Empat puluh empat

532 11 0
                                    

Melodi masih merajuk, enggan untuk berbicara dengan Saka. Perempuan itu lebih memilih menonton tv di ruang tamu.

"Sayang, aku nggak bilang kamu gendut, kok!" Rengek Saka seraya duduk di bawah kaki Melodi.

Melodi enggan menoleh.

"Tadi aku keceplosan," timpalnya lagi dan sukses membuat Melodi menoleh.

"Keceplosan? Berarti bener aku gendut?!" Sarkas Melodi tajam.

Saka mendongak, menelan ludahnya susah payah.

Demi apa sih!! Ia berani kok melawan orang lain, asal jangan lawan istrinya. Bukan karena takut, tapi hanya menghargai istrinya.

Perlahan kepala lelaki itu menggeleng pelan.

"B-bukan," gugupnya membuat Melodi berdecak sebal.

"Udahlah, lagian bener kok, kalo aku gendutan," Melodi semakin kesal.

"Nggak, kamu langsing kok, nggak gendut," kata Saka.

Melodi kembali menoleh, "maksud kamu aku kurus?!"

Tuh, kan, Saka salah lagi. Emang paling bener diam, sih!

Jangan banyak omong lu, Sak. Kaya nggak tau aja perempuan hamil kaya gimana.

"Nggak, sayang," balas Saka memaksa untuk tersenyum lebar.

"Ngapain nyengir? Kamu pikir aku nggak kesel? Kamu bilang aku gendut, bilang aku kurus. Aku kesel!" Sentak Melodi membuat senyum lebar di bibir Saka seketika luntur.

"Aku nggak bilang kamu kurus, sayang," lirih Saka menundukkan kepalanya.

"Tau ah kesel!" Melodi bangkit seraya melempar remote tv ke atas sofa, dan berlalu menuju kamar mandi.

Saka mendesah kesal, lalu ia menyusul istrinya itu dengan cepat.

"Mel, maafin ih," ucapnya. Ia jadi kesal sendiri.

"Mel," panggil Saka sambil melihat Melodi yang tengah berbaring membelakanginya.

"Melodi," panggilnya lagi membuat Melodi berdecak dan menatap Saka kesal.

"Apasih, Sak?" tanyanya kesal.

"Iya, aku tau aku salah. Maaf, ya?"

Saka duduk di samping tubuh Melodi, menggenggam tangan istrinya dan mengecupnya berulang kali.

"Hm," Melodi hanya membalasnya dengan deheman saja.

"Ayolah, sayang. Maafin, ya?"

"Oke, gini aja. Kamu mau apapun aku bakal turutin," ucap Saka membuat Melodi duduk dan tersenyum lebar.

"Bener?"

Saka mengangguk cepat.

Perasaannya mulai tidak enak, ia tau permintaan istrinya itu membuat ia hampir stres setengah mati. Lihat saja.

"Aku mau rumah pohon!"

"APA?" pekik Saka karena terkejut sekali.

Permintaan istrinya itu sangat diluar pikiran manusia.

Melodi menatap Saka dengan alis yang menaik keatas.

"Kenapa? Nggak mau nurutin?"

"Katanya apapun," Melodi memalingkan wajahnya ke depan. Enggan untuk menatap wajah Saka yang masih mepertahankan ekspresi terkejutnya.

"Nggak, cuman kaget aja," balas Saka mengusap tengkuknya dan tersenyum kikuk.

"Yang lain aja ya mintanya?"

My Soul Mate { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang