Bab 24

365 20 0
                                    

"Sini, Sayang, sama Mama," panggil Ayana.

Mereka hendak makan malam, semuanya sudah berkumpul termasuk Shakila yang duduk di sebelah Diaz. Sementara Rey dan Ayana di depannya, tepat di sebelah kiri Oma Rain.

"Gapapa, Lily biar sama Aishe. Kan kamu mau makan," kata Oma Rain.

"Iya, Sayang, gapapa. Nanti biar di suapin Aishe." Rey menimpali, mau tak mau Ayana hanya menurut. Lily pun nampak betah dengan Aishe.

Saat makanan dihidangkan, mereka semua makan dengan tenang. Lalu Oma Rain tiba-tiba menyeletuk, "Malam ini Lily biar tidur sama Oma, ya?"

"Iya, kalian kan harus istirahat. Pasti capek," timpal Melinda yang sepertinya sudah mulai menerima Ayana.

Namun, belum sempat Ayana ataupun Rey menyahut, Shakila sudah menyambar duluan. "Ngapain tidur sama Oma, dia kan punya orang tua."

Rey terlihat sebal, dan Oma Rain langsung menimpali, "Gapapa, lagian Oma seneng sama Lily. Itung-itung pemanasan buat nanti ngasuh cicit kedua."

Melinda tertawa, berusaha mencairkan suasana. Tapi sayangnya Shakila bandel dan tak mau diam.
"Dia bukan anak kandung Kak Rey, mauin aja Oma ngasuh dia."

"Shakila!"

Telat. Rey keburu marah. "Minta maaf ke Ayana," titah Rey dengan penuh penekanan.

Shakila yang sama kerasnya macam Rey, tentu tak akan menurut. Dia menggebrak meja seraya bangkit dari duduknya. "Gak! Ngapain minta maaf ke dia, gak sudi!"

Setelah mengatakan itu Shakila langsung pergi meninggalkan makanan yang masih utuh. Rey kesal, dia akhirnya pergi meninggalkan suasana hening di meja makan.
Sementara Melinda inisiatif untuk menyusul putrinya tapi langsung di cegah oleh Reno. "Papi aja," katanya seraya ikut beranjak meninggalkan meja makan.

"Maaf, Oma," ucap Ayana merasa tak enak.

"It's okay."

Ayana lalu menatap Lily yang juga menatapnya. "Gapapa, Lily biar tidur sama aku aja," ujarnya seraya mengambil Lily dari pangkuan Aishe.

Setelah menggendong Lily, Ayana pamit menyusul Rey. Melinda hanya diam, dia tak bisa melakukan apapun. Diaz juga terlihat tak enak sendiri, sedangkan Oma Rain ... dia menyuruh orang yang tersisa untuk melanjutkan makan. Tidak boleh ada makanan yang terbuang percuma.

***

Ayana masuk ke kamar dengan perlahan, Lily yang berada digendongan nampak anteng sendiri. Namun, sosok Rey tak terlihat di kamar. Saat akan mencari keluar, Lily menunjuk ke arah pintu balkon yang terbuka, bahkan tirainya diterpa oleh angin. Membuatnya bergoyang.

Sambil menggendong Lily, Ayana bergerak ke sana. Menatap Rey lewat kaca, putrinya itu bahkan ikutan mengintip  sambil tersenyum. Sampai akhirnya Rey berbalik dan mendapati mereka berdua tengah menatapnya.

"Ngapain hayo?" tanya Rey mencoba tersenyum, walau suasana hatinya sedang buruk.

Ayana ikutan tersenyum lalu menghampiri Rey. "Dingin gini, kok di luar sih, Dadda."

"What was that? Dadda?" tanya Rey seraya mengambil Lily dari gendongan Ayana.

"Mm-hmm, aku bingung mau manggil kamu apa." Ayana menyengir, lalu ikut melangkah ke dalam.

Setelah mereka masuk dan pintu balkon kembali dikunci, Rey berujar, "Btw, aku belum pernah denger Lily nyebut selain Mam?"

"Karena cuma ada aku, memang mau manggil Papa ke siapa?" jawab Ayana.

Rey mengangguk mengerti, dia duduk di kasur dengan Lily yang masih berada digendongnya. "Lily, call me Daddy or something else?" titah Rey pada Lily.

Babalik | Revisi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang