"

Doyoung menatap Jeongwoo bingung.
"Lo kenapa deh, Je? Jangan aneh gini deh"

"Aneh gimana? "

"Lo nggak kayaa gini biasanya"

Jeongwoo tersenyum. "Dibiasain makannya"

"Diem ya! "

"Haha... Kenapa? Deg-deg an lo kalau gue kaya gini? "

"Bodoamat! "Doyoung keluar dari ruangan itu. Meninggalkan Jeongwoo yang masih cekikikan akibat ulah Doyoung.

DoyoungieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang