Bab 30

405 20 0
                                    

Setelah makan malam dengan keluarga Diaz selesai, tiba-tiba saja Melinda dan Reno meminta agar Lily tidur dengan mereka. Ayana awalnya menolak karena takut Lily mengganggu kakek-neneknya. Tapi Melinda dan Reno tampak memaksa dengan dalih ingin tidur bersama cucu dan akhirnya malam ini Ayana tidur tanpa Lily.

Ayana sedang duduk di depan meja rias dengan gaun tidurnya, entah apa yang ia lakukan, yang jelas dari tempatnya duduk Rey nampak tersenyum. Rey berada di meja kerjanya yang mana bersebrangan dengan meja rias Ayana.

"Kenapa lihat-lihat?" tanya Ayana saat tak sengaja melihat refleksi Rey di cermin. Tatapannya bikin Ayana grogi.

"Enggak, emang aku gak boleh lihat istri sendiri?" jawab Rey santai.

Ayana tak menjawab, kembali fokus pada perawatan wajahnya. Kini terlihat sedang membubuhkan sesuatu pada bibirnya, bikin Rey secara refleks mengulum bibir.
Tapi, pria itu kembali fokus pada layar di depannya. Rey tengah melihat macam-macam model rumah yang agaknya cocok dengan selera Ayana. Lalu, Ayana yang telah selesai dengan ritual malamnya itu menghampiri Rey dan melihat ke arah layar dari bahu suaminya-Ayana memeluk Rey dari belakang.

"Wah!"

Rey tersenyum lalu menarik Ayana agar duduk di pangkuannya. Wangi semerbak menyapa indera penciuman saat Ayana duduk. Ayana benar-benar tak mengganti parfumnya.

"Choose one," titah Rey dengan tangan yang berada di pinggang Ayana.

"Everything looks good," komentar Ayana.

"Kamu punya impian gitu pengen future house-nya kayak gimana?" Rey mencoba menarik minat Ayana.

"Aku ... pengen rumah yang dikelilingi sama tanaman, bunga or something else. Biar ala-ala fairy gitu," ungkap Ayana.

"Modelnya?" tanya Rey lagi.

Ayana bersandar ke dada bidang Rey, nampak sedang berpikir. "Kayak gimana aja sih, yang penting kamarnya luas, ruang tengahnya luas, dapurnya luas. Terus ada taman juga gazebo di belakang rumah buat nyantai. Oh iya! Harus ada kolam ikan. Aku suka ikan hias, apalagi ikan cupang dan koi terus apalagi ya?" Ayana terdiam sebentar, sementara Rey nampak menggaruk alisnya karena Ayana terlalu banyak bergerak.

"Mau apalagi, Sayang?" tanya Rey seraya memeluk Ayana juga memberikan kecupan di bahu.

"Eh, permintaan aku kebanyakan ya?" Ayana malu sendiri.

"Enggak kok, sebutin aja kemauan kamu. Nanti aku bikinin list, biar nanti sesuai mau kamu," kata Rey dengan senyuman tulus.

"Kamu mau ada kolam renangnya gak? Atau juga ruangan khusus gym? Karaoke? Bioskop mini gitu, biar betah di rumah," tambahnya.

Sedang Ayama menatap Rey dengan lucu. "Sekalian aja ada supermarketnya Rey," ucap Ayana sementara suaminya itu malah nyengir.

"Habis ... ini rumah pertama kita. Harus ada yang spesial dong," papar Rey.

Ayana tak menjawab, dia malah menutup laptopnya dan berbalik menghadap Rey. Menatap suaminya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. "Are we going to discuss this until morning?" tanyanya.

Rey menampilkan seringainya, dia menarik dagu Ayana seraya berkata, "Nope." Kemudian mengecup bibir sang istri.

"I think ... it's gonna be a long night, darling."

***

Sinar mentari yang menerobos masuk ke kamar Rey membuat
Ayana terbangun, menatap ke arah jarum jam yang menunjukkan pukul enam pagi. Ayana berbalik dan mendapati Rey masih tertidur pulas.

Babalik | Revisi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang