Kunci (I)

932 87 8
                                    

Doyoung terus menatap punggung milik seseorang yang selama ini ia kagumi. Semua yang dilakukannya, sangat luar biasa di mata Doyoung.
Bahkan kini ia tak sadar, jika ranum merah mudanya tertarik keatas. Mengulas sebuah senyuman tipis.

"Ji, berkas kemarin ditaruh mana? "

"Tanya Heeseung coba. Kemarin terakhir pegang dia"

"Oke"

"Eh, bentar"

Kini dahi Doyoung mengerut. Mimik wajahnya berubah menjadi kesal. Melihat tangan Jihoon yang memegang pergelangan tangan milik Hana. Teman satu organisasinya. Sekaligus kekasih Jihoon.

"Kenapa? "

"Kalau lewat kantin, titip minum dong. Terserah apa aja"

Hana mengangguk. Menerima beberapa lembar uang kertas dari tangan Jihoon.

Doyoung mendengus, memilih untuk mengalihkan pandangannya. Sepertinya lantai adalah objek yang menarik untuk ia tatap saat ini.
Dengan mulut yang terus komat-kamit entah mengucapkan apa. Dan kembali menyadarkan diri bahwa Jihoon sudah berstatus menjadi milik oranglain

"Doy"

Doyoung terkesiap. Dibawanya kepala yang mulanya tertunduk itu untuk mendongak. Menatap Jihoon yang baru saja memanggilnya.

"Apa? "

"Lo kenapa? Lihatin lantai mulu. Mending lihat gwe, lebih menarik"

"Udah kenyang gwe lihatin lo mulu, kak"

Alunan tawa yang terdengar tampan itu menggetarkan hati mungil Doyoung. Yang kini memilih untuk kembali menatap lantai daripada Jihoon.

Beberapa menit berlalu, dengan heningnya ruang osis itu. Hingga tak lama kemudian, seseorang masuk kedalamnya. Hana, yang membawa sekantung es teh, diikuti Yedam dibelakangnya.

Hana berjalan mendekat pada Jihoon. Sedangkan Yedam berjalan menuju Doyoung.

"Beb, ngantin mau nggak? "

"Males jalan gwe"

Yedam memutar bola matanya malas.
"Duduk aja di kursi. Gwe dorong"

"Malu-maluin aja"

"Ayolah... Gwe traktir deh. Sebelum rapatnya mulai ini"

Doyoung berdecak malas. Lalu dengan kasar ia berdiri dari kursinya. Berjalan mendahului Yedam yang kini sudah kegirangan.

"Balik cepet ya, rapat enam menit lagi mulai"teriak Jihoon pada kedua oknum yang baru saja meninggalkan ruangan osis.































"Akhirnya.... "

Sorak gembira terdengar dari ruang osis itu. Rapat yang mereka laksanakan akhirnya berakhir juga. Butuh waktu sekitar 3 jam untuk menyelesaikannya.

Entah waktu itu termakan untuk diskusi, bercanda, atau sekedar istirahat dengan memainkan ponsel atau mengobrol ringan.

Sekolah juga sudah sepi dari 2 jam yang lalu. Hanya tersisa para anggota osis. Bahkan para guru ataupun penjaga sekolah juga sudah pulang.

"Yaudah. Bubar-bubar"seru Jihoon. Memutuskan untuk bangkit terlebih dahulu, dan menarik beberapa teman-temannya. Memaksa mereka untuk berdiri.

"Jangan sampai ada yang ketinggalan"peringat Jihoon, yang mendapat anggukan dari para anggotanya. Tidak diragukan lagi. Jihoon adalah ketua osis yang baik.

Dan kini para anggota mulai meninggalkan ruangan yang mereka gunakan untuk rapat.

"Dam! "

Yedam menoleh. Lalu menghampiri Doyoung yang baru saja memanggilnya. "Kenapa? "

DoyoungieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang