Bab 32

287 16 0
                                    

Ayana menatap layar ponsel dengan dahi berkerut; Rey bilang dia akan telat pulang, mungkin pekerjaan Rey sedang numpuk. Tanpa ia tahu bahwa Rey sebenarnya pergi menemui Valya.

"Lo tahu dia tinggal di mana?" tanya Rey saat sambungan teleponnya dengan Diaz sudah terhubung.

"Nanti gue share loc," ucap Diaz. "Tapi gue baru tahu kalau dia ada di sini. Dan lo bilang Shakila udah ketemu sama dia? Ck, parah si Rey, bisa kacau kalau Ayana tahu."

"Lo gak usah ngomong macem-macem, ya, Diaz. Kepala gue lagi mumet, rasanya pengen meledak tahu gak!"

Di seberang sana Diaz terkekeh. "Lo salah pilih korban sih, bocah kaya lo tidurin. Gak bakalan bisa disuap pake uang, pengennya pake cintah!"

"Berisik!" kesal Rey.

"Kalem, my bro!"

Rey sampai memukul setirnya saking kesal pada wanita bernama Valya itu.

"Tapi, ini udah lama banget lo Rey. Dari jaman lo kuliah dan sekarang dia dateng? Mau apa, astaga?"

Ternyata Diaz memikirkan hal yang sama, Rey pun bingung sendiri. Sudah sembilan tahun yang lalu dan Valya masih mengingat hal itu? Rey sudah lupa, kalau saja dia tidak datang.

"Udah gue share loc, hati-hati Rey," pesan Diaz.

"Thanks."

***

"Wah! Kejutan banget liat kamu di sini," ucap Valya saat membuka pintu apartemen.

"Gak usah sok polos lo," hardik Rey lalu masuk tanpa disuruh, membuat Valya tersenyum senang.

"Istri pertama kenapa, Sayang?" tanya Valya centil.

Rey mendelik. "Apaan sih? Najis tahu gak, Val!"

"Terus kamu ke sini mau apa?" tanya Valya lagi.

"Jangan ganggu gue, Val. Kita udah selesai malam itu juga," tekan Rey pada Valya.

Namun, tidak semudah itu untuk menghentikan Valya Audrey. "Kapan kita mulainya," pancing Valya.

"Gue gak bakal ngulang ini, jadi dengerin baik-baik." Rey meminta. "Di antara kita gak ada hubungan apapun. Jadi, mending lo angkat kaki dari sini sebelum gue bertindak lebih jauh," peringatnya.

"Aw! Aku takut, besok pesen tiket deh buat pulang ... Hahaha."

Valya tertawa, dia bangkit dari duduknya dan menghampiri Rey. Pria itu mendorong tubuh Valya lalu bangkit dari duduknya.

"Jauhin Shakila juga, gak usah lo ngehasut adek gue. Pake segala bilang kita pernah pacaran, ngimpi lo," hardik Rey.

Setelahnya Rey pergi meninggalkan Valya. Di rumah mungkin Ayana sedang menunggunya pulang, Valya benar-benar merepotkan.

Sesampainya di rumah, Rey tak melihat Ayana di ruang tengah. Hanya ada Melinda dan Reno yang entah sedang membicarakan apa. Saat Rey lewat, Melinda langsung menyapanya.

"Baru pulang, Rey?"

"Iya, Mi. Ayana ke mana ya?" Rey bertanya.

"Di kamar, katanya gak enak badan. Lily juga udah tidur dari tadi," kata Melinda.

"Oh, ya udah, aku ke atas dulu."

Rey pergi ke kamar tapi tetap tak menemukan Ayana. Di kasur hanya ada Lily yang sedang tertidur sambil memeluk boneka, Rey melepas jas lalu menghampiri Lily dan membenarkan letak selimutnya.

"Udah pulang?"

Rey terkejut dan langsung menoleh menatap wajah Ayana yang basah karena air. Sepertinya habis cuci muka.

Babalik | Revisi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang