"woy, anjing. Kita telat lagi," pekik Azkia ketika melihat gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat.
Kelly mengangguk seraya mengulum permennya. "Itu kan udah kebiasaan kita," balas gadis itu santai.
Melodi mengacuhkan kedua temannya, gadis itu berjalan menghampiri gerbang sekolah dan mendapati ketua OSIS yang tengah berdiri seraya menatap mereka.
"Bukain dong," ujar Melodi.
Sandi---ketua OSIS itu mendekat.
"Lo telat," ujarnya.Melodi mendengus sebal.
"Gue tau."Sandi menghela nafasnya gusar.
"Bisa nggak sih kalian jangan dulu bikin ulah? Gue sebagai ketua OSIS cape woy," keluh lelaki itu.Azkia mendorong bahu Melodi pelan, dan mendekatkan wajahnya dengan wajah Sandi. "Lo yang cape kok kita yang di salahin?" tanya gadis itu.
Kelly mengangguk setuju.
"Kalo cape mah, mending istirahat aja.""Jangan bilang-bilang ke kita, kita nggak peduli kok!" Lanjut gadis itu membuat Sandi mengusap wajahnya kesal.
Azkia tertawa kecil, dan menoleh kearah Kelly, gadis itu mengacungi jempol kearahnya.
Lalu kembali menatap Sandi.
"Ayolah, San. Bukain dulu gerbangnya," ucap gadis itu sambil menggoyang-goyangkan pagar yang terbuat dari besi itu.Dengan berat hati Sandi membuka gerbang. Ketiganya masuk dengan senyuman yang merekah.
"Diem dulu, jangan masuk kelas!"
"Kalian harus nerima hukuman," Azkia dan Kelly menghela nafasnya kasar. Hukuman, lagi? Kenapa hari-harinya tidak jauh dari hukuman, sih?
Sandi menatap seragam sekolah yang di pakai oleh ketiga manusia itu. Lelaki itu berdecak seraya geleng-geleng kepala.
"Kalian ini, mau sekolah apa mau ngelonte, sih?" tanya lelaki itu tak habis pikir. Bisa-bisanya mereka memakai seragam tidak layak seperti ini, apa mereka kekurangan uang?
Kelly sontak menutupi bagian dadanya menggunakan kedua tangannya, dan melotot kearah Sandi. "Mata sialan, jangan cabul Lo!" pekiknya.
Sebelah sudut lelaki itu tertarik keatas, sangat lucu perkataan Kelly.
"Gue nggak akan tertarik sama Lo, ya!" ketus Sandi dan mulai memberi mereka hukuman.
Kelly hanya menanggapinya dengan memutar bola matanya malas.
"Lari keliling lapangan sebanyak 10 kali!" hukuman yang diberikan ketua OSIS itu membuat ketiga manusia itu melotot tak percaya.
Meskipun masih pagi, tapi yang benar saja? Mereka ini perempuan, loh!
"Gila Lo?" tanya Melodi tak percaya.
"Lo yang gila!"
"Cepat jalani hukuman kalian, atau enggak gue aduin ke Bu Fitri," emang dasar lelaki pengecut si Sandi ini. Bisanya cuman ngadu aja.
Ketiganya dengan malas mulai berlari mengelilingi lapangan. Keringat bercucuran di area wajahnya dan turun ke leher.
Melodi berhenti sejenak, gadis itu dengan cepat mengumpulkan rambutnya menjadi satu dan mengucirnya. Lalu kembali berlari.
"Eh, tunggu!" teriak Sandi ketika mereka bertiga sudah menyelesaikan hukumannya dan bergegas menuju kelasnya.
"Apa lagi sih, bangsat?" kesal Melodi.
"Kalo besok pakaian kalian masih ketat kaya gini, jangan harap kalian bisa bebas dari hukuman gue!" Tanpa mengucapkan kalimat apapun lagi, Sandi pergi menjauhi ketiganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Soul Mate { Tamat }
Teen Fiction"Lo istri gue, apa nggak bisa lo nerima gue sebagai suami lo? seenggaknya melakukan tugas layaknya sebagai istri." "lo gila?" Melodi menepis tangan Saka, dan menatap lelaki itu tajam. "Gue juga nggak mau jadi istri lo, gue nggak mau punya suami ka...