Happy reading!!
Ilana duduk selonjoran di bawah pohon, tangannya mencabut rumput secara asal. Gadis itu menatap siswa-siswi yang berlalu lalang di lapangan. Wajah gadis itu tertekuk kesal, bibirnya mengerucut lucu.
“Lana? Lagi ngapain?” Tanya seorang siswa laki-laki yang ikut duduk di sampingnya.
Ilana menoleh, melihat siapa yang menyapanya dan ternyata itu Syam si ketua OSIS. “Lagi mikirin kamu.” Gombal Ilana.
Syam mendengus geli. “Idih buaya, ngapain mikirin gua?” Tanyanya.
Ilana tertawa kecil. “Soalnya kamu ganteng, makanya aku pikirin.” Ilana mengedipkan matanya genit.
“Jadi kalau jelek, ga di pikirin gitu?”
“Becanda, duluan yaa mau ke kelas. Papayy Syam jangan kangen yaa hehe.” Ilana menepuk roknya pelan, tangannya melambai pada Syam.
Ilana berjalan dengan kepala menunduk, gadis itu memainkan dasi yang menggantung di lehernya. “Kependekan ga sih?” Beo gadis itu pelan.
Duk...
Ilana mengusap jidatnya yang membentur sesuatu yang terasa keras, kepalanya mendongak menatap apa yang di tabraknya. “Eh Avin hehe.” Cengir gadis itu saat melihat Malvin berdiri menjulang di hadapannya.
“Kamu pakai baju batu batu ya? Liat nih jidat aku sakit tau.” Omel Ilana seraya mengusap jidatnya yang tak sakit sama sekali.
Malvin tertawa gemas, sedikit menunduk memperhatikan wajah Ilana yang cemberut lucu.
Cup...
“Udah sembuh.” Malvin menaik-turunkan alisnya menggoda.
Wajah Ilana sontak memerah, bibirnya melengkungkan senyum lebar yang tampak malu-malu. “Ish modus.”
Malvin tertawa geli, mengapit pipi bulat Ilana pelan. “Gemes banget sih.” Ucap Malvin lembut, sekali lagi remaja jangkung itu mengecup pelan dahi Ilana.
Ilana menutupi wajahnya dengan tangan besar Malvin. “Avin ihh malu tau di liatin.” Rengek gadis itu manja.
“Dih punya tangan sendiri kenapa pakai tangan gua hm?”
Ilana melepas tangan Malvin yang menutupi wajahnya, gadis pendek itu menyembunyikan wajahnya yang memerah di dada bidang Malvin. “Ga tau, ga liat mata aku di tutup tangan raksasa.”
Malvin memeluk Ilana erat, merangkul gadis itu hangat. “Temenin gua makan, laper.”
Ilana mendongak, menatap Malvin galak. “Ga sarapan lagi?”
Malvin mengangguk, meraup wajah bulat Ilana. “Ga usah sok galak, gua ga takut sama bocil.” Kekehnya pelan.
Ilana mendengus kesal. “Nyenyenye.”
Di belakang sana, Syam memperhatikan interaksi kedua orang itu dengan senyum masam. Laki-laki berseragam khas anak OSIS itu berdiri, berlalu meninggalkan lapangan yang terasa sangat panas.
***
“Si bucin ke mana dah?” Tanya Aksa, remaja berambut sedikit ikal itu celingak-celinguk.
“DUARR!!”
Aksa terlonjak kaget saat melihat wajah Ilana yang tiba-tiba terpampang jelas di depan matanya. Sedangkan sang pelaku tertawa terbahak-bahak seraya memukul bahunya keras.
“Ngagetin aja lu tuyul.” Dengus Aksa, sedikit menjauh dari Ilana yang masih memukulinya.
“Shaka mana?” Tanya Geo.
Ilana meredakan tawanya, duduk di samping Geo. “Lagi beli makanan.” Jawab gadis itu.
“Buset tenaga si tuyul ga main-main, bahu gua rasanya abis di tabrak jet pribadi.” Ucap Aksa dramatis.
“Dih lemah, gitu doang juga.” Dengus Ilana.
Aksa tak terima, remaja itu menarik poni Ilana kesal. “Sini lu, gua pukul biar tau rasanya.”
Ilana berontak, berusaha melepas tangan Aksa dari poninya. “AKSA LEPASINN. SAKIT TAUU!!” Pekik gadis itu.
“Dih lemah, gitu doang juga.” Ejek Aksa mengikuti ucapan gadis itu tadi.
“Ya wajar, gua cewek lu cowok.” Ucap Ilana sewot.
Kinan mendengus kesal, menatap kedua orang yang selalu ribut itu jengah. “Ga usah berantem deh, gua pusing denger suara cempreng Lana.”
Mata Ilana melotot galak, tangan kecilnya mendarat dengan mulus di leher belakang Kinan dengan keras. “Mampuss.”
Kinan meringis kecil. “Buset barbar amat mantan pak bos.”
Aksa mengangguk setuju, mengelus bahunya pelan. “Banget, ga ada anggun-anggunnya jadi cewek.”
Ilana melotot kesal, bersiap memukul orang itu. Sebelum tangannya berhasil mendarat di anggota tubuh Aksa, Malvin lebih dulu menahan tangan kecil itu. “Diem.” Ucapnya datar.
Ilana cemberut, menatap Malvin protes. “Dia ngeselin tau.” Adunya.
Malvin meletakkan semangkok bakso di hadapannya. “Iya nanti gua omelin.” Ucapnya.
“Beneran?”
Malvin mengangguk sekali, menyuapkan sepotong bakso ke mulut Ilana yang tak berhenti mengoceh. “Buka mulut.” Suruh Malvin yang langsung di lakukan gadis itu.
Di bawah meja kaki Ilana beradu tendangan dengan Aksa, gadis pendek itu menendang-nendang dengan brutal.
“Diem bisa?” Ucap Malvin datar, matanya menyorot tajam Ilana yang cengengesan.
“Aksa duluan yang mulai.”
“Dih enak aja, lu yang mulai bukan gua.” Bantah Aksa tak terima.
“Lu yaa bukan gua.”
“Bukan, dasar tuyul.”
“Lu ya Aksamonyett.”
BRAK...
Malvin memukul meja dengan kesal membuat Ilana dan Aksa seketika tercengir lebar, kedua remaja itu sontak duduk tenang melihat tatapan tajam Malvin.
“Mampus di marahin.” Ejek Kinan.
Ilana melotot kesal, membuka mulutnya lebar-lebar menerima suapan bakso dari Malvin. “Kurang cabenya, ga pedes ihh.”
“Kalau makan ga boleh ngomong.”
Geo yang sedari tadi memainkan ponselnya kini mengangkat suara. “Katanya besok ada murid baru.” Ucapnya yang mengundang tatapan penasaran oleh kedua playboy sekolah.
“Betina apa jantan?” Tanya Aksa.
“Buset Sa, lu kira tuh orang sapi apa.” Kekeh Kinan.
“Cewek, pindahan dari Bali.”
Mendengar ucapan Geo, mata Aksa berbinar cerah begitu pun dengan Kinan. “Wih pasti cakep, produk Bali gada yang gagal.”
“Cewek cakep ga minat sama cowok stres kaya lu.” Ejek Ilana.
“Gua kaya pasti banyak yang mau.” Aksa membusungkan dadanya sombong.
“Affah Iyah?”
KAMU SEDANG MEMBACA
My sweet Ex (Selesai)
Teen FictionYG BELUM BACA BURUAN DI BACA!! YG UDH BACA YAA BACA LAGI GAPAPA KOK!! VOTE JUGA YAAA🐣 ________ Siapa yang tak mengenal dua sejoli Abishaka Malvin Anggara dan Ilana Putri Maharani? mungkin 95% dari siswa SMA PELITA BAKTI sudah tidak asing lagi denga...