7. My sweet Ex🐣

19.7K 1K 5
                                    

Happy reading!!

Ilana berdecak kesal melihat pantulan bayangan 3 orang gadis di belakangnya, padahal ia sudah berjanji dengan bundanya agar tak mencari gara-gara lagi di sekolah. Gadis itu berbalik, menatap datar ke arah gadis-gadis itu.

Ck, menyebalkan.

“Apa?” Tanya Ilana sewot.

Seorang gadis yang paling menonjol di antara kedua temannya melangkah maju. “Ga usah ganjen sama Shaka, lu itu Cuma mantannya.” Ketus gadis itu.

“Bener tuh kata Sisil, lu kan cuma mantannya Shaka.” Kompor seorang gadis berambut sepunggung.

Ilana menaikkan sebelah alisnya. “Terus?” Serunya sewot.

Sisil mendorong bahu Ilana dengan telunjuknya, membuat gadis itu sedikit terhuyung pelan. “Apa sih yang Shaka suka sama lu? Tepos, besaran juga punya gua.” Gadis bernama Sisil itu membusungkan dadanya angkuh.

Pandangan Ulama terarah pada dada Sisil. “Percuma gede kalau Shaka ga suka mau apa lu?” Ejek Ilana.

Sisil mendorong bahu Ilana kasar hingga gadis pendek itu menabrak tembok di belakangnya. “Jauhin Shaka atau lu habis sama gua?”

Ilana mencebikkan bibirnya mengejek. “Gua ga takut sama nenek sihir kayak lu pada.”

Rani, salah satu kacung Sisil mengambil ember berisi air bekasan pel, hendak menyiram Ilana.
Ilana yang melihat gerak-gerik Rani dengan cepat menarik lengan Sisil yang berkacak pinggang menatapnya galak. Gadis itu berlari menjauh sebelum air kotor itu mengguyur sekujur tubuhnya.

BYUR...

Ilana memelet kan lidahnya, mengejek Sisil yang sudah basah kuyup. “MAPOS.” Ejek Ilana sebelum kabur meninggalkan toilet sekolah.

“RANI BANGSAT!” Teriakan Sisil terdengar sayup-sayup terdengar di telinga Ilana, gadis itu berjalan dengan riang menyusuri koridor sambil tertawa kecil.

“Macam-macam kok sama Ila, mamam tuh air pel.”


***



Di kelas 11 IPS 3 Malvin beserta ketiga sahabatnya sedang mengobrol, ketiga remaja tampan itu sibuk membuka kunci ah tentu saja tanpa Malvin, dia mana mau repot-repot membuka makanan kecil itu.

“Shak, lu kenapa ga balikan aja sama si Lana dah?” Tanya Aksa penasaran sekaligus heran. “Gua bosen liat lu bucin.” Dengusnya.

Malvin menatap Aksa sekilas, remaja itu mengangkat bahunya acuh. “Ga tau.” Jawabnya singkat.

“Nanti kalau Ilana deket sama cowok trus jadian, gimana?” Kinan ikut bertanya.

Malvin mengalihkan pandangannya. “Berarti tugas gua udah beres, udah ada yang gantiin gua jaga bocil.”

“Yakin?” Geo ikut menimpali, remaja itu menatap Malvin mengejek.

Malvin hanya berdehem malas, remaja itu menelungkup-kan kepalanya di atas meja.

Aksa mencondongkan tubuhnya ke arah Malvin. “Serius Shak? Jadi kalau gua yang jadi pacarnya si tuyul boleh dong? Nanti gua jagain dengan sepenuh hati jiwa dan raga, gua janji.” Cerocos Aksa menggebu.

Malvin menatap Aksa tajam, tangannya bergerak memukul bahu Aksa. “Ga usah ngarep gua biarin lu jadi pacar Ila.” Ketus Malvin.

Aksa cemberut, laki-laki itu memasukkan kuaci ke dalam mulutnya. “Gua kaya, pasti Lana mau lah sama gua.” Ujarnya sombong.

“Loh tadi katanya kalau Lana punya pacar gapapa.” Celutuk Kinan seraya menatap Malvin menyelidik.

“Bacot.” Seru Malvin ketus, remaja itu berlalu keluar kelas meninggalkan sahabatnya.

“GENGSI TROSS!!” Teriak Aksa dan Kinan bersamaan.

Geo menatap malas kedua sahabatnya yang saling merangkul, berhasil menggoda es batu dengan gengsi sebesar gunung seperti Malvin.

Malvin melangkahkan kakinya menyusuri koridor jurusan IPA, kakinya berhenti tepat di samping jendela kelas 11 IPA 1. Mata tajamnya mencari sosok gadis bertubuh mungil yang tak kunjung ia temukan keberadaannya.

“DOR!!”

Malvin terlonjak kaget, menatap datar gadis yang berani mengejutkannya. Tubuh tegapnya ia sandarkan ke dinding, tangannya terlipat di depan, matanya menyorot Ilana dalam.

Ilana menggaruk pipinya kebingungan. “Kamu kenapa liatin aku kayak gitu?” Tanya Ilana saat Malvin menatapnya lekat.

Malvin menunduk, menatap mata hitam legam milik Ilana. “Jangan pacaran.” Ujarnya sebelum berlalu pergi meninggalkan Ilana yang menatapnya kebingungan.

Ilana menatap punggung Malvin bingung, gadis itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Ikut bergabung bersama sahabatnya yang asyik mengobrol tanpa dirinya.

“Lama amat Lan,  dari mana?” Tanya Novi.

Ilana mendekati Novi, memeluk gadis itu manja. “Huaa Nopii masa tadi ketemu nenek sihir di toilet.” Rengek Ilana.

“Gak di apa-apain kan?” Tanya Aisyah khawatir.

Ilana menggeleng pelan, melepaskan pelukannya dari Novi. “Nenek sihir nyuruh gua jauhin Malvin, katanya gua cuma mantan jadi harus jauh-jauh. Trus dia juga bilang punya dia lebih gede daripada gua yang tepos. Huaa body shaming.” Cerocos Ilana.

“Yakan bener Lan lu tepos, ga salah yang Sisil bilang.” Ledek Aya.

Novi dan Aisyah tertawa melihat wajah Ilana yang tertekuk kesal. “Udah-udah nanti nangis.” Ledek Novi yang semakin membuat Ilana kesal.

“Eh iya tadi kan gua di dorong sama si nenek sihir trus kacungnya si Rani ambil ember mau nyiram gua tapi gua liat dia nah gua cepet-cepet narik Sisil abis itu gua kabur, jadinya Sisil yang kena siram bukan gua. Keren ga?” Ilana menaik-turunkan alisnya sombong.

Aya menepuk pelan kepala Ilana. “Anjing pintar.” Candanya yang di balas delikan maut.

“Ndasmu anjing.” Ketus Ilana kesal.

“Udah ah, jangan berisik.” Lerai Aisyah.

“Nonton drakor?” Celutuk Novi yang langsung di angguki ketiga sahabatnya.

Ilana mendekat ke arah Aisyah, menggeser paksa Novi yang duduk di samping Aisyah. Novi mendengus kesal, Ilana bisa ga sih sehati aja ga rusuh?! Meskipun kesal dengan tingkah Ilana, gadis itu tetap menggeser pantatnya membiarkan gadis pendek itu duduk di tengah.

Sedangkan Aya, gadis itu duduk dengan tenang di atas meja. Enggan ikut berdesakan bersama ketiga sahabatnya.

My sweet Ex (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang