Dua puluh delapan

689 14 0
                                    

"udah siap semua?" tanya Saka.

"Udah," balas Ardhan.

"Nggak ada yang ketinggalan, kan?" tanya Melodi memastikan.

Azkia menghela nafasnya, sedari tadi pasangan suami istri di depannya ini tidak henti-hentinya bertanya. Padahal hari sudah mulai siang, takut jika jalanan akan semakin macet. Apalagi jaraknya ke kota Jakarta sangatlah jauh.

"Nggak ada, Mel. Udah siap semua kok!" balas gadis itu.

Melodi bernafas pelan, "yaudah kita berangkat sekarang aja kali ya?"

"Gue udah panas disini, nih. Gue masuk mobil duluan aja, ah!" Ucap Bagas dan berniat untuk masuk kedalam mobil.

"Mas Saka," panggilan itu membuat mereka urung untuk memasuki mobil.

Semuanya menoleh kearah Perempuan yang berdiri di belakang Saka.

"Ngapain Lo kesini?" tanya Melodi ketus.

Melinda tersenyum tipis kearah Melodi, matanya masih tertuju kearah Saka yang masih membelakanginya.

"Ini ada oleh-oleh dari ibu," ujar perempuan itu menyerahkan sekantong plastik kearah Saka.

Namun, Saka masih berdiri di tempatnya.

Melodi berdecak, "gue nggak butuh itu."

Melinda menoleh kearah Melodi.
"Ini bukan buat kamu, buat Mas Saka."

Azkia geram, gadis itu maju selangkah kehadapan Melinda dan posisinya tepat disamping Saka.

"Gue tau ini cuman akal-akalan Lo doang. Lo pikir kita nggak tau kalo Lo piatu?"

Melinda terdiam mendengar penuturan dari Azkia.

Bagas terkekeh keras, menertawakan Melinda yang tengah menahan malu.

"Baru kali ini gue nggak suka sama cewe," sahut lelaki itu.

Ardhan menampol kepala Bagas, "gue kira Lo gay," ucapnya.

Bagas mendelik kesal kearah temannya itu, "enak aja. Gue masih normal kali."

"Kamu ngomong apasih? Aku masih punya ibu loh," elak Melinda gugup.

Azkia terkekeh sinis.
"Udah deh, nggak usah ngebacot. Gue lagi males debat," gadis itu memilih untuk masuk kedalam mobil. Kalo ia terus meladeni omongan Melinda, bisa-bisa Perempuan kampungan itu babak belur karena ulahnya.

"Temen kalian aneh banget," gumam Melinda sambil terkekeh kecil.

Melodi berdecak sebal, "Lo yang aneh."

"Gue tau Lo kesini cuman mau liat suami gue!"

"Nggak usah ke ganjenan deh jadi cewe," Melodi menatap sinis kearah Melinda.

"Mentang-mentang tinggal dikampung," sahut Kelly mulai mengompori suasana.

Melinda diam, kedua tangan perempuan itu mengepal erat. Entah itu menahan malu atau menahan kesal. Yang jelas saat ini wajah perempuan itu benar-benar memerah.

"Kalian nggak usah ngeladeni dia, udah siang keburu macet!" Ujar Azkia menurunkan kaca mobil dan menatap teman-temannya itu.

Langsung saja, Kelly, Ardhan dan Bagas memasuki mobil.

Sedangkan Melodi dan Saka?

"Mas Saka, kamu kok punya istri gak milih-milih sih?" Melinda menundukkan kepalanya. Melodi tau, Melinda saat ini tengah berpura-pura sedih. Lihat saja air mata buayanya yang sudah membasahi wajahnya.

My Soul Mate { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang