Doyoung melangkahkan kakinya dengan penuh semangat. Senyum bahagia yang sedaritadi ia suguhkan, belum luntur juga. Ditambah lagi dengan satu botol air mineral yang sedang ia genggam.
Tujuannya sekarang adalah lapangan sepak bola. Ia akan menghampiri kekasihnya yang baru saja selesai berlatih untuk pertandingan yang akan diadakan beberapa minggu lagi.
Namun kala baru saja menginjakkan kaki di area lapangan, harapannya pupus seketika. Disana, ditengah lapangan, ia melihat kekasihnya yang sudah mendapatkan air minum juga handuk kecil dari wanita di hadapannya. Rasa nyeri menggerogoti hatinya. Akhirnya Doyoung memutuskan untuk mundur perlahan, berjalan menjauh dari tempat yang sebenarnya sudah seringkali membuatnya sakit hati.
Bel pulang sekolah berbunyi, Doyoung dengan cepat mengemasi peralatan sekolah yang berada di atas meja untuk masuk kembali kedalam tas miliknya. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, Doyoung menggendong tas miliknya itu di satu bahu saja. Ia keluar dari dalam kelas.
Tidak seperti biasanya. Jika biasanya ia akan menunggu di depan kelasnya, kini Doyoung melenggang begitu saja.
Parkiran juga sudah lumayan sepi. Entah dirinya yang terlalu lama keluar atau orang-orang yang terlalu terburu-buru keluar dari area sekolah.Awalnya Doyoung berjalan dengan damai, sebelum akhirnya tangannya ditarik dengan kuat. Membuat tubuhnya berputar kebelakang dan menubruk dada oknum yang menarik tangannya.
"Aduh! "Doyoung meringis. Mengusap dahinya beberapa kali.
Ia mendongak dengan bibir yang sedikit terbuka. Siap untuk melayangkan protes kepada seseorang yang dengan kurang ajar menariknya begitu saja.
Namun kala netranya menangkap sosok itu, Doyoung malah mengatupkan bibirnya. Emosi yang siap ia keluarkan tiba-tiba lenyap begitu saja. Sebenarnya tidak sepenuhnya lenyap. Mengingat di depannya ini adalah kekasihnya, yang tadi siang sudah berhasil membuat hatinya kebakaran.
"Apa?! "Tanya Doyoung sewot.
Namun hingga beberapa detik berlalu, kekasihnya tidak kunjung menjawab. Hanya menatap netra Doyoung dalam diam. Doyoung tentu kesal.
"Ih! Apa?! Kalau nggak jelas nggak usah kaya gini! "Omel Doyoung.
Kakinya hendak ia langkahkan untuk pergi menjauh, namun tangannya kembali ditarik.
"Apasih, Sa?! "
Kini reaksi berbeda yang didapat Doyoung. Kekasihnya mengangkat satu alisnya dengan bingung, namun tetap memperlihatkan tampang datar.
"Apa tadi? Sa? "
Mampus. Doyoung lupa jika kekasihnya ini sama sekali tidak suka jika hanya dipanggil dengan nama saja. Apalagi dengan status kekasihnya yang lebih tua. Mengharuskan Doyoung menggunakan embel-embel 'kak'.
"Lo panggil gue tadi apa, Kim Doyoung? "
Kini Doyoung yang mengernyit. Ia juga tidak terima jika kekasihnya memanggilnya begitu. "Kok Kim Doyoung?! "Protesnya.
"Nama lo Doyoung. "
"Nama kamu juga Asahi. "
"Oke. Gue sekarang panggil lo nama aja ya, Doyoung? "
Doyoung kembali merengut tidak suka. "Nggak mau! "
"Ya gue juga nggak mau kalau lo cuma manggil gue nama doang. Mana kak, nya? Lo nggak lupa kalau gue lebih tua kan? "
Doyoung menunduk lalu menggeleng. Asahi menghela napas. "Kenapa tadi pulang duluan? Kan biasanya gue nyuruh buat nunggu di depan kelas? "
"Males ah! "
"Males kenapa? "
"Males sama kamu. "
"Emang gue ngapain? "
Doyoung kembali mendongak. Ia memincingkan mata. Merasa tidak percaya dengan ketidak sadar dirian Asahi. "Ya menurut lo aja? "
Asahi kembali mengernyit. Benar-benar ada yang salah dengan kelinci manisnya ini.
"Lo? Kemana aku-kamu nya? ""Protes mulu! Kamu juga bahasanya lo-gue ke aku! "
"Tapi lo nggak boleh. "
"Kenapa?! "
"Anak lugu kaya lo nggak cocok pakai lo-gue. Pakai aku-kamu kaya biasanya. "
"Nggak mau! "Doyoung melipat tangannya di depan dada.
Asahi menghela napas. Jika sudah begini ia yang harus bersabar.
"Kenapa? Lo males ke gue karena apa? Jangan jawab 'ya menurut lo aja' lagi, kalau nggak mau gue buang boneka kebo punya lo. ""Boneka kebo?! Boneka gue yang bentuknya domba manis, imut dan lucu itu dibilang kebo?! Lo berani sama gue?! "
Asahi mengangguk santai. Langkahnya ia bawa untuk lebih dekat pada Doyoung. "Berani. "
Sial. Sekarang malah Doyoung yang merasa takut dengan Asahi. Padahal tadi ia yang sok-sokan berani.
"Kenapa diem? Jawab pertanyaan gue tadi. Lo kenapa males sama gue? "
"Nggak males, cuma... "Doyoung kembali menunduk.
Asahi yang jengah dengan kebiasaan Doyoung yang satu ini, akhirnya mengangkat dagu si manis agar kembali menatapnya. "Yang ngajak lo ngomong bukas aspal. "
"Maaf... "
"Cuma apa? "
Bibir merah mudah itu mengerucut lucu. "Aku kesel aja. "
"Kenapa? Gara-gara yang di lapangan? "
Doyoung mengangguk singkat. Asahi kembali menghela napas. Dikecupnya bibir yang masih mengerucut itu dengan lembut. "Kenapa? Lo masih nggak percaya ke gue kalau gue udah bener-bener selesai sama mantan gue? "
"Nggak gitu... "
"Terus? Nggak gitu, tapi kelakuan kamu mencerminkan kalau kamu belum bisa sepenuhnya yakin ke aku. Dengerin ya? Aku udah bener-bener selesai. Kejadian yang kamu lihat tadi, ataupun sebelum-sebelumnya waktu dilapangan, cuma kamu lihat setengahnya aja, kan? Kamu nggak lihat sampai selesai, sayang. Aku nolak handuk sama air yang dia kasih. Kenapa? Ya karena aku udah punya kamu. Dan aku rela nungguin kamu buat dateng kasih aku air sama handuk, sampai kehausan pun nyatanya kamu nggak dateng. "
Doyoung terdiam. Perasaannya campur aduk sekarang. Antara rasa bersalah, dan rasa senang.
"Kenapa jadi pakai aku-kamu? "
"Kenapa? Aneh ya? "Asahi bertanya.
"Nggak aneh. Tapi... "
"Kalau aneh, kaya biasa lagi aja. "
"Jangan! "Doyoung buru-buru menjawab. "Pakai aku-kamu aja. "
Asahi terkekeh gemas. Dikecupnya dahi sempit milik Doyoung.
"Iya. Pakai aku-kamu. "Pipi Doyoung mendadak panas.
"Maafin aku juga ya? Aku harusnya nggak ngambil kesimpulan terlalu cepat tanpa tahu gimana kejadian sebenarnya. ""Lucu banget minta maafnya, pipinya sampai merah begitu kenapa? "
Doyoung menggosok kedua pipinya. Berharap rona merah itu cepat hilang karena demi apapun Doyoung salah tingkah hanya karena Asahi menggunakan aku-kamu.
"Jangan digosok. Biarin aja hilang sendiri. Sekarang, kamu mau pulang sama pangeran kamu ini, atau naik bus sendiri? "
"Pulang sama pangeran, dong! "Jawab Doyoung dengan semangat.
Ah! Menggemaskan sekali. Asahi langsung menggandeng tangan Doyoung. Menuntunnya menuju tempat mobilnya diparkirkan.