Someone said

895 76 7
                                    

Jihoon dibuat uring-uringan dengan sikap Doyoung belakangan ini. Si manis yang biasanya penuh dengan keingin tahuannya yang tinggi, dan cenderung banyak bicara, tapi sudah beberapa hari ini Doyoung banyak diam.

Bahkan saat ditanya kenapa, jawabannya pasti selalu tidak papa.
Membuat Jihoon merasa seperti orang gila karena seakan dipaksa memikirkan apa penyebab perubahan sikap kekasihnya.

Karena sudah mencoba mengajak Doyoung berbicara beberapa kali dan tetap tidak menemukan jawaban, akhirnya Jihoon mencoba cara lain.
Malam ini, Jihoon akan pergi ke apartemen milik kekasihnya itu.

Disambarnya jaket kulit kesayangannya dan memasukkan hp serta dompet kedalam sakunya. Tidak lupa mengambil kunci motor. Misinya akan berjalan malam ini. Dan Jihoon harus menemukan jawabannya. Harus.

Setelah beberapa menit perjalan, akhirnya Jihoon sampai di tempat Doyoung. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Jihoon dengan lihai menekan password pintu dan langsung membukanya.

Saat masuk kedalam, Jihoon disuguhkan pemandangan kekasihnya yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi.
Jihoon mendekat dan duduk disamping Doyoung, mengelus surai lembut itu dengan pelan.

Sedikit berjengit, merasa terkejut karena merasakan sentuhan tiba-tiba di kepalanya, Doyoung menoleh.

"Kak Ji? "

Jihoon hanya mengangguk dan tersenyum. Setelahnya ia ikut menonton acara televisi yang dipilih Doyoung. Membuat Doyoung mengernyit heran. Jihoon sengaja melakukannya. Tidak mengajak Doyoung berbicara, berharap Doyounglah yang berbicara lebih dulu.

"Kak Ji ngapain? "

Bibir Jihoon berkedut, ingin menyunggingkan senyum kala merasa menang disaat Doyoung bertanya lebih dulu. Namun ia tahan.

"Ngapain apanya? "

"Ngapain kesini? "

"Loh? Kenapa? Kamu nggak suka kakak kesini? "

Doyoung sedikit menciut mendengar pertanyaan serta tatapan Jihoon. Akhirnya memutuskan untuk kembali menatap televisi di depannya. Membuat Jihoon sedikit merasa tidak terima.

Akhirnya ia menggunakan cara lain. Tangannya meraih sebuah paper bag kecil yang ia beli di waktu perjalanan kesini. Membukanya dengan sedikit keras agar Doyoung menyadarinya.

Namun lagi-lagi, sepertinya gagal. Doyoung memang sempat meliriknya. Tapi, hanya melirik. Ini jelas bukan Doyoung yang biasanya. Karena setiap Jihoon membawa sesuatu, pasti si manis akan langsung beringsut mendekat atau bahkan duduk diatas pangkuannya dan bertanya
'kakak, itu apa? '

Ini bukan Doyoungnya! Jihoon tidak terima dengan sikap Doyoung yang terkesan acuh kali ini.

"Kok kamu diem aja sih?! "Tanya Jihoon sedikit kesal.

Doyoung yang sedang menonton televisi langsung kembali menatap Jihoon dengan bingung.

"Emang aku harus gimana? "

"Ini bukan kamu yang biasanya. Kamu kenapa? Kalau aku bawa sesuatu pasti kamu langsung kepo, kenapa ini nggak? "

Doyoung mengangkat bahu acuh.
"Emang itu apa? "

"Rahasia. Kamu nanyanya nggak dari tadi"

Sedikit tertegun mendengar jawaban Jihoon. Doyoung lalu menggeser tubuhnya agar duduk semakin dekat.

"Kok gitu? Kenapa? "

"Aku yang harusnya nanya kenapa. Kenapa kamu jadi beda gini? "

Doyoung diam sebentar, lalu menggeleng. "Aku nggak beda"

"Beda. Kamu jelas beda. Mulai dari kamu yang jadi lebih diem, terus kebiasaanmu yang suka nanya apa yang aku bawa juga udah nggak ada. Kalau nggak beda apa namanya? "

"Emang kak Ji nggak bosen sama sikap aku yang begitu? "

Jihoon memijat pelipisnya sebentar, lalu memegang kedua bahu Doyoung. Ditatapnya manik indah yang selalu membuatnya terpesona itu dengan tulus.

"Emang kakak pernah bilang kalau kakak bosan? Nggak kan? Kakak suka kamu yang kaya biasanya. Kamu yang kaya gini malah bikin kakak nggak tenang. Sekarang coba jelasin, kenapa tiba-tiba nanya kaya gitu? Kenapa tiba-tiba sikapmu berubah? "

"Aku bilang, tapi janji jangan marah ya? "

Remasan lembut dapat Jihoon rasakan pada lututnya. Akhirnya anggukan pelan Jihoon berikan untuk menjawab Doyoung.

"Ada orang yang bilang kalau sikap aku terlalu chilldish ke kamu. Dan itu bisa aja ngebuat kamu jengah sama sikap aku"

"Siapa orangnya? "Walaupun intonasi yang digunakan Jihoon terdengar tenang, namun Doyoung dapat merasakan bahwa atmosper disekitarnya berubah.

"Ya... Ada pokoknya"

"Kasih tau, siapa? "

"Ih... Ya ada"

"Ya siapa? Kasih tau kakak sekarang, atau kakak cari tau sendiri dan kasih pelajaran ke orang itu? "

Doyoung tidak bodoh dengan maksud dari perkataan Jihoon. Akhirnya ia memilih untuk mengalah daripada Jihoon harus menggunakan otot-ototnya untuk kekerasan.

"Mantan kamu"

"Seriously? "

"Yaiya, emang dia. Kenapa? Nggak percaya ya? Imagenya terlalu bagus buat kaya gitu? "

"Nggak gitu, sayang. Kakak cuma tanya, kenapa sewot? "

"Pertanyaan kamu seakan nggak percaya kalau dia orangnya"

Jihoon tertawa. "Kamu cemburu? "

"Ngapain? Enggak"

"Halah, cemburu itu... "

"Udah ya, stop! "

"Haha, iya-iya. Yaudah, kamu mau chesee cake? "

Doyoung yang mulanya menjauh dan memasang wajah kesal, kini mendekat. Raut penasaran yang Jihoon rindukan itu kembali lagi.

"Itu cheese cake? "

"Iya. Mau? "

Doyoung mengangguk. "Mau"

Jihoon tersenyum gemas. Tangannya terangkat guna mengusak surai yang lebih muda. "Lucu banget. Jangan pernah berubah cuma karena omongan oranglain ya? Tetap jadi diri kamu sendiri. Tetap jadi Doyoungnya kak Ji yang kakak kenal"



























Yash Double Up!

Selamat malam tahun baru semuanya!!

Makasih banyak buat kalian-kalian yang udah mampir dan vote, atau bahkan nyempatin buat komentar di sini. Lup yu❤

DoyoungieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang