HAPPY READING!!!
Selesai mengerjakan kewajibannya sebagai seorang muslim yakni sholat subuh, Ilana kini sedang berguling-guling di atas kasurnya. Niatnya sih mau mandi tapi ingat masih niat!! Jadi Ia menyempatkan diri untuk berguling-guling sejenak.
"Ga usah sekolah kali ya? Kan hari ini mau di hukum berjamaah" Gumam Ilana.
Ilana duduk bersila di atas kasurnya, tangannya meraba hidungnya. "Pesek hiks"
"Oke Ilana ayo mandi abis itu sekolah" Ilana memberi semangat pada dirinya sendiri.
Ilana bergegas untuk mandi, tangannya meraih handuk yang tergeletak mengenaskan di lantai. 30 menit berlalu, Ilana keluar kamar dengan seragam yang melekat di tubuh pendeknya. Berjalan menuju ruang makan untuk sarapan bersama.
Mata Ilana berbinar bahagia melihat Abangnya yang sudah duduk manis di kursi sambil menggigit kerupuk.
"WIHH KAPAN PULANGNYA BRO?" Teriak Ilana sambil berlari kecil ke arah pemuda tadi, merangkul bahu lebar pemuda itu akrab.
Dia Khaezar, kakak Ilana. Umur mereka berdua terpaut 3 tahun.
"Tadi malam" Ujar Khae sebelum kembali menggigit kerupuk di tangannya.
Ilana menarik kursi di sebelah Khae, mengisi piringnya dengan nasi goreng buatan bundanya. "Jam berapa?" Tanyanya lagi.
"2" Khae menjawab singkat.
"Itu pagi bukan malam" Sewot Ilana.
"Suka-suka gua lah mau ngomong pagi kek malem kek serah gua, sewot aja lu tuyul" Balas Khae tak kalah sewot.
Ilana menendang kaki Khae kesal. "Sono lu pergi aja ga usah balik tambahin beban Ayah aja" Usir Ilana bercanda.
"Bacot, sarapan sono abis itu sekolah jangan bolos mulu"
"Nyenyenye.” Ilana mencebikkan bibirnya, sibuk mengunyah makanan di mulutnya.
***
Ilana turun dari motor Malvin, membiarkan Malvin yang membuka helm di kepalanya.
Malvin menyentil pelan dahi Ilana. "Kemaren bolos lagi"
Ilana cengengesan. "Iya ikut temen-temen masa iya aku ketinggalan bolos rame-rame, kapan lagi coba naik truk pasir. seru banget tauu." Ilana mulai bercerita, menceritakan semuanya pada Malvin dengan semangat.
Malvin hanya mengangguk kemudian berkata. "Oh ya? Trus gimana?" Dengan wajahnya yang datar macam tripleks.
DASAR ES BATU!!
"Siap-siap sana" Ucap Malvin mendorong pelan bahu Ilana yang berdiri di depan pintu kelasnya.
Ilana berbalik, menatap Malvin bingung. "siap-siap ke mana?"
"Lapangan" Ulang Malvin.
Ilana bengong, tidak mengerti maksud Malvin. "Hah? Ngapain ke lapangan?"
Malvin mengetuk kepala Ilana pelan. "Dasar lemot, kemaren abis bolos sekelas jadi sekarang saatnya di hukum" Jelas Malvin memberi tahu.
Ilana mengangguk-angguk, melepas ranselnya kemudian mengambil ancang-ancang untuk melemparnya langsung.
Brakk...
Tidak tepat sasaran, Ransel Ilana terjatuh di bawah kursi milik Rivan. Mengangkat bahunya acuh tak peduli melihat tasnya yang berada di lantai.
"Anggun dikit jadi cewek" Celutuk Malvin yang sedari tadi melihat tingkah Barbar Ilana.
"TESS 1 2 TESS!!" Suara speaker menggema di setiap sudut sekolah.
"PANGGILAN KEPADA KELAS 11 IPA 1 UNTUK SEGERA BERKUMPUL DI LAPANGAN UPACARA!! SEKALI LAGI PANGGILAN KEPADA SISWA MAUPUN SISWI KELAS 11 IPA 1 UNTUK SEGERA BERKUMPUL DI LAPANGAN UPACARA TANPA TERKECUALI!!"
"Papayy Avin aku mau kelapangan dulu" Ilana melambaikan tangannya, bergabung bersama teman-temannya menuju lapangan.
Aisyah merangkul lengan Ilana yang berjalan di sampingnya. Di depannya ada Novi yang membaca Novel berjudul "Sugar Daddy" milik Aya.
"BARIS YANG RAPI!!" Teriak pak Roni galak di tengah lapangan, di samping guru itu ada Syam yang setia berdiri dengan raut wajahnya yang ramah.
Mereka berbaris dengan tertib, tak mengeluarkan suara sedikit pun. Pak Roni mengambil absen, mulai menyebut satu persatu nama anak didiknya.
Amora yang berdiri di baris belakang mengangkat tangannya. "Pak aku kemaren ga ikutan bolos di hukum juga?" Seru Amora.
Pak Roni menggeleng, menunjuk kelas mengisyaratkan Amora untuk masuk saja yang langsung di angguki gadis itu. Gadis cantik itu berjalan dengan anggun menuju kelasnya, sesekali ekor matanya menatap ke arah teman sekelasnya yang tampak menatapnya dengan kesal.
"Kalian tau bolos itu salah?" Tanya pak Roni tegas.
"TAU PAK" teriak mereka secara bersamaan.
"TERUS KENAPA KALIAN BOLOS?" Pak Roni berteriak galak, tangannya ia letakkan di pinggang seperti emak-emak yang sedang mengomel.
"Pak itu salah satu bentuk kelas kita bisa cetak rekor kapan lagi anak kelas unggulan bolos rame-rame pak? Ini juga contoh buat kelas lain kalau kelas 11 IPA 1 itu kompak dan tidak terpecah belah." Cerocos Rivan.
Pak Roni berdecak sebal. "Cih kompak matamu? Kenapa ga ngajak murid baru kemaren kalau kompak hah?!"
"Yang lain juga ga di ajak pak tapi ikut sendiri, mungkin Si Amora emang ga mau ikut kali pak" Aisyah ikut menimpali.
Pak Roni memijat pelipisnya pelan. "Ya sudah, kata Bapak kepala sekolah kalian semua di hukum mencabut rumput taman belakang sampai bersih." Titah pak Roni, sedikit melirik ke arah Syam. “Syam tolong awasi mereka ya.” Lanjutnya.
Syam mengangguk mengerti, ekor matanya melirik Ilana yang berada di barisan belakang. “Iya pak.”
"Siap pak" Ujar mereka semua bersamaan lalu berjalan menuju taman belakang yang rumputnya sudah setinggi mata kaki. Di ikuti Syam yang berjalan di belakang tepat di belakang Ilana.
"Aduh kuku slay gua hiks" Ucap Rina lebay.
"Twutworiyal mwencwabut rumpyut agar tetap slayy dan anggunly" Celutuk Ilana mengikuti gaya bicara salah satu konten kreator paling Slay.
Syam tergelak pelan mendengar ucapan Ilana, tangannya mengetuk pelan dahi gadis itu. “Bandel.” Ucapnya yang hanya di balas cengiran oleh gadis itu.
Novi menatap Interaksi Ilana dan Syam, gadis itu berjalan cepat menyusul Rina yang sudah berada di depan sana.
Mereka berjongkok, mencabuti rumput-rumput liar itu sambil bercanda ria. Ilana gadis paling pendek di antara teman-temannya itu duduk beralaskan sepatunya, mencabuti rumput dengan malas.
“Panas ih.” Keluh Ilana, tangan kecilnya mencoba menutupi sinar matahari yang langsung menyinarinya.
Syam yang bersandar di batang pohon mangga berjalan mendekat, berdiri tepat di samping Ilana. Memasang punggungnya untuk menghalangi sinar matahari yang menyinari gadis itu.
“Aduh, mau juga.” Rengek Kia, gadis itu menggigit ranting pohon dengan gemas.
Ilana mengernyit, menatap Kia aneh. “Mau apa Ki?”
Kia menunjuk Syam dengan dagunya, Ilana menoleh menatap Syam yang berdiri. “Mau Syam? Ambil aja dia jomblo.” Ucap Ilana polos.
Kia mendengus, melempar Ilana dengan rumput. “Gak peka, dasar tuyul.”
Ilana mengusap dahinya yang terkena lemparan rumput, bibir gadis itu misuh-misuh. “Ga usah lempar dong.” Ucapnya sebal.
Kia mencebikkan bibirnya mengejek, kembali melempar Ilana dengan rumput. Lemparan gadis itu meleset, mengenai mata Ilana.
Ilana menggosok matanya yang terasa perih. “Aww.” Ringis gadis itu.
“Eh sorry Lan, gua ga sengaja sumpah.” Sesal Kia.
Ilana mengangguk, menggosok kelopak matanya. “Iya gapapa.”
“Jangan di gosok.” Ucap Syam.
“Perih.”
“Sini gua liat.” Ujar Syam seraya menuntun Ilana berdiri.
Sebelum tangan Syam membingkai wajah bulat Ilana, sebuah lengan kekar lebih dulu menarik lengan gadis itu hingga menabrak dada bidangnya.
“Aduh.” Ringis Ilana, kini dahinya juga terasa perih.
“Liat atas.”
Ilana mendongak, menatap Malvin yang berdiri di hadapannya. Bibir gadis itu mengerucut lucu, tangannya tak berhenti menggosok matanya. “Matanya sakit...” Rengeknya.
Malvin menunduk, menjauhkan tangan Ilana. “Jangan di gosok.”
Malvin menipu pelan mata Ilana, gadis itu refleks memejamkan matanya membuat Malvin terkekeh kecil melihatnya.
Teman-teman Ilana mendengus malas menatap interaksi kedua mantan itu. Mereka muak melihat keromantisan kedua orang itu, tolong siapa pun jauhkan kedua manusia itu!!
Novi melirik Syam yang kembali ke tempatnya semula, bersandar di batang pohon seraya menatap Ilana. Novi sadar raut wajah Syam, ketua OSIS itu kini memasang raut wajah kesal sangat berbeda dengan tadi yang menampilkan raut wajah ramah seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My sweet Ex (Selesai)
Fiksi RemajaYG BELUM BACA BURUAN DI BACA!! YG UDH BACA YAA BACA LAGI GAPAPA KOK!! VOTE JUGA YAAA🐣 ________ Siapa yang tak mengenal dua sejoli Abishaka Malvin Anggara dan Ilana Putri Maharani? mungkin 95% dari siswa SMA PELITA BAKTI sudah tidak asing lagi denga...