Tak terasa, hari ini adalah hari pernikahan Melodi dan juga Saka. Tak banyak yang datang, hanya keluarga dari kedua pihak saja. Mengingat kembali mereka yang masih sekolah, membuat pernikahannya harus ter rahasiakan.
Saat ini, Melodi memandang dirinya di pantulan cermin, gaun yang ia pakai membuatnya semakin cantik. Tapi, raut wajahnya terlihat tidak senang.
Mau bagaimana pun, pernikahan ini ia tidak pernah menginginkannya.
Ketukan pintu membuat ia menoleh, wanita yang tengah berjalan dengan anggun membuat Melodi harus memasang wajah ceria.
"Kamu sudah siap, nak?" tanya Ashana sambil membalikkan tubuh Melodi menghadap cermin.
Wanita itu tersenyum manis melihat putri satu-satunya yang sebentar lagi akan menjabat sebagai seorang istri.
Melodi melunturkan senyumnya, ia menatap ibunya dari cermin. Raut wajahnya terlihat sedih, membuat sang ibu mengelus pundaknya.
"Melodi nggak pernah siap, Ma. Melodi takut, gimana kalo Melodi nggak bisa melayani dia?"
Ashana tertawa kecil, lalu ia membalikkan tubuh Melodi menghadap kearahnya. Wanita itu menangkup wajah Melodi.
"Mama yakin, kamu pasti bisa. Jangan buat Saka kecewa sama kamu, sayang. Sebagai istri, kamu harus menuruti ucapan suami, Mama harap hidup kamu jauh lebih bahagia dari sebelumnya," tutur Ashana memeluk tubuh Melodi, wanita itu menitikkan air matanya, jujur sekali, ia juga belum siap melepaskan anaknya ini. Tapi mau bagaimana pun, Melodi harus terjaga dengan baik, dan lelaki pilihannya tidak mungkin mengecewakannya.
Melodi memeluk erat tubuh ibunya, ia menangis di pelukan Ashana. Menumpahkan rasa kesal di hatinya.
"Jangan, nangis sayang," ujar Ashana dan melepaskan pelukannya.
"Acar segera dimulai, ayo kita turun," Ashana segera menggandeng tangan Melodi.
***
Detak jantung Saka berpacu lebih cepat dari biasanya, melihat seorang perempuan yang tengah berjalan menghampirinya membuat kedua pipi lelaki itu memerah.
Melodi, sungguh sangat cantik.
Adnan terkekeh dan menepuk punggung Saka. "tenang, boy. Sebentar lagi gadis cantik itu akan menjadi milikmu," seolah tau tatapan mata dari sang anak.
Saka berdecih tak suka, lantas ia menoleh kearah Adnan.
"Papa yakin, dia gadis?"
Adnan semakin tertawa.
"Menurutmu?"Saka hanya membalasnya dengan tersenyum miring. Ia tak yakin dengan Melodi, mengingat sikap dan perilaku gadis itu membuatnya terus berpikir lebih jauh.
Melodi saat ini sudah berhasil duduk di samping Saka. Raut wajah gadis itu datar, tanpa ekspresi.
"Bagaimana? Apa sudah siap?" Saka melirik kearah Melodi yang hanya diam sambil menundukkan kepalanya.
Lalu, lelaki itu menatap penghulu dengan tersenyum, dan menganggukkan kepalanya.
Penghulu mulai menjabat tangan Saka, dan mulai mengeluarkan kalimat-kalimat ijab kabul. Sampai akhirnya, teriakan kata sah terdengar sangat jelas di kedua telinga Melodi.
Melodi mengigit bibir bawahnya, menahan isakan tangisnya yang bisa saja terdengar. Semua orang yang hadir tersenyum senang sambil mengucapkan kata selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Soul Mate { Tamat }
Teen Fiction"Lo istri gue, apa nggak bisa lo nerima gue sebagai suami lo? seenggaknya melakukan tugas layaknya sebagai istri." "lo gila?" Melodi menepis tangan Saka, dan menatap lelaki itu tajam. "Gue juga nggak mau jadi istri lo, gue nggak mau punya suami ka...