Bab 10

557 31 0
                                    

Ayana tak menyangka Rey benar-benar datang ke sini. Tapi, juga kesal karena Rey berbohong soal Kinan. Ternyata tidak Kinan tidak ikut.

Setelah diijinkan masuk Rey langsung melihat kondisi Lily yang terlihat pucat dengan badan panas. Saat kening Lily dipegang, anak itu bangun dan melindur.

"Mum ... anas."

Sontak saja Rey langsung menoleh ke arah Ayana dengan tatapan tajamnya, membuat Ayana mendengus karena merasa diomeli.

"Apa?" ucap Ayana ketus.

"Demamnya tinggi, gak bakal turun kalau cuma dikompres. Kamu gimana sih? Harusnya bawa ke rumah sakit," kata Rey terdengar marah.

"Kenapa ngatur sih? Aku Mamanya, bukan kamu," kata Ayana masih bersikap ngeyel.

Rey mendecak, menatap heran ke arah Ayana. Kemudian saat hendak menggendong Lily Ayana langsung menahannya sambil bertanya, "Kamu mau apa?"

"Lily harus harus dibawa ke rumah sakit, kamu gak ngerasa apa kalau panasnya tinggi?"

Karena Ayana hanya diam, membuat Rey akhirnya mengambil keputusan sepihak. Lily sudah ada digendongannya sekarang dan bersiap pergi. Tapi, lagi-lagi Ayana menghentikannya.

"Jangan dibawa ke rumah sakit," pintanya seraya memegang lengan Rey. Tatapannya sayu, bahkan tangannya bergetar.

Sorot tajam dalam mata Rey memudar, lantas ia bertanya, "Why?"

Ayana diam dengan mata yang memerah. "Mereka bakal ambil Lily dari aku ... jangan bawa ke rumah sakit," lirih Ayana. "Mereka gak boleh tahu kalau Lily ada di sini, aku mohon."

Rey yang tak mengerti mencoba menerka-nerka, siapa yang Ayana sebut mereka? "Siapa yang mau ambil, Lily?" tanyanya kemudian.

Mata Ayana yang berlinang air mata itu menatap Rey dengan tatapan yang tak pernah Rey lihat sebelumnya. "Neneknya Lily, mereka punya rumah sakit dan tersebar di mana-mana. Dia gak boleh tahu kalau Lily ada di sini, aku mohon ... jangan bawa ke sana."

Ayana hampir menangis, tapi Rey tetap pada keputusannya. "Mereka gak akan tahu kalau Lily ada di sini, kita tetep harus bawa dia ke rumah sakit," ujarnya, "Trust me ... Lily bakal aman sama aku."

***

Ternyata Lily terserang DBD, Ayana tak sadar jika terdapat ruam merah pada kulitnya. Alhasil, Lily harus dirawat di rumah sakit sampai kondisinya benar-benar membaik.

Jika ditanya apakah Ayana khawatir? Tentu saja, Ayana benar-benar takut kehilangan Lily. Tapi, juga merasa menyesal karena tidak cepat-cepat membawanya kemari.

"Lily pasti sembuh," kata Rey setelah kembali dari membayar biaya administrasi pengobatan Lily.

"Makasih udah bantu Lily," ucap Ayana tulus.

Rey tersenyum manis pada Ayana, dia lalu teringat saat menulis informasi tentang Lily. "Ng ... soal tadi, kamu gak keberatan kan kalau nama belakang aku dipake Lily?" tanyanya, "Kan juga, supaya mereka gak tahu kalau Lily pernah dirawat di sini. Karena ada nama aku."

Ayana terlihat canggung, dia mengalihkan pandangannya kepada Lily yang tengah tertidur pulas dari balik pintu kaca ini. Ayana jadi teringat saat tadi suster membubuhkan akhiran nama Rey di papan nama. Lily Amarylis Reid. Kenapa terdengar sangat cocok ya?

"Gapapa kok, malah makasih banget karena kamu udah nolong Lily," kata Ayana.

"Di awal ketemu sama Lily, aku udah suka. Makanya aku sering datang ke sana buat main sama Lily, kebetulan waktu itu aku lagi ngasuh keponakan temen. Hehe," ungkap Rey.

Babalik | Revisi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang