Bab 36

296 16 0
                                    

Pagi-pagi sekali Ayana sudah mengunjungi kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Padahal belum sarapan, tubuhnya jadi lemas. Sementara itu, Rey terbangun karena tak merasakan kehadiran istrinya di samping. Rey pun bangun lalu mengambil segelas air di meja kecil untuk diminum.

"Sayang, kamu lagi ngapain?" tanya Rey saat hendak ke kamar mandi tapi pintunya terkunci.

"Mau apa?" sahut Ayana dari dalam.

"Mau cuci muka, mataku belekan," ujarnya.

"Tolong ambilin baju aku dulu di lemari." Ayana meminta.

Rey menurut, dia melangkahkan kakinya menuju almari dan membuka pintu bagian Ayana.

"Baju apa, Sayang?" tanya Rey sedikit berteriak agar terdengar oleh Ayana.

"Yang mana aja," sahut Ayana.

"Oke."

Rey pun mengambil baju berwarna putih, namun saat ditarik ada sesuatu yang terjatuh. Rey mengambilnya dan ternyata sebuah amplop, saat dibalik ada tulisan yang membuat Rey speechless.

Klinik Rosemary.

Rey membuka amplop putih itu dan mengambil secarik kertas di dalam lantas membacanya. Mata Rey menatap sebuah tulisan yang dibaca; positif. Sontak Rey langsung menatap ke arah kamar mandi. Dia lalu menutup pintu lemari dan menghampiri Ayana.

"Ini bajunya," kata Rey.

Bunyi kunci yang diputar terdengar ditelinga dan saat pintu terbuka Rey langsung menyodorkan kertas itu pada Ayana. Katanya, "Kamu hamil?"

Ayana menatap kertas di tangan Rey kemudian memegang perutnya.

"Aya?"

"Iya, yang mau bicarakan semalam tuh ini," jelas Ayana.

Tanpa banyak pikir, Rey langsung memeluk Ayana dan mengucapkan syukur, kemudian mendaratkan kecupan di pipi, kening dan bibir Ayana.

"Makasih, Sayang, makasih atas kabar baiknya." Rey berujar.

Ayana mengangguk haru. "Aku jadi ibu lagi, di perut aku ada Reid junior."

Rey tersenyum manis. "Selamat, Sayang!" Lalu memeluk Ayana lagi, kali ini dengan penuh sayang dan haru.

"Kamu juga, selamat karena sebentar lagi mau jadi ayah."

"Papi sama Mami pasti seneng banget denger kamu hamil."

***

Saat di meja makan, Rey memberitahukan kepada yang lain bahwa Ayana tengah mengandung. Reaksi Melinda paling heboh, dia senang akhirnya akan punya cucu.
Reno juga terlihat senang dan memberikan ucapan selamat pada Rey dan Ayana.

Melinda meminta Rey agar bisa membagi waktunya untuk Ayana, dan menyuruh Rey agar mengurangi jam kerjanya. Walaupun Ayana sudah pernah hamil sebelumnya, tetap saja harus diberikan perhatian extra.

Ayana sendiri tak menyangka jika Melinda akan sehangat ini padanya, dia bahkan memeluk dan mencium pipi Ayana. Melinda bersikap seperti seorang ibu yang senang melihat anaknya juara lomba. Bahkan mata Ayana sampai berair, dia benar-benar merasa terharu.

Walaupun tak mendapat ucapan selamat dari adik iparnya, tapi Ayana tetap senang. Yang penting Shakila tidak pergi dan tetap mendengarkan berita baik ini. Lily juga terlihat senang dan menepuk-nepuk tangannya saat Rey bilang bahwa dia akan punya adik, semuanya berbahagia karena kehamilan Ayana.

"Lo harusnya seneng dong, akhirnya Rey jadi ayah. Dia kan udah lama pengen punya anak, makanya lengket sama Lily," komentar Diaz saat mendengar cerita Shakila barusan.

"Iya, mereka saking bahagianya jadi lupa kalau masih ada aku," gerutu Shakila.

"Mereka gak lupa, Kil, tapi lo yang ngejauh."

Shakila tak menjawab, dia mengiris pizzanya dan memasukkan ke mulut. Di mana lagi mereka kalau bukan berada di restoran Italia.  "Aku gak ngejauh Kak, cuma males aja," kilahnya.

Diaz hanya menggeleng kemudian mencubit pipi Shakila pelan. "Sama aja," ujarnya.

"Btw, besok-besok kalau lo ngajak ketemu tempatnya terserah gue. Bosen tahu gak makan ini mulu, lidah gue tuh gak cocok makan ginian." Diaz ngedumel sendiri.

"Gak cocok tapi selalu abis, kan? Muna banget sih," sindir Shakila.

"Ya, masa mau gue buang? Mahal, Kila, sayang duitnya, mending buat beli soto," ucap Diaz membela diri.

"Soto mulu," dengus Shakila.

"Iya dong, seperti lo yang cinta masakan Itali, gue cinta banget sama soto betawi."

"Aneh ih, awas ntar saking cintanya sama soto jadi gak bisa cinta sama manusia," ledek Shakila seraya tertawa.

Sementara Diaz malah diam, dia jadi kepikiran soal perjodohannya dengan Shakila. Gadis itu belum tahu kalau kedua keluarga berniat menjodohkan anaknya.

Entah kenapa Diaz mendadak takut akan respon Shakila jika nanti mendengar kabar ini. Dan juga, apakah dirinya benar menyukai Shakila? Adik dari sahabatnya sendiri.

Bukankah Diaz belum siap untuk menikah karena dulu sempat gagal? Bahkan, Kinan ia tinggalkan karena meminta dinikahi, lalu kenapa saat orang tuanya bilang akan menikahkan Diaz dengan Shakila, dia malah menurut saja dan tak ada perlawanan.

Apakah Diaz selama ini telah menaruh hati pada Shakila namun tak sadar?

***

Di apartemen Valya terlihat sangat marah karena tak berhasil membuat Ayana dan Rey bertengkar.

"AYANA!" teriak Valya.

"Gue pasti bakal bikin lo menderita! Lo harus ngerasain apa yang gue rasain! Lo gak boleh bahagia di atas penderitaan gue!" sumpahnya.

"Arrgh!"

Valya melempar kaca dengan ponsel seharga puluhan juta itu, lalu mengacak rambutnya dengan frustasi. Wajah cantiknya tak terlihat jika sedang seperti ini. Malah terlihat bagaikan iblis berwajah malaikat.

***

Seminggu kemudian Valya kembali dengan sudah menyusun rencana busuknya. Orang pertama yang dia temui adalah Shakila. Valya tahu jikalau hubungan Ayana dengan adik Rey tidaklah baik, jadi dia akan memanfaatkan hal itu.

"Aku dengar Ayana lagi hamil, ya?" tanya Valya pada Shakila, mereka tengah berada di Starbucks dekat butik kala itu.

"Iya."

"Waktu itu Rey nyamperin ke apartemenku," cerita Valya. "Dia lupa sama janjinya, dan malah ngancem aku."

Shakila hanya diam mendengarkan cerita Valya, dia meminum kopinya dengan tenang. Valya sendiri kembali mengeluarkan hasutannya.

"Terus aku juga sempet ketemu Ayana, waktu Tante Melinda ada charity event," ujar Valya.

"Oh, gue lagi pergi sih waktu itu," sahut Shakila.

"Pantesan gak lihat kamu, soalnya waktu itu Ayana juga ngancem aku. Dia bilang bakal sakitin aku kalau coba-coba deketin Rey." Valya mengusap air mata palsunya, "Padahal aku cuma minta hak aku loh, aku korban di sini."

Shakila bingung harus menanggapinya bagaimana, namun dia sedikit terkejut saat mendengarnya. Valya bilang Rey dan Ayana mengancamnya, jahat sekali pasangan itu.

"Yang sabar ya, gue gak tahu sih harus berbuat apa. Gue gak bisa maksa Kak Rey buat tanggung jawab, apalagi sekarang Ayana lagi hamil," kata Shakila merasa tak enak.

Valya tersenyum. "Gapapa kok, aku ngerti," ujarnya.

"Oh iya, Rey tuh ... sayang banget ya sama anak tirinya?" tanya Valya.

"Iya, kayaknya dia lebih sayang Lily daripada gue."

Valya tersenyum jahat, Shakila sepertinya membenci Lily juga.

"Rey tega banget sih, padahal kamu adik kandungnya lho. Kenapa lebih milih anak itu sih?"

Shakila hanya diam, sepertinya sedang berpikir sementara Valya nampak mengulas senyum jahatnya.

Babalik | Revisi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang