"APA? NGGAK MAU, MELODI NGGAK MAU DI JODOHIN!" teriakan itu mampu membuat kedua orangtuanya mendesah kecewa.
"Ayolah, Nak. Ini demi ayah," ujar Arden--sang papa.
"Pa! Sampai kapan pun melodi nggak akan pernah nikah dengan lelaki yang tidak melodi kenal!" teriak Melodi kecewa. Orangtuanya ini, sangatlah aneh. Diusianya yang sangat mudah ini, mereka malah menyuruh Melodi untuk menikahi lelaki yang mereka pilih.
Jelas saja Melodi tidak terima, selain dirinya yang tidak mengenal siapa lelaki itu, ia juga masih berseragam putih abu-abu. Tidak mungkin ia menikah di posisi masih sekolah.
Pemikiran orangtuanya itu sangat konyol.
Ashana---Sang Mama mengelus pundak Melodi dengan lembut. Meyakinkan dengan ucapan suaminya.
"Sayang, lelaki pilihan Papamu tidak akan gagal. Mama yakin, dia bisa bahagiakan kamu. dia nggak akan pernah buat kamu kecewa."
"Ma, melodi tetap nggak mau!" Kekeuh gadis itu.
Ashana dan Arden saling memandang, keduanya lalu menghela nafasnya kasar.
Mereka tidak tahu lagi harus bagaimana membujuk anaknya itu.
"Melodi, kamu nggak mau nurut sama orangtua? Kamu jahat sekali, Melodi." Jika sudah memanggil dengan namanya, Melodi tidak tahan.
"Pa, Melodi nggak bermaksud gitu."
"Tapi, papa tau, Melodi nggak suka di jodoh-jodohin! Biarin Melodi memilih jalan sendiri," Melodi berkata sangat lembut, berharap kedua orangtuanya itu mengerti. Tapi, terlihat wajah Arden yang memasang ekspresi sedih membuat hatinya tidak rela.
Ia tidak suka orangtuanya sedih.
"Kalau itu mau kamu, papa tidak akan makan beberapa hari. Biarkan saja tubuh kurus ini kesakitan," ucap Arden memasang wajah sesedih mungkin.
Melodi menghela nafasnya gusar, jika sudah begini ia tidak bisa menolak. Ayahnya itu, sangat pandai membuat ia luluh.
"Terserah papa saja! Mau menolak pun Melodi tau papa bagaimana," final Melodi dan berlalu dari hadapan orangtuanya.
Arden dan Ashana saling melemparkan senyumnya. Anaknya itu, sangat mudah di luluhkan.
Melodi membanting pintu kamarnya, saat ini perasaannya kesal, sangat kesal. Terlebih perjodohan yang ayahnya rencanakan itu sangat membuatnya muak.
Sial, kenapa kedua orangtuanya tidak pernah mengerti keadaannya, sih? Ia jadi kesal sendiri.
Kemudian, gadis itu beralih meraih ponselnya yang terus bergetar sedari tadi.
Perkumpulan para Dugong
You, Azkia, KellyAzkia : Bar nggak nih?
Kelly : boleh tuh, gue lagi gabut
Azkia : Melodi mana nih? Ikut kagak?
Kelly : masa kagak sih!
You : otw
______
Baiklah, sepertinya saat ini ia butuh hiburan untuk mengembalikan moodnya yang hancur akibat ulah orangtuanya.
***
"Lo ada masalah apasih?" tanya Azkia melihat Melodi yang meminum beberapa botol minuman haram itu.
Melodi tidak menjawab, gadis itu menatap sekumpulan manusia yang tengah asik berjoget di hadapannya. Senyum lebar ia layangkan kearah lelaki yang tengah menatapnya, Mata gadis itu sayu pertanda kesadarannya semakin menipis.
Dentuman keras tidak membuatnya risih, justru ia menikmatinya seraya meminum beberapa botol alkohol, yang menjadi candunya.
Kelly menghendikkan bahunya ketika tatapannya beradu dengan mata Azkia.
"Nggak waras ni anak," sahut Azkia.
"Sadar, Mel." Gadis itu menepuk-nepuk pipi Melodi.
"Gue masih sadar," balas gadis itu menepis tangan Azkia.
Azkia menghembuskan nafasnya, kali ini ia biarkan Melodi yang meminum Alkohol kembali. Mungkin gadis itu sudah menghabiskan tiga botol? Terbukti dengan adanya lima botol di atas meja.
Tiba-tiba, tubuh Melodi berdiri membuat kedua temannya itu saling melempar tatapan.
Melodi mulai bergabung di kerumunan itu, dan mulai berjoget asal.
Melodi, meskipun namanya terkesan anggun, tapi aslinya jauh dari kata anggun. Jiwa bar-bar nya akan keluar jika bersama kedua temannya.
"Melodi!" teriak Azkia panik, namun suaranya tertelan oleh dentuman keras.
Kelly terkekeh, gadis itu mengibaskan tangannya kearah Azkia seolah berkata, 'biarkan saja'.
"Jarang-jarang gue liat dia se stres ini," ujar Kelly memperhatikan gerak-gerik Melodi.
Azkia menjitak kepala Kelly.
"Cepet bantuin gue bawa tuh anak pergi, bisa kebablasan dia." Ujarnya.Kelly mendengus kesal, tapi tak urung ia menuruti ucapan Azkia.
Dengan paksa, kedua perempuan itu menarik tubuh Melodi menjauhi kerumunan itu. Bisa dilihat, wajah Melodi yang menahan kesal karena kegiatannya sudah diganggu oleh kedua temannya.
"Lepasin ih, gue lagi dansa sama cowo tampan," racaunya tak jelas.
Azkia menghempaskan tubuh Melodi kearah mobilnya, gadis itu meregangkan otot-ototnya yang pegal itu.
"Bawa kemana dia?" tanya Kelly yang sudah duduk di kursi kemudi.
"Apartemen nya," balas Azkia dan duduk di samping Kelly.
Lalu, Kelly mulai melajukan mobilnya menuju salah satu apartemen elit.
Setelah sampai, mereka harus mengangkat kembali tubuh Melodi yang jauh dari kata ringan.
Lebih baik mereka mengangkat Melodi ketika sadar, ketimbang seperti ini. Berat badan Melodi ketika tidak sadar sangat jauh berbeda. Rasanya sangat berat.
Azkia membuka apartemen milik Melodi dengan mudah. Mereka tidak hanya satu dua kali mampir ke apartemennya, hampir setiap hari mereka menginap.
"Gila tuh anak," ujar Kelly merebahkan dirinya diatas karpet bulu.
"Nggak waras dia," balas Azkia.
"Lagian tuh anak lagi ada masalah apasih, nggak biasanya dia mabuk berat kaya gini," Azkia mengangguk membenarkan perkataan Kelly.
Ia juga bingung dengan sikap Melodi.
Apa ada masalah dengan gadis itu?"Gue paling tau dia, mau minum banyak pun dia nggak akan bisa mabuk." Aneh Azkia.
"Udahlah, gue ngantuk mau tidur." Tanpa berpindah tempat, Kelly mulai memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Soul Mate { Tamat }
Teen Fiction"Lo istri gue, apa nggak bisa lo nerima gue sebagai suami lo? seenggaknya melakukan tugas layaknya sebagai istri." "lo gila?" Melodi menepis tangan Saka, dan menatap lelaki itu tajam. "Gue juga nggak mau jadi istri lo, gue nggak mau punya suami ka...