Extra Part 1

493 18 0
                                    

Dikediaman Oma Rain nampak ramai dengan balon bertebaran di lantai. Serta dinding yang dihiasi oleh balon huruf dan poster ucapan selamat ulang tahun.

Hari ini Lily berulang tahun yang kelima, dan mereka merayakannya. Oma Rain tak mengundang siapapun, hanya mereka bertiga serta para pembantu dan penjaga rumah. Rey yang meminta agar pestanya private saja. Saat lilinnya di tiup oleh Lily, mereka semua bersorak.

"Yeay! Selamat ulang tahun, Sayang!" ucap Ayana seraya mengecup kedua pipi Lily.

"Happy birthday Lily, Sayang. Sehat-sehat, ya, Papa sayang Lily," timpal Rey seraya memberikan kecupan di pipi Lily.

"Makasi, Mama, Papa!" balas Lily terlihat sangat menggemaskan.

"Oma juga mau dong," pinta Oma Rain seraya menunjuk pipinya.

Lily menghadap ke Oma, lalu mendekatkan wajahnya. "Mwuah! Happy birthday cicit, Oma. Makin gede ya ini, tidurnya masih ngompol gak nanti?"

"No! Kan udah gede, ga boleh ngompol," balas Lily, menimbulkan gelak tawa.

"Wah, pinter ya, kalau gitu kita potong kuenya, Sayang." Ayana menimpali, dia lalu memotong kuenya dan menaruh di piring kecil.

"Lily mau kasih ke siapa kue pertamanya?" Ayana bertanya.

"Kasih Oma!" kata Lily seraya mengambil potongan kue itu dengan garpu, dibantu Ayana tentunya.

"Aduh, Oma jadi terharu kan," ucap Oma setelah memakan kuenya.

"Terus ... buat Papa!" sambung Lily.

"Lho? Bukan Mama?" tanya Ayana dengan wajah terkejut yang dibuat-buat.

Sementara putrinya menggeleng. "Kan Mama udah dulu," jawab Lily dengan wajah polosnya, sedangkan Rey hanya tertawa lalu menerima suapan dari Lily.

"Makasih, Sayang," ucap Rey.

"Sama-sama." Lily lantas menatap Ayana. "Ini baru buat, Mama!"

***

"Sayang, kenapa? Kok mukanya gitu?" tanya Rey saat melihat Ayana keluar dari kamar mandi.

"Gapapa, cuma mual aja," jawab Ayana seraya mengambil duduk di kursi meja rias, perayaan ulang tahun Lily sudah selesai dan sekarang tinggal pergi tidur. Lily juga sudah terlelap di kamarnya.

Beberapa bulan setelah pernikahan Diaz dan Shakila, mereka memang memutuskan untuk tinggal di Australia untuk sementara waktu. Ingin menjauh dari segala kekacauan yang terjadi.

"Emang habis makan apa? Kok bisa mual?" tanya Rey lagi seraya berdiri di belakang Ayana dengan kedua tangan yang tersampir di bahu istrinya.

"Gak makan apa-apa, emang lagi mual aja. Malah aku pengen makan yang manis-manis nih," kata Ayana.

"Tumben, lagi ngidam kamu?"

"He‘em," jawab Ayana tanpa beban.

Sementara Rey langsung terdiam, tadi dia hanya bercanda. "Serius, Sayang?" tanya Rey dengan sungguh-sungguh.

"Iya." Ayana menjawab sambil menahan tawa, dia lalu bangkit dan berbalik menghadap Rey.

"Aku hamil," ungkap Ayama seraya menarik tangan Rey dan menaruhnya di perut.

"Sayang jangan bercanda ih." Rey agaknya masih tak percaya.

"Seriusan Rey, kalau gak percaya sekarang juga kita periksa," tantang Ayana.

Manik Rey menatap Ayana penuh binar, kedua tangannya lalu menangkup wajah Ayana seraya bertanya, "Beneran kan?"

Ayana mengangguk cepat kemudian memeluk Rey erat-erat. "Selamat Rey, akhirnya doa kamu terkabul," ucap Ayana penuh haru.

Babalik | Revisi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang