Hyunsuk dibuat bingung oleh sikap kekasihnya yang uring-uringan sejak pagi tadi. Hyunsuk datang ke markas mereka, simanis ini sudah dalam mood yang buruk.
"Honey... "
Hyunsuk berusaha membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh Doyoung. Namun sepertinya kesayangannya tidak mengizinkannya.
"Hey, kamu kenapa, sih? Jangan kaya gini dong. Kakak bingung tahu. Coba sini, cerita apa yang salah"
Tangan Hyunsuk bergerak untuk mengelus punggung Doyoung yang masih betah bersembunyi. Bahkan Hyunsuk saja khawatir, jika didalam selimut tebal itu pasti Doyoung susah bernapas lama-kelamaan.
"Nanti sesek loh lama-lama sembunyi"
Tak ada jawaban. Bahkan bergerak sedikitpun tidak ada. Hyunsuk menghela napas kasar. Bingung dengan cara apalagi yang harus ia lakukan agar Doyoung mau keluar dari buntalan selimut tebal itu.
"Kakak keluar dulu, ya. Nanti kalau ada apa-apa, panggil aja"
Suara pintu tertutup terdengar. Doyoung segera membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Mengambil pasokan oksigen yang kian menipis sejak bersembunyi tadi.
Hyunsuk merebahkan tubuhnya keatas kasur empuk markas mewah miliknya juga yang lainnya. Ia merogoh ponsel yang sejak tadi berada di saku celananya. Jemarinya dengan lihai memilih satu nomor untuk ia hubungi.
"Halo, Ji. Suruh yang lain balik sekarang. Ini si kecil daritadi uring-uringan. Sekarang malah diemin gwe. Balik cepet. Gwe ngerasa jadi manusia paling bersalah ini"
Setelahnya, Hyunsuk memutuskan panggilan sepihak. Bahkan tanpa menunggu jawaban dari seseorang yang ia telpon.
Beberapa menit menunggu, samar-samar suara sepeda motor dengan jumlah yang lebih dari tiga itu terdengar. Hyunsuk segera bangkit dari tidurnya, segera berlari menuju lantai bawah.
"Kenapa, Suk? "
Tanya Jihoon, orang pertama yang memasuki markas mereka."Gwe ada salah nggak? Ini si Doyoung kok diemin gwe? "
Pertanyaan Hyunsuk membuat yang lainnya berpikir. Mengingat-ingat apakah ada yang salah dengan Hyunsuk.
"Kayanya nggak deh, bang. Dari kemarin lo sama si gemes mulu, kan? Lo aja balik kerumah baru semalem gara-gara lupa kasih makan nemo"
Yang lain mengangguk setuju mendengar penuturan Jeongwoo."Bentar. Gwe mau coba. Jangan-jangan marahnya bukan cuma ke lo doang"
Jihoon melempar kunci motornya kearah Junkyu. Untung saja Junkyu punya reflek yang bagus.
"Bby"kepalanya mengintip kedalam kamar si manis. Mendapati Doyoung yang sedang merebahkan tubuhnya dan bermain game diponselnya.
Jihoon tersenyum. Kakinya melangkah mendekatkan diri pada Doyoung. Perasaannya sudah campur aduk. Takut-takut jika Doyoung juga menyikapinya sama seperti Hyunsuk.
"Kakak tadi beli permen. Mau? "
Jihoon duduk dipinggiran kasur. Mengusap pucuk kepala Doyoung dengan lembut sembari menyodorkan sebuah permen pentol yang sempat ia beli di minimarket tadi.Namun Doyoung masih tetap sibuk pada layar ponselnya. Bahkan netranya tak mau menatap Jihoon barang sedetikpun.
"Jangan terlalu fokus gitu, ih. Kakak malah kamu cuekin"
Tangan besar Jihoon menutup layar ponsel yang dimainkan Doyoung.Doyoung tentu kesal. Ia menatap Jihoon dengan tajam. Lalu membalik tubuhnya. Membelakangi Jihoon yang sudah panas dingin.
'Ternyata bukan ke Hyunsuk doang'
"Yaudah kalau nggak mau. Kakak keluar dulu ya. Bentar lagi jamnya makan malam. Jangan telat makan"
Setelah kembali mengusak kepala si manis, Jihoon pergi dengan berat hati. Dan saat membuka pintu pun ia dikejutkan dengan sepuluh orang yang berdiri menunggunya di depan kamar Doyoung.
"Gimana, Hoon? "
Jihoon menggeleng. "Ternyata bukan cuma ke lo doang, Suk"
Jam makan malam telah tiba. Kini 12 orang itu tengah duduk dikursinya masing-masing untuk menyantap makanan yang dipesan secara online oleh Yoshi.
Hanya satu orang yang benar-benar fokus menatap makanannya. Karena sisanya sesekali mencuri pandang kearah simanis, dan terkadang membuat sebuah kode pada yang lain.
Selesai acara makan malam, mereka tidak langsung bubar. Sebenarnya, hanya Doyoung yang belum selesai.
Dan Doyoung benci situasi ini.
Kenapa mereka menatapnya terus-menerus?Akhirnya kepala yang sejak tadi tertunduk untuk menatap makanan, kini terangkat. Menatap mereka satu-persatu dengan tatapan kesal.
"Apa?! "
Yang lain jelas panik. Buru-buru mengalihkan pandangannya. Entah melihat lantai, atap, memainkan jari, sibuk dengan ponsel, dan macam sebagainya.
Doyoung mendesis kesal. Diletakkannya sendok serta garpu yang digunakan untuk makan itu dengan agak kasar. Lalu menyambar segelas air putih yang berada di hadapannya.
"Eh, habisin dulu makanannya"
Jaehyuk yang berada di kanan Doyoung menahan pergelangan tangannya."Kenyang"
"Kenyang gimana? Kata bang Hyunsuk kamu nggak mau makan apa-apa dari pagi tadi"omel Asahi.
Mendongak menatap netra indah simanis yang sedang berdiri."Ih! Kenyang! "
"Iya, oke-oke. Kenyang. Tapi duduk dulu"ujar Yedam dengan lembut.
Jaehyuk menarik pelan pergelangan tangan Doyoung agar kembali untuk duduk dikursi.
"Oke, to the point aja, lo kenapa? "
Doyoung menoleh. Menatap Junkyu yang baru saja bertanya sambil menopangkan dagu pada kedua tangannya yang bertumpu di meja makan."Kenapa? "
"Ditanyain jangan nanya balik"
Haruto menyahut. Melipat tangannya didepan dada."Ya lagian pertanyaannya setengah gitu. Maksudnya kenapa tuh, gimanaaaa? "
"Dari pagi tadi kata bang Hyunsuk lo diemin dia. Terus sama bang Jihoon juga. Kurang jelas gimana? Lo nggak ngerasa apa? "Jeongwoo berujar menimpali.
Jujur saja, Doyoung agak menciut. Tatapan tajam dan mengintimidasi milik Jeongwoo tidak main-main.
"Sstt... Pelan aja, Woo. Oke, sebelumnya, kakak mau tanya. Kita ada salah sama Doyoung, kah? Kenapa Doyoung sikapnya kaya gini, hm? "Setelah mengusap lengan Jeongwoo untuk memberi ketenangan, Mashiho menatap lembut kearah Doyoung. Tak lupa dengan senyuman manis, walau terlihat tipis.
Doyoung diam. Bibirnya kelu hanya untuk terbuka sedikit saja. Mati-matian ia menahan air mata yang akan turun.
"Jahat"ujarnya lirih.
Setelahnya, Doyoung pergi meninggalkan ruang makan itu. Berdiri dengan kasar, dan langkah yang agak cepat.