3/3

720 60 0
                                    

Pertarungan panas yang dilakukan oleh Doyoung dan Jeongin belum juga berhenti. Ia agak kuwalahan. Karena pening di kepalanya datang kembali. Juga suhu tubuhnya yang terasa lebih panas daripada sebelumnya. Ditambah teman-temannya yang tidak memberikan tanda-tanda akan datang karena masih sama. Masih bertarung dengan sisanya.

"Muka lo udah pucet banget. Kalau nggak mampu ngimbangin gwe, berhenti aja. Daripada lo mati, nyusul temen lo"

Hati Doyoung yang masih sensitif membahas kematian teman satu gengnya mendadak emosinya naik. 

"Gwe bakal bunuh lo sekarang juga, Jeongin"

Jeongin tertawa keras memegangi perutnya. "Lo mau bunuh gwe dengan tubuh lo yang udah letoy kaya gini? "

"Diem lo! "Doyoung kembali maju. Memberikan pukulan tepat pada rahang Jeongin.

Namun lagi-lagi Jeongin malah tertawa. Membuat Doyoung bingung. Apa yang lucu?
"Cuma segitu? "

Tangan Jeongin merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan sebuah belati kecil. Mata Doyoung membulat. Tidak adil!

"Maju lo, Kim"

Doyoung berdiam diri. Sebenarnya ia benar-benar ingin menghajar Jeongin habis-habisan. Namun lagi-lagi, kepalanya pusing. Padangannya seolah berputar. Membuat fokusnya hilang. Hingga belati yang tadinya masih di pegang Jeongin, kini seudah tertancap apik pada bahu kirinya. Membuatnya meringis merasakan sakit. Namun ia masih menggenggam kuat flashdisk yang berada ditangannya. Walau tubuhnya kini sudah limbung. Terjatuh menyapa trotoar yang kasar.

Jeongin mendekat. Berusaha merebut flashdisk dari genggaman Doyoung. Namun Doyoung masih kukuh memeganginya. Hingga Jeongin menendangi tubuh Doyoung.

Dan hal yang Doyoung takuti terjadi. Pandangannya perlahan buram. Ia rasa ia akan kehilangan kesadarannya setelah ini. Namun sebelum netranya benar-benar tertutup. Ia melihat sebuah cahaya mobil yang menyorot ke arah mereka. Juga Jeongin yang sekarang sudah tidak berada di depannya lagi. Setelahnya pandangannya benar-benar gelap. Dengan suara berisik yang menganggu pendengarannya.





















Matanya mengerjap perlahan. Merasakan pening di kepalanya mulai menyerang, Doyoung memegangnya.

"Udah bangun? "

Suara berat yang masuk ke gendang telinganya membuatnya memberikan atensi pada tiga orang yang baru saja datang. Lalu detik berikutnya, raut wajahnya berubah menjadi panik. Dengan gerakan cerobohnya, ia hendak duduk. Lalu setelahnya merasakan ngilu pada bahunya. Melupakan sebuah fakta kalau ia baru saja tertikam belati.

"Kemana flashdisk gwe? "

"Flashdisk? Kita nggak nemuin apa-apa. Flashdisk yang lo maksud juga nggak ada"

Jawaban yang tidak doyoung harapkan. Ia seolah putih asa. Matanya siap untuk menurunkan buliran bening.

Plak!

Yoshi memukul lengan lelaki di sampingnya. Yang hanya di balas senyuman samar.

"Cengeng"

Mata Doyoung melotot. Tak terima dikatakan cengeng oleh salah satu dari mereka. Dan mendapat anggukan semangat dari dua orang lainnya.

"Lo harus tanggung jawab atas hilangnya flashdisk gwe, Kim Junkyu"

Yang disebut namanya hanya memasang ekspresi bingung. "Kenapa harus gwe? "

"Karena lo yang pertama kali jawab pertanyaan gwe"

Junkyu hendak protes tidak terima, sebelum tangan Yoshi membekap mulutnya dengan kuat.

DoyoungieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang