Bab 06

613 37 0
                                    

Dua Minggu kemudian, Rey berhasil mengasuh Cindy dan kini anak itu telah kembali bersama orangtuanya. Daniel sudah keluar dari rumah sakit dan mereka sangat berterima kasih kepada Rey, karena bersedia mengasuh Cindy.

Sekarang Rey sedang duduk santai di sofa ruangan kerjanya dengan kue coklat tersaji. Diaz ada di depannya, tengah melakukan hal yang sama.

"Rey," panggil Diaz.

Pria itu hanya menggumam karena mulutnya penuh dengan kue sambil memainkan tabletnya.

"Liburan yuk, gue bete masa," ajak Diaz seraya merubah posisi bersandarnya.

"Ke mana?" sahut Rey.

"Mmm ... ke luar negeri maybe?"

Rey langsung menggeleng, dia berkata, "Enggak boleh ama nyokap. Katanya daripada jalan gak jelas, mending cari bini. Rese kan?"

Diaz tertawa, dia lupa kalau Rey sedang dihukum oleh orangtuanya.

"Beliau sampe nyiapin kencan buta segala, coba?"

"Seriusan!?" ucap Diaz kaget.

"Iya, malesin banget kan."

Diaz diam sebentar, tengah memikirkan cara untuk membantu temannya ini. "Lo seriusan gak punya pacar, ya, Rey?"

Diberi pertanyaan seperti itu membuat Rey melempar bantal sofa kepada Diaz, cowok itu langsung menangkapnya seraya terkekeh.
"Kalau gue punya pacar gak akan sepusing ini kali mikirin nikah. Aneh lo!" ujarnya dengan ketus.

"Ya, maaf."

Rey hanya mendengkus, tiba-tiba dia teringat Lily. "Oh iya, gue jadi kangen si Lily deh. Mending ke sana aja yuk! Gue gak mau kencan-kencanan segala," ujarnya.

Diaz melotot, pasalnya dia tahu jika Lily adalah bocah dua tahun yang ditemui Rey di tempat penitipan anak kala itu. Tak menyangka kalau Rey sampai akrab dengannya.

"Lo gak pedo kan, Rey?"

"Ck, apaan sih. Justru liat Lily gue jadi pengen punya anak," ungkap Rey nampak melas.

"Cari istri dulu makanya, baru punya anak," komentar Diaz kemudian.

***

Diaz tidak mau diajak bertemu Lily, alhasil membuat Rey akhirnya terjebak dalam kencan buta yang disiapkan oleh Melinda.

"Emang rese nih si Diaz," gerutunya sepanjang jalan.

Rey mengemudikan Aston Martin DB10 itu ke sebuah restoran Eropa yang letaknya tak jauh dari lokasi hotel Rey. Hanya perlu 15 menit saja. Walaupun sebenarnya dia malas, Rey juga tak tahu siapa perempuan yang akan berkencan dengannya.

Saat angka di jam tangannya menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh menit, mobilnya telah sampai dan Rey langsung memarkirkan mobilnya. Setelah aman baru dia keluar.

Pakaiannya tak seformal saat di ruang kerja, kali ini Rey hanya memakai jaket sebagai luaran serta celana jeans hitam. Namun, tetap terlihat keren.

Saat masuk Rey langsung disapa oleh pelayan lelaki. Katanya, "Pak Rey kan, ya?"

Rey mengangguk dengan wajah datarnya. "Kalau begitu lewat sini, Pak."

Rey menurut, dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket seraya berjalan mengikuti pelayan tadi. Hingga, sampailah mereka pada meja dengan bangku sofa yang nampak comfy.

"Silahkan duduk, Pak."

Ternyata di sana sudah ada orang, Rey diam sebentar sembari memperhatikan orang itu. Ah, lebih tepatnya seorang perempuan dengan mini dress yang nampak ketat. Macam kekurangan bahan saja. Rey sama sekali tak tergoda.

Babalik | Revisi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang