Introgasi II

851 61 0
                                    

Sesuai yang dikatakan Junghwan di toilet tadi. Kini mereka terduduk dalam motor besar Junghwan.

"Lo mau mampir kemana gitu nggak? "Tanya Junghwan sedikit berteriak.

"Makan yuk"

Junghwan mengangguk. Melajukan motornya lebih kencang. Menuju sebuah rumah makan langganan Junghwan.































Sampai di tempat yang dituju, keduanya turun dari motor bergantian. Doyoung yang pertama, disusul Junghwan.
Keduanya melepas helm yang bertengger di kepala masing-masing.

"Susah... Tolongin"keluh Doyoung.

Ia menghadapkan tubuhnya pada Junghwan sepenuhnya. Tangannya menunjuk pengait helm yang tidak bisa ia buka.

Junghwan terkekeh. Ia mendekat, membantu Doyoung melepas kaitan helm itu. Dengan mudah. Lalu meletakkan helm keduanya di motor.

Tangan besar milik Junghwan menggenggam pergelangan tangan yang lebih kecil. Membawanya masuk kedalam rumah makan itu.

"Mau pesen apa? "Tawar Junghwan kala sudah sampai di meja pemesanan.

Doyoung nampak berpikir.
"Samain aja"jawabnya final.

Junghwan mengangguk. "Mbak, ayam bakarnya dua, es teh dua"

"Iya. Mohon ditunggu, ya"

Junghwan mengangguk. Kembali menarik tangan itu untuk di ajak duduk di salah satu bangku kosong. Letaknya berada di pojok, dekat cendela. Keduanya duduk saling berhadapan. Dengan Doyoung yang fokus pada handphone, dan Junghwan yang fokus pada orang dihadapannya. Yang tentu saja tak disadari oleh orang itu.

Diam-diam kedua sudut bibirnya terangkat. Membuat lengkungan keatas walau terlihat tipis.

"Doy"

"Hm"jawab Doyoung tanpa mengalihkan pandangan dari benda pipih miliknya.

Namun saat Doyoung menunggu apa yang akan diucapkan oleh Junghwan, ia sama sekali tak mendengar suaranya lagi. Memutuskannya untuk mengangkat kepalanya yang semula menunduk.

"Apa? "

Namun Junghwan malah menggeleng. Sebuah respon bodoh menurut Doyoung.

"Terus kenapa manggil? "Kesal Doyoung.

Junghwan tertawa. "Kenapa? Nggak boleh? "

Doyoung memalingkan wajahnya. Berpura-pura kesal. Padahal nyatanya ia sedang menghindari kontak mata dengan Junghwan yang baru saja mengeluarkan tawa tampannya yang jarang terdengar.

"Dih? Ngambek lo? "

Doyoung menggeleng.

"Terus kenapa? Lo liatin apa? "

"Lihatin mbak-mbak pelayan"

Junghwan ikut menoleh. Benar. Ada seorang pelayan wanita yang membawa nampan berjalan kearah meja mereka.

"Permisi, ini pesanannya"

"Makasih, mbak"jawab Doyoung dengan senyum ramahnya.

"Iya. Selamat menikmati"

Junghwan menatap Doyoung yang baru saja kembali menatap kedepan. Tepatnya kearah Junghwan.

"Apa? "

"Naksir lo sama mbak-mbaknya? "

"Hah? "

"Sampe lo lihatin gitu. Disenyumin juga"

Doyoung mengernyit bingung. Namun detik berikutnya ia mengangguk.
"Oh, emang kenapa? Mbaknya cakep sih"

Junghwan mengangguk. "Cakepan gua"

Doyoung menggeleng. "Pd lo"

"Pd dong. Kan emang gitu nyatanya? Gwe cakep. Lo aja naksir"

Doyoung menatap sinis Junghwan. Lalu menarik piring miliknya mendekat. Menyendokkan makanan dengan kasar pada mulutnya.

Junghwan yang mengamati hal itu kembali menyunggingkan senyum.
"Pelan aja. Nanti kalau kasar kena bibir atau daging mulut lo sakit loh"















































Setelah acara makan-makan, Junghwan mengantarkan Doyoung kembali kerumahnya.

"Thanks"ujar Doyoung sembari menyerahkan helmnya pada Junghwan. Kali ini ia hanya memakainya tanpa mengaitkannya.

Junghwan mengangguk. Tangannya terangkat, mengusak rambut Doyoung dengan pelan.

"Bersih diri, terus istirahat"

Doyoung mengangguk. Sebisa mungkin ia menahan agar tidak salto sekarang juga.

"Besok gwe jemput lagi. Jangan telat"

Doyoung menggeleng. "Nggak usah. Gwe bisa sendiri"

Junghwan ikut menggeleng.
"Gwe jemput pokoknya"

"Ngeyel banget lo? "Tanya Doyoung heran.

"Kenapa? Masak lo nggak suka crush lo membuka hatinya buat lo? "

Doyoung cengo. Memiringkan kepalanya sedikit. Junghwan yang merasa gemas lantas mencubit pipi yang tampak berisi itu.

"Dah ya. Gwe duluan. Bye cantik"

Doyoung masih diam. Bahkan sampai Junghwan sudah meninggalkan pekarangan rumahnya. Hingga beberapa detik setelahnya ia baru sadar.

"WOY WOY WOY?! INI APAAN?! INI APAAN HA?! APA MAKSUD LO JUNGHWAN?!"

Suasana sore hari yang mulanya tenang itu hancur karena teriakan Doyoung. Bahkan ia tak peduli jika tetangganya datang menegurnya.

DoyoungieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang