Doyoung menatap pantulan tubuhnya di depan cermin besar yang terletak di kamarnya. Mukanya terlihat kesal. Padahal masih pagi.
"Senyum dong. Cemberut gitu sih? "
Sahut bundanya yang tiba-tiba saja berdiri di depan pintu kamarnya."Nggak mau berangkat! "
"Loh? Kok gitu, sih? Harus kuliah dong, nak.... "
"Mau kuliah, tapi sendiri"
"Sendiri gimana? "
"Ya sendiri. Sekarang dibawah, ada si serigala itu kan? "
"Hah? Oh... Jeongwoo? Iyalah. Biar berangkat bareng kalian tuh"
"Bun.... Aku nggak mau sama dia! "
"Kenapa? Jeongwoo tampan tahu. Pintar, berduit juga. Apa kurangnya?"
"Ya aku nggak mau! "
"Sayang, mungkin emang butuh paksaan buat kamu bisa nerima ini. Tapi mau nolak juga gimana? Ini perjodohan dari mendiang mama-nya Jeongwoo, sahabatnya bunda. Dan bunda juga ngerasa kalian tuh cocok. Dicoba dulu aja, ya? Dijalani. Jeongwoo tuh baik. Ya walaupun di belakang bunda sama ayah Jeongwoo suka jahilin kamu"
Doyoung semakin menekuk mukanya.
"Udah! Jelek banget kamu kaya gitu. Mending sekarang turun. Kasian Jeongwoo udah nunggu"
Doyoung mengangguk. Lalu mengikut bundanya dari belakang.
Sesampainya di ruang makan, pemandangan pertama yang dilihat oleh Doyoung adalah Jeongwoo yang sedang tertawa bersama ayahnya.
"Nah, itu anaknya"ujar sang ayah saat menyadari kehadiran putranya.
"Jeongwoo, titip ya. Nanti tolong ajak mampir beli makanan"
Doyoung menatap bundanya. "Bunda nggak masak? "
"Enggak. Bunda mau masakin ayah aja"
"Ih..... Kok gitu! Aku anaknya bunda loh"
"Iya. Tahu. Yaudah, sana-sana" bundanya mendorong-dorong bahu putranya melan, hingga mendekat kearah Jeongwoo.
"Yaudah. Sana berangkat. Kamu jangan susah diatur. Woo, kalau bandel, buang aja"
"Siap, bun"
Doyoung melotot. Apa-apaan ini? Tindakan kriminal!
"Mau makan dimana? "
"Nggak mau"
Jeongwoo menoleh melihat Doyoung sejenak. Lalu kembali fokus pada jalan.
"Lo jangan macem-macem deh. Lo mau dijadiin ayam krispi sama bunda?"
"Gwe males makan"
"Yaudah. Makan di kantin aja, ya"
"Males sarapan"
"Nanti jadi nggak fokus sama materi. Nurut aja apa susahnya, sih? Lagian lo mau sakit apa? "
Doyoung diam. Jeongwoo menghela napasnya pasrah. Memang susah.
Sampai di kampus, Doyoung langsung saja turun dari mobil Jeongwoo tanpa mengatakan sepatah kata.
Ngomong-ngomong, mereka berdua ini berbeda jurusan, tapi masih dalam satu lingkup. Hanya berbeda gedung saja. Dan bersebelahan.
Dan sebelum memasuki gedung fakultas miliknya, ia pergi untuk membeli sesuatu, lalu kembali.