Bab 49

745 20 0
                                    

Hari H.

Semua keluarga nampak sibuk mempersiapkan pernikahan Shakila dan Diaz. Di kamarnya Rey sudah siap dengan tuxedo hitam. Rey akan lebih terlihat tampan jika saja mau tersenyum, sekarang sangat sulit mendapatkan senyum dari Rey. Pria itu seakan menutup diri pada semua orang.

"Rey, udah kan?"

Melinda masuk ke kamar Rey, dia terlihat cantik dan anggun sekali. Rey lalu menoleh dan menyunggingkan senyum tipis. "Lily mana?" tanyanya.

"Ada sama Papi. Ayo ke bawah, kita berangkat sekarang."

Rey sekali lagi mengangguk lalu ikut keluar bersama Melinda. Di bawah sudah ada Lily beserta papinya menunggu, juga Shakila yang terlihat gugup. Rey menatap sebentar ke arah Shakila dan menimbulkan sedikit getaran di hatinya. Rey teringat Ayana lagi saat melihat gaun pengantin.

"Udah siap semua?" tanya Reno.

"Udah kok, ayo berangkat Pi," sahut Melinda.

Dalam perjalanan Rey hanya diam saja sambil memangku Lily. Dia duduk di depan sementara kedua orangtuanya di belakang bersama Shakila. Gadis itu tidak henti mengungkapkan kegugupannya, jika kondisi hati Rey sedang baik pasti dia akan meledek Shakila.

Setelah sampai Rey langsung menurunkan Lily karena anaknya itu bertugas menjadi pengiring Shakila. Rey duduk di bangkunya, menatap orang-orang yang berbahagia.
Ketika pintu itu terbuka dan menampilkan Shakila yang dibalut gaun pengantin, tatapan Diaz tak beralih sedikit pun darinya. Diaz tersenyum haru saat Shakila semakin mendekat ke arahnya. Tak menyangka jikalau perempuan yang akan menjadi istri dan ibu dari anak-anaknya adalah Shakila.

Saat janji-janji suci diucapkan, semua orang menatap gugup. Apalagi saat akhirnya Shakila dan Diaz resmi menjadi pasangan suami-istri. Dan saat itu pula tangis bahagia bercampur haru memenuhi ruangan ini.

Semua orang bergantian mengucapkan selamat kepada Shakila dan juga Diaz. Begitupun dengan Rey.
"Selamat ya, Kila, I wish you a happy life with him. Maaf belum bisa jadi Kakak yang baik buat lo, tapi rasa sayang gue ke lo dari dulu sampai sekarang gak pernah berubah."

Shakila menatap haru pada Rey, kemudian memeluk kakaknya dan menangis di pelukannya. "No, you're the best brother in this world," ujar Shakila sambil terisak.

Rey balas memeluk Shakila kemudian mengusap-usap punggungnya. Diaz yang melihat itu tersenyum senang, akhirnya pemandangan ini bisa ia lihat lagi.

"Udah ih, jangan nangis. Malu tuh dilihatin Diaz," ucap Rey seraya menghapus air mata di pipi Shakila.

Diaz terkekeh, lantas menatap Rey yang kini berdiri di hadapannya. Rey memberikan ucapan selamat dan pelukan hangat pada Diaz.
"Selamat ya, bro, jaga adik gue baik-baik. Jangan dibikin nangis, dia cengeng soalnya."

Rey menatap Shakila dan langsung menghindar saat adiknya hendak memukul lengannya. "Tuhkan, galak dia mah. Jadi lo hati-hati aja deh sama Shakila, ntar malam pertama malah dibikin bonyok lagi sama dia," ucap Rey berniat menggoda Shakila.

"Kak Rey! Aku bilang Mami nih," ancam Shakila.

Rey dan Diaz tertawa, kemudian terdengar suara seseorang yang begitu familiar di telinga.

"Rey."

Rey langsung terdiam, dan menoleh dengan perlahan. "A ... aya?"

Ayana. Wanita yang sampai sekarang masih berstatus sebagai istrinya itu nampak tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Di sebelahnya ada suster Tysa yang membantunya berjalan.

Tanpa banyak bicara Rey langsung berlari menghampiri Ayana dan memeluknya. Rey menangis, dia memeluk erat istrinya. Semua orang menatap pertemuan dua insan ini, Melinda dan Reno bahkan terkejut saat melihat Ayana ada di hadapan mereka.

Babalik | Revisi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang