Bab 18

366 23 0
                                    

Mobil Rey berhenti tepat di seberang Kiara's Bakery. Waktu menunjukkan pukul setengah lima sore dan Rey nampak menunggu sesuatu.

"Aku duluan ya Mbak," ucap Kinan seraya mengendarai motor maticnya.

Ayana mengangguk sambil tersenyum, kemudian nampak berdiri di pinggir jalan untuk menunggu angkot.

Sementara itu, Rey memperhatikan Ayana dari dalam mobil. Rasanya ingin sekali menghampiri Ayana dan mengantarnya pulang, tapi Rey tak bisa, Ayana pasti akan marah.

"Gini banget ya ... suka sama orang tuh," gumam Rey dengan tatapan sendu.

Saat angkot yang Ayana tunggu datang, Rey buru-buru menghidupkan mesin mobilnya dan mengikuti angkot itu dari belakang; mirip penguntit.

Hal ini ia lakukan karena rindu dengan Ayana dan Lily. Sekarang pasti Ayana hendak menjemput Lily untuk pulang, jadi Rey mengikutinya. Karena pesan juga telepon dari Rey tidak digubris oleh Ayana, membuatnya galau seharian ini.

"Mama!"

Ayana tersenyum saat dari jauh Lily sudah merentangkan kedua tangannya untuk digendong. Sedangkan Rey berhenti di seberang jalan sambil memperhatikan mereka.

"Hai," balas Ayana seraya itu menggendong Lily dan mengecup pipinya.

"Mmm ... Lily bau acem," kata Ayana.

Lily menggeleng. "Ndak! Lily mangi tahu," ujarnya.

Ayana tersenyum, lantas menatap Suster Riri. "Makasih ya, Suster, kami pamit pulang dulu."

Suster Riri mengangguk sambil tersenyum, kemudian melambaikan tangannya pada Lily.

"Sampai ketemu besok Lily," kata Suster Riri.

Lily tertawa senang sembari ikut melambaikan tangannya, Ayana yang fokus pada tingkah Lily sampai tak menyadari bahwa Rey kini tengah berjalan ke arahnya.

Saat Lily menoleh dan melihat Rey, dia langsung berseru, "Ma, ntu Om!"

Ayana langsung menoleh dan terkejut kala melihat Rey, bahkan langkahnya sampai terhenti. Sedangkan Lily sudah meronta minta diturunkan, Ayana tak punya pilihan dan menurunkan Lily dari gendongan.
Putrinya itu langsung berlari ke arah Rey, pun Rey langsung merentangkan kedua tangannya untuk kemudian menggendong Lily.

"Halo, Cantik," sapa Rey dengan senyum khasnya.

"Om temana aja?" tanya Lily dengan wajah polosnya.

Rey menatap ke arah Ayana dulu sebelum menjawab, "Om kerja, Sayang. Maaf ya jarang main sama Lily."

Ayana memalingkan pandangannya saat mendengar jawaban dari Rey, padahal kenyataannya Ayana yang melarang Rey untuk menemui mereka lagi.

Sementara itu Rey kembali menatap Ayana untuk bertanya, "Aku antar pulang, ya?"

"Mau!" balas Lily dengan semangat.

"Jangan Lily, kan Omnya capek abis kerja. Kita pulang naik taksi aja, ya," ucap Ayana pada putrinya.

"Gapapa kok, aku pengen antar kalian pulang," kata Rey berusaha membujuk Ayana.

"Gak usah, kita bisa pulang sendiri." Ayana melangkah mendekati Rey untuk mengambil Lily dari gendongannya, tapi putrinya itu malah menolak.

"Ndak mau!" tolak Lily.

"Lily, pulang sama Mama aja." Ayana memegang lengan Lily, tapi langsung dilepaskan oleh putrinya itu.

"Ndak mau, Ma. Pulang ama Om ya," pinta Lily.

Rey tersenyum menatap Lily, gadis kecil itu memanglah pengertian. Kalau Lily yang meminta pasti Ayana takkan bisa menolak.

Babalik | Revisi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang