Empat puluh

660 17 0
                                    

Hari demi hari telah berganti, begitupun dengan bulan.

Kini, perut Melodi semakin buncit. Dan saat ini, Saka sudah memperkejakan orang untuk membantu pekerjaan rumahnya.

Ia tidak mau, istrinya itu melakukan pekerjaan rumah yang menurutnya sangat melelahkan itu. Ditambah usia kandungan Melodi sudah menginjak 5 bulan, takut terjadi apa-apa dengan bayi yang dia kandung.

Melodi mengeluh lelah, lalu ia melirik kearah jam dinding. Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam, tapi tidak ada tanda-tanda suaminya akan pulang.

Jika, pagi lelaki itu akan berangkat kuliah. Maka, siang sampai sore ia akan berangkat bekerja.

Sebenarnya, Melodi kasihan melihat suaminya itu yang setiap hari selalu bekerja dan kuliah di waktu yang sama.

Tapi, mau bagaimana lagi. Jika tidak bekerja, ia dan calon anaknya, akan di kasih makan apa? Jaman sekarang, cinta saja tidak cukup.

"Assalamualaikum," sapaan dan diiringi oleh terbukanya pintu membuat Melodi segera bangkit dan menghampiri suaminya itu.

"Waalaikumsalam," Melodi meraih tas kerja Saka sambil mencium tangan kanan Suaminya.

Saka tersenyum dan mengusap kepala istrinya. "Belum tidur?" tanya Saka dan menuntun istrinya itu untuk masuk ke dalam kamar.

Melodi menggeleng pelan.
"Belum."

Saka bernafas lelah dan duduk di tepi ranjang, di samping istrinya.

"Aku, kan, udah bilang. Jangan nungguin aku," ucap Saka memperhatikan wajah Melodi.

Melodi menoleh seraya terkekeh kecil.
"Aku nggak bisa tidur kalo nggak ada kamu," balasnya membuat Saka ikut terkekeh.

"Yaudah, kamu mandi dulu. Aku mau angetin nasi," ujar Melodi dan berniat untuk bangkit.

"Nggak usah, aku nggak mau makan," Saka menghentikan Melodi.

"Kamu pasti kecapean, kan?" tanya Melodi.

Saka tersenyum tipis, lalu ia memeluk tubuh Melodi dari samping. "Secape-cape nya aku, kalo liat kamu cape aku udah ilang," Melodi terkekeh mendengar ucapan Saka.

"Maaf, udah bikin kamu kecapean," Saka menunduk untuk menatap wajah sendu milik istrinya.

Lalu, ia merelai pelukannya dan menangkup wajah Melodi menggunakan kedua tangannya.

"Itu udah kewajiban aku sebagai suami kamu, sebagai ayah dari calon anak kita." Jelas Saka.

"Ini nggak adil, aku enak-enak di rumah. Sedangkan kamu kuliah dan kerja. Itu pasti cape banget, kan?" tanya Melodi.

Saka terkekeh, mengusap perut buncit istri lembut.

"Nggak, sayang. Ini adil, kamu kan lagi ngandung anak aku."

"Nggak papa aku cape, asal jangan kamu. Kamu nggak boleh kecapean," tambah Saka dan merengkuh kembali tunduh Istrinya itu.

"Ini udah kewajiban aku sebagai suami," Saka mengeratkan pelukannya dari tubuh Melodi, begitupun dengan perempuan yang ada di dekapannya.

"Makasih, Saka. Kamu udah rela capek-capek an demi aku," Saka hanya tersenyum manis.

"Aku kaya gini karena aku cinta sama kamu, Mel." Senyuman Melodi semakin lebar kala ucapan itu keluar dari mulut Saka.

"Makasih udah cinta sama aku, Saka. Dan maaf, perlakuan aku dulu buat kamu sakit hati."

"Udah, jangan bahas yang udah-udah. Aku mandi dulu, kamu tidur duluan, ya?" Saka melepaskan pelukannya, dan menatap kedua mata Melodi dalam.

My Soul Mate { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang