Pagi ini Ilana di suguhkan dengan wajah tampan Malvin yang berdiri di depan pagar rumahnya. Bersandar di depan mobilnya sambil tersenyum konyol yang sayangnya membuat ketampanannya semakin bertambah.
Tumben sekali Malvin tersenyum seperti itu, apa di jalan tadi dia kerasukan? Mungkin saja Ilana sampai terheran-heran di buatnya.
"Kenapa?" Tanya Ilana cuek.
Malvin berjalan mendekat, telapak tangannya menyentuh puncak kepala Ilana kemudian mengacaknya gemas. Ilana diam membiarkan Malvin, dia juga rindu rambutnya di acak-acak heheh.
"Udah puas godain cowok hm?"
Aduh ini Malvin kenapa harus pake hm sihh, hm adalah kata-kata kelemahan Ilana jika Malvin yang mengucapkannya. Kalau yang lain mau hm hm sampai jadi Nissa Sabyan juga Ilana tidak peduli.
"Belom." Ketus Ilana.
"Kenapa sih cantiknya Avin marah-marah mulu hm?"
"Kamu nanyea?"
Malvin mencubit gemas pipi Ilana yang menggembung lucu. "Au, jalan-jalan yu?" Tawar Malvin.
Ilana diam, membiarkan Malvin menarik tangannya dan memasuki mobil.
"Kamu mau aku laporin?" Celutuk Ilana menatap Malvin sinis.
Malvin menoleh, alisnya terangkat sebelah. "Emang gua ngapain smpe di laporin?" Tanyanya.
"Kasus penculikan."
"Gua ga nyulik.”
"Nyulik.”
"Kaga, emang gua nyulik apa?"
Ilana menatap Malvin yang sedang menyetir. Ia dengan sengaja mendekatkan wajahnya berbisik di telinga Malvin. "Nyuri hati aku."
"Ga mempan dek, gua ga salting" Ejek Malvin.
Ilana mendengus sebal. "Ish, pura-pura salting gitu.” ketus Ilana.
Malvin terbahak mendengar Ilana, mengecup pelan punggung tangan gadis itu. “Avv salting.” Ucap Malvin dengan datar.
Ilana semakin jengkel mendengar suara lempeng Malvin, gadis itu dengan kesal menggigit lengan kekar itu. “Nyebelin!”
“Sakit ih.” Rintis Malvin pelan.
“Biarin!”
“Minta maaf cepet.”
Ilana menggeleng, melipat tangannya di depan dada. “Gak, kamu jahat.”
“Yang gigit gua siapa?”
“Gigi aku.”
“Yang punya gigi siapa?”
“Aku.”
“Jadi yang salah siapa?”
“Kamu lah, masa aku.”
Malvin mendengus pelan. “Ya udah iya, cewek mah ga pernah salah.”
***
Ilana menatap Malvin kesal, katanya mau jalan-jalan tapi kenapa dia hanya duduk menonton Malvin yang sedang sibuk mengangkat barbel di kedua tangannya?
Malvin memang sangat menyebalkan.
"Avin kenapa kemaren jauhin aku?" Tanya Ilana pura-pura tidak tahu.
Malvin mendelik, menatap Ilana sinis. "Ga usah pura-pura ga tau." ketusnya.
Ilana terbahak, berjalan mendekat ke arah Malvin. "Kenapa papah kamu ga suka sama aku?"
"Kaga tau."
Ilana hanya mengangguk, menatap taman yang ramai akan anak-anak sekolah. "Avin pulang aja yu, ga usah pamer lengan di taman. Ga boleh tauu." Ajak Ilana.
Malvin melihat sekeliling, rupanya cukup banyak cewek-cewek yang menatapnya. Pantas saja Ilana mengajaknya pulang, gadisnya cemburu ternyata.
"Ga mau ah." Goda Malvin, tangan kirinya terulur menarik kerah belakang bajunya ke depan.
Mata Ilana membulat galak melihat Malvin hendak melepas bajunya di taman. Apa Malvin gila?! Hey perut kotak-kotak itu tidak boleh di pertontonkan!
"Buka baju, aku ngambek sama kamu." Ucap Ilana Ketus.
Malvin terkekeh. "Kenapa sih? Ga mau perut gua di liat cewek-cewek yaa?" Goda Malvin.
Ilana mendelik, tidak merespon ucapan Malvin.
"Iya deh, perut gua yang boleh liat cuma mantan gua yang paling lucu." Goda Malvin yang membuat pipi Ilana bersemu.
"Dih siapa juga yang mau liat perut kamu, narsis banget jadi cowok."
"Dih, emang gua bilang kalau lu yang boleh liat perut gua? Mantan gua banyak bukan lu doang, narsis banget jadi cewek."
Ini Malvin kenapa nyebelin banget sih?
"Bacot.” Ketus Ilana, gadis itu mengentakkan kakinya di tanah kemudian berlalu pergi meninggalkan Malvin yang tertawa melihatnya. Sekedar info mantan Malvin yang paling lucu itu cuma Ilana! Yang lain mah kalah kalau lawannya Ilana heheh.
Malvin berlari kecil mengejar Ilana, menggenggam tangan mungil itu dengan tangan besarnya.
"Ga usah ngambek, mantan gua yang paling lucu cuma lu." Celutuk Malvin.
Kan benar apa kata Ilana tadi, mantan Malvin yang paling lucu itu cuma dia. Buktinya kalau dia tidak lucu ngapain Malvin menempel padanya yang hanya sekadar mantan.
***
Ilana duduk di atas kaki Malvin yang sedang bersandar di batang pohon. Menatap sungai di hadapannya. Ilana mendongak, menatap Malvin yang berdiri di belakangnya. "Avin jangan deket-deket sama aku, nanti papah kamu marah" Celutuk Ilana.
Malvin menunduk menatap Ilana yang memainkan rumput di tangannya. "Gapapa udah sering di marahin juga."
"Aku ga mau kamu di marahin lagi sampai di pukul." Ucap Ilana.
Malvin diam, memang kalau ayahnya tau dia melanggar aturan yang di buatnya pasti pria paruh baya itu akan memukulnya.
"Gua ga bisa jauh dari lu, gua gatau kenapa. Gua mau pergi tapi kaya ada yang nahan gua buat tinggalin lu lagi."
Ilana diam, berdiri di hadapan Malvin.
Oke keputusan Ilana sudah bulat demi kebaikan bersama.
"Kalau gitu ajak aku balikan sekarang, aku ga mau kita cuma jadi mantan yang hubungannya ga jelas kayak gini."
Ilana tau, Malvin tidak akan pernah mau mengajaknya balikan. Entah karena apa Ilana juga tidak tau.
"G-gua ga bisa, kita kaya gini aja yaa?" Malvin mencoba membujuk Ilana, menggenggam kedua tangan gadis itu erat.
"Kalau ga bisa, jauhin aku. Aku ga mau kaya gini. Aku cape punya status ga jelas mantan rasa pacar."
"La? Jangan kasihan sama gua yang sering di pukul papah. Lu ga pernah mikir sempit kaya gini sebelumnya."
"Aku ga kasihan sama kamu, aku kasihan sama diri aku sendiri. Aku cape, aku mau marah, mau larang kamu ini itu tapi aku sadar aku bukan siapa-siapa kamu. Aku cuma mantan kamu yang ga berhak larang kamu." Ilana berseru ketus, matanya memerah menahan tangis.
Malvin diam menatap wajah Ilana yang menahan tangisnya. Bukannya Ilana selalu melarangnya ini itu bahkan hanya dengan status mantan? Bahkan Ilana bisa memegang kendali hidup Malvin hanya dengan status mantan.
Mantan Malvin memang aneh, suka ga sadar diri. Tapi kalau ga aneh itu bukan Ilana.
"Bacot, ga usah drama gua ga suka." Sinis Malvin.
Ilana mendengus kesal dalam hati, gagal sudah rencananya.
“Buruan, kita pulang.”
“Kok cepet?” Ilana dengan lesu berjalan di belakang Malvin.
“Lu sih ngeselin.”
“Ish, ya udah iya minta maaf yaa sayang.”
“Gak.”
***
Aksa menjilati permen di tangannya, matanya menatap remeh ke depan. “Belum puasa bonyok?” Ejeknya.
“Bangsat!”
“Cupu, udah kalah masih aja berani nantangin.”
Kevland mengangkat tangannya ke atas, memberi isyarat agar teman-temannya diam. Laki-laki dengan tato kecil bergambar ular di lehernya menatap Malvin mengejek. “Kalau gua menang Lana buat gua, gimana?”
Malvin berdecih pelan. “Ok.”
“Shak?”
“Gapapa Ge, santai aja.”
Geo hanya mengangguk pasrah, menatap Malvin yang mengenakan helm full face nya. “Jangan kalah.” Ucapnya.
Malvin mengangguk pelan, menyalahkan motornya.
Suara deruman motor Malvin dan Kevland saling bersahutan di bawah langit sore, kedua musuh itu menunggangi motornya dengan gagah. Malvin dengan motor hitamnya dan Kevland dengan motor hijaunya.
ONE...
TWO...
THREE GO!!
Kedua motor besar itu melaju dengan cepat, Malvin memimpin di depan di susul Kevland yang tak jauh di belakangnya.
Posisi berganti, kini Kevland yang memimpin. Malvin hanya menatap datar jalanan di depannya, bibir remaja tampan itu tertarik sebelah.
Dalam hitungan ketiga, tepat di arah tikungan Malvin mempercepat laju motornya hingga berhasil mendahului Kevland. Malvin menambah kecepatannya, tak membiarkan Kevland mendahuluinya sampai di garis finish sana.
Seperti biasa, Kevland kalah untuk ke sekian kalinya. Malvin membuka helmnya, menatap Kevland remeh.
“Cabut.” Titah Malvin yang di setujui sahabatnya. Meninggalkan Kevland yang mengepalkan tangannya erat, melajukan motornya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My sweet Ex (Selesai)
Teen FictionYG BELUM BACA BURUAN DI BACA!! YG UDH BACA YAA BACA LAGI GAPAPA KOK!! VOTE JUGA YAAA🐣 ________ Siapa yang tak mengenal dua sejoli Abishaka Malvin Anggara dan Ilana Putri Maharani? mungkin 95% dari siswa SMA PELITA BAKTI sudah tidak asing lagi denga...