Bab 46

341 17 0
                                    

"Gimana, udah ada kabar dari Papi dan Diaz?" tanya Melinda.

Beliau sudah sadar dan lagi-lagi merasa shock karena Shakila bilang bahwa Ayana dibawa Dinar.

"Belum, Lily dari tadi nyariin Mamanya terus," ujar Shakila lalu dia menoleh dan mendapati Diaz bersama Reno berlari ke arahnya.

"Gimana? Ayana udah ketemu?" tanya Shakila langsung.

Baik Diaz maupun Reno hanya diam, ekspresi wajahnya jelas menggambarkan jawaban dari Shakila.

"Pi, gimana?" Melinda bertanya.

"Mereka kecelakaan. Valya dan Dinar luka berat, tapi Ayana ...." Reno menggantung kalimatnya.

"Ayana kenapa, Pi?" tanya Shakila.

"Ayana gak ditemukan," timpal Diaz.

Melinda langsung menangis, dia berkata pada Reno, "Cari Pi, Ayana lagi hamil. Kalau dia dan bayinya kenapa-napa gimana?"

"Mobilnya masuk ke jurang Tante, pihak polisi dan tim sar lagi cari. Semoga Ayana bisa cepat ditemukan," timpal Diaz.

Tak ada yang menyangka akan berakhir seperti ini. Tak ada juga yang patut disalahkan atas kejadian ini; baik Ayana ataupun Dinar.
Ayana hanyalah seorang gadis miskin beruntung yang mendapatkan cinta Andreas, sedangkan Dinar hanyalah seorang ibu yang begitu menyayangi putranya.

Begitupun nasib hubungan Rey dan Ayana. Dua orang ini bertemu karena sebuah alasan, semua yang terjadi sudah ditakdirkan; entah bertemu untuk dipersatukan atau hanya sekedar memiliki tanpa berkelanjutan.

Sungguh Tuhan, adalah sebaik-baiknya perencana

***

Seminggu berlalu dan mereka belum mendapatkan kabar mengenai keberadaan Ayana. Acara pertunangan Diaz dan Shakila terpaksa ditunda karena musibah ini.
Sementara Valya dan Dinar dalam kondisi baik. Hanya saja Valya kehilangan satu kakinya karena terjepit mobil.

"Kalian harus bertanggungjawab atas kejadian ini. Kalian yang menyebabkan Rey koma dan hilangnya Ayana!" ucap Melinda dengan kesedihannya.

"Kamu menghukum Ayana atas kematian Andreas, padahal dia gak salah apapun! Andreas pergi karena kesalahan kamu Dinar!"

Dinar menatap Melinda dengan tatapan penuh kebencian. "Ayana itu bersalah! Dia udah menghasut Andreas supaya ninggalin keluarganya, Ayana paksa Andreas untuk bekerja sampai akhirnya harus mengalami kecelakaan. Ini salah Ayana!" teriaknya.

"Salah kamu karena gak merestui hubungan mereka! Kamu terlalu mandang rendah seseorang Dinar, walaupun Ayana miskin harta, tapi dia gak miskin hati dan akal seperti kamu!" hardik Melinda.

"Kamu sama Valya itu orang jahat! Sampai hati kamu menghukum Ayana dan gak mengakui Lily sebagai cucu kamu. Bahkan Valya malah menculik Lily dan buat dia celaka, kalian tuh gak punya hati!"

Shakila menarik Melinda saat tangannya hendak mencakar wajah Valya. Mereka memang sudah tahu jikalau dalang di balik penculikan Lily adalah Valya.

"Lily itu adalah cucu yang gak kami harapkan! Dia adalah anak dari jalang! Ayana itu jalang! Dia wanita penggoda, bahkan anak kamu udah tergoda. Buka mata kamu Melinda!"

"Dasar—"

"Mami, udah! Orang kayak mereka gak perlu diladeni, yang ada Mami ikut-ikutan gila," ujar Shakila.

Valya yang mendengar itu tak terima, kemudian maju dengan langkah tertatih dan langsung menjambak rambut panjang Shakila.

"Kurang ajar! Lo berani sebut kami gila!"

"Heh! Berani-beraninya kamu sentuh anak saya!" Melinda langsung mendorong Valya dan wanita itu terjatuh. Shakila merapikan rambutnya dan ada beberapa helai yang rontok.

"Kalian akan terima balasannya, kalian bakal mendekam di penjara seumur hidup!" ucap Melinda.

Tak lama kemudian beberapa polisi datang untuk membawa Valya dan Dinar. Mereka diborgol dan tak bisa melakukan perlawanan.

"Kalian akan menyesal karena sudah memenjarakan kami. Tunggu pembalasan aku Melinda!" teriak Dinar sebelum akhirnya dimasukkan ke dalam mobil tahanan. Sedangkan Melinda dan Shakila menatap mereka dengan kesal.

"Justru Mami bakal menyesal kalau gak kirim mereka ke penjara."

Shakila merangkul pundak Maminya kemudian berkata, "Mami udah lakukan hal yang benar kok. Maaf ya kalau selama ini Kila nyusahin kalian dengan membenci Ayana."

Melinda tersenyum. "Gapapa, Diaz dan Rey udah cerita kok. Mami ngerti kenapa kamu kayak gitu. Yang penting sekarang jangan benci Ayana lagi, ya? Kasihan Lily. Mami juga bingung gimana ngomong ke Rey soal Ayana, dia pasti sedih banget kalau tahu Ayana gak ada."

Air mata Melinda turun saat mengucapkan itu. Sampai sekarang Rey belum sadar dan semua keluarga sedang bersedih atas kemalangan ini.

***

"Lily mau makan apa?" tanya Shakila.

Lily diam saja, dia memeluk boneka yang dibelikan oleh Ayana dan Rey. Wajahnya nampak murung. Anak kecil mana yang betah saat ditinggal kedua orangtuanya?

"Lily," panggil Shakila.

"Mama ama Papa ana ci? Kok ndak puwang-puwang?" tanya Lily pada Shakila.

Hati Shakila langsung ngilu saat mendengar pertanyaan Lily. Shakila juga merasakan kesedihan Lily, dan merasa tak tega pada Lily.

"Mama sama Papa lagi sakit, Sayang, Lily gak boleh ketemu dulu," ucap Shakila mencoba memberikan pengertian pada gadis kecil yang sebentar lagi berumur tiga tahun.

"Lily kangen ama Mama, Lily cedih," ucap Lily.

Matanya berair dan menatap Shakila dengan pilu. Shakila jadi merasa sedih dan akhirnya menangis. Dia memeluk Lily dan mengecup kepalanya.

"Lily berdoa ya sama Tuhan, semoga bisa cepet ketemu sama Papa dan Mama, biar Lily gak sedih lagi." Shakila berujar.

Lily memang belum tahu bahwa Rey tengah terbaring di rumah sakit, sementara Ayana entah ke mana. Mereka tidak mau Lily sedih melihat papanya terbaring lemah dan akhirnya menanyakan keberadaan Ayana.

Jadi, mereka semua mengatakan kebohongan pada Lily—demi kebaikannya—bahwa Ayana serta Rey sedang sakit, dan Lily tidak boleh bertemu dengan mereka.

***

"Lily mana?" tanya Diaz yang baru saja datang dari kantor polisi. Akhir-akhir ini dia sibuk mengurus pencarian Ayana.

"Tidur. Dia gak mau makan, jadi aku bikinin susu di dot, terus habis itu tidur," ucap Shakila.

Mereka lalu duduk di sofa dan Diaz mengambil boneka Lily yang tergeletak.

"Tadi dia keluarin semua bonekanya, katanya itu dari papa dan mamanya. Lily kangen sama mereka, jadi pengen main sama bonekanya," tutur Shakila.

Diaz lalu menaruh bonekanya dan menatap Shakila. "Kita belum bisa temuin Ayana. Mereka bilang kalau udah dua Minggu gak ketemu juga, terpaksa dihentikan."

"Kalau pihak polisi gak mau bantu lagi, ya udah kita pakai orang luar. Papi pasti punya banyak kenalan, kita harus tetep cari sampai ketemu Kak. Sebelum Kak Rey sadar," kata Shakila.

"Cari orang yang hilang itu susah Kila, kita juga udah berusaha." Diaz memegang tangan Shakila.

"You know what? Kalau sampai Ayana beneran gak bisa ketemu aku bakal menyesal seumur hidup karena udah benci sama dia. Aku belum minta maaf." Shakila menangis dan Diaz langsung memeluknya.

"Ayana pasti udah maafin kamu kok. Sekarang kita berdoa aja semoga Ayana cepet ketemu. Kondisinya lagi hamil, aku khawatir banget," ujar Diaz.

Shakila ikut memikirkan kehamilan Ayana, dalam hati ia berdoa semoga Ayana dan calon bayinya baik-baik saja.

Babalik | Revisi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang