Bab 44

309 16 0
                                    

Shakila menatap gelang di tangannya sambil tersenyum. Tadi setelah Diaz puas memeluknya—yang katanya bisa menghilangkan beban dipikiran Diaz—mereka kembali ke meja makan dengan kedua tangan tertaut dan wajah berseri.

Tidak tahu kenapa perubahan mood Shakila bisa secepat itu hanya karena Diaz memberinya gelang, atau karena pelukannya? Apa karena kejujuran Diaz?

"Ah, this man really drives me crazy."

Shakila lantas menutup wajahnya dengan bantal dan berniat tidur. Sementara di lain tempat, Valya tengah menunggu kedatangan seseorang di bandara. Lalu saat orang yang ditunggu muncul, Valya langsung melambaikan tangannya.

"Mom!" panggil Valya seraya itu berlarian kecil.

"Sweet heart!" Dinar menghampiri Valya dan langsung memeluknya.

"Oh my God, I miss you!" ujarnya.
Dia Dinar, wanita paruh baya yang dulunya merupakan mertua dari Ayana kini telah kembali.

***

"Aya, sini buruan minum susu dulu," titah Rey seraya memegang segelas susu ibu hamil berperisa coklat.

Sedang Ayana malah asik bermain dengan Lily di taman belakang. Memainkan ayunan dan perosotan yang beberapa hari lalu tiba, khusus Rey pesan untuk putrinya.

"Aya," panggil Rey.

"Iya, iya, bentar." Ayana menghampiri Rey sambil cekikikan.

"Aku kupasin mangga ya? Udahan mainnya, emang gak capek apa," kata Rey.

Ayana yang tengah meminum susunya menggeleng. "Lily masih pengen main," ujarnya.

"Ya udah, tapi kamu jangan ikutan main, nanti kalau kecapekan gimana?" Rey menatap Ayana dengan wajah serius.

"Nanti malam kan ada acara, kamu jangan capek-capek," imbuhnya.

"Iya." Ayana lalu menatap Lily dan menyuruhnya untuk berhenti bermain.

"Sini, Sayang, mainnya udahan. Kita makan buah sama Papa!"

Lily tersenyum riang kemudian menghampiri kedua orangtuanya. Rey dengan sigap menggendong Lily kemudian menyuruh Ayana masuk.

"Aku mau mangka Ma," kata Lily.

"Iya, ayo, makan semangka, melon, jeruk. Papa kasih semuanya." Rey berujar.

"Yeay! Ayo, Ma."

***

Malam ini Melinda mengadakan acara syukuran untuk kehamilan Ayana yang beranjak enam bulan. Kediaman Reid ramai malam itu, banyak orang yang diundang. Semuanya nampak berbahagia.
Begitupun sang tokoh utama dalam acara itu. Ayana beserta Rey tak henti tersenyum membalas ucapan selamat dari para tamu.

Dengan perutnya yang sudah kelihatan besar, Ayana nampak cantik menggunakan gaun berwarna nude berbahan satin, nampak serasi dengan baju yang Lily kenakan. Rey juga terlihat tampan dengan kemeja putihnya. Sementara Shakila memakai dress berwarna peach, yang senada dengan Diaz. Padahal mereka tidak janjian.

"Shakila," panggil seseorang.

Shakila yang sedang melihat-lihat makanan di depannya menoleh dan mendapati Ian—teman masa kuliahnya di Paris yang kebetulan adalah anak dari temannya Melinda—tengah menatapnya.

"Hi, Ian, what's up?" sapa Shakila sambil tersenyum.

Ian membalas sapaan Shakila dengan cara memeluk dan mengecup pipinya. Ian melakukan hal ini karena gaya hidupnya mirip orang luar. Tapi, Diaz yang melihat kejadian tadi agaknya kurang terima saat miliknya disentuh orang lain. Dia menghampiri Shakila yang masih merasa shock, setelah pipinya disentuh oleh bibir tipis Ian.

Babalik | Revisi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang