Vote!!
Ga vote masuk neraka jalur VIP!!***
Ilana melangkah gontai memasuki pelataran rumahnya, gadis pendek dengan rambut acak-acakan itu menyeret ranselnya di atas tanah. Khaezar yang sedang mencuci motornya di halaman mengernyit bingung melihat wajah adiknya yang sembab.
“Oi Tuyul, Napa lu?” Tangan Khaezar tetap bergerak menyikat ban motornya, sementara kepalanya sedikit menoleh ke arah adiknya.
Ilana mendekati Khaezar, gadis itu berjongkok dengan kepala yang menempel di punggung lebar Khaezar. “Gapapa lagi badmood aja.”
Khaezar menggoyangkan bahunya pelan, menyuruh gadis itu menjauh. “Elah minggir lu, ngapain sih nemplok kayak cicak?” Merasa beban di punggungnya telah menjauh, Khaezar memutar kran air di sampingnya. “Badmood sampe bolos sekolah? Ga mungkin. Pasti ada masalah, bilang sama gua sini.”
Bibir Ilana melengkung ke bawah, mata bulatnya mulai berkaca-kaca siap menumpahkan tangisnya. “HUAA BANGKHAE...”
Khaezar berdecak pelan mendengar Ilana berteriak dengan dramatis di hadapannya, lengan kekarnya merengkuh bahu kecil Ilana. “Kenapa sih?” Tanyanya pelan.
Tetes demi tetes air mata Ilana mulai berjatuhan. “Tadi Avin marah, trus di tinggal gitu aja padahal kan dia tau orang lagi nangis juga. Jahat banget jadi cowok!”
Khaezar mengusap pelan sudut mata adiknya, bibirnya tersenyum geli melihat wajah memerah Ilana yang mirip seperti boneka babi kesayangan gadis itu. “Pasti lu di bilangin ga mau nurut kan? Kasian amat Shaka punya mantan kek lu ck ck ck.”
Bugh...
Ilana memukul dada Khaezar dengan kasar, gadis itu merenggut kesal di sela-sela tangisnya. “Ngga ya! Dia yang salah bukan aku.”
Khaezar menaikkan sebelah alisnya. “Ga percaya sih.” Khaezar mengulurkan tangannya di depan wajah Ilana. “Berdiri, gua capek jongkok.” Ucapnya seraya menggoyangkan tangannya.
Ilana mengabaikan tangan Khaezar, gadis itu melipat tangannya di depan dada dengan raut wajah cemberut. “Ga mau, males jalann.”
Khaezar berdecak pelan. Pemuda itu berjongkok di belakang Ilana, menggendong adiknya dari belakang dengan posisi berjongkok. “Ck, makin berat aja lu.” Celutuk Khaezar kelewatan jujur.
Ilana tak peduli, gadis itu masih sibuk dengan air matanya yang terus mengalir membasahi pipinya.
Khaezar menurunkan Ilana di atas sofa masih dengan posisi berjongkok. “Sepatunya di buka.” Titahnya seraya berkacak pinggang di hadapan gadis itu.
Ilana membuka sepatunya dengan malas, bibirnya masih melengkung ke bawah. “Hiks... Avin jahatt!”
“Coba cerita kenapa sampai nangis kayak gini hm?” Khaezar menepuk pelan kepala adiknya.
Ilana memeluk perut Khaezar yang berdiri di hadapannya. “Dia nyuruh aku ga terima barang yang di kasih Syam sama Mamanya hiks... Dia juga bilang kalau aku bego ga tau bedain mana yang baik mana yang buruk huaaa...”
Khaezar tertawa kecil saat mendengar suara tangisan Ilana semakin kencang, tangannya mengacak gemas puncak kepala adiknya dengan sayang. “Gitu doang nangis? Cengeng.” Ledek Khaezar.
“Y-ya Avin ngom-ngomongnya pake suara gede, kaya ngebentak aku hiks...”
“Bentak balik lah, ga boleh kalah sama cowok.”
“Takut, Avin serem.” Ilana mencicit pelan, mengusap hidungnya dengan kaos yang di gunakan Khaezar.
Khaezar menahan kesal saat melihat bajunya kini di hiasi dengan ingus adiknya. “Kalau ga mau di bentak jangan bandel, kalau di bilangin tuh nurut aja jangan bantah. Kan di bentak jadinya, siapa suruh batu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
My sweet Ex (Selesai)
Teen FictionYG BELUM BACA BURUAN DI BACA!! YG UDH BACA YAA BACA LAGI GAPAPA KOK!! VOTE JUGA YAAA🐣 ________ Siapa yang tak mengenal dua sejoli Abishaka Malvin Anggara dan Ilana Putri Maharani? mungkin 95% dari siswa SMA PELITA BAKTI sudah tidak asing lagi denga...