Lima puluh empat

1K 13 0
                                    

Setengah jam pun berlalu.

Adira dan Adnan bernafas lega kala suara tangis bayi memenuhi ruangan itu. Keduanya saling memandang dengan tak lupa saling melempar senyum.

Adnan merangkul pundak istrinya.

"Kita punya cucu, pa," kata Adira sambil menatap pintu yang masih tertutup rapat.

Adnan terkekeh pelan, sebelah tangan pria itu menyeka air mata yang berada di ujung matanya.

Tidak, ia tidak sedih, melainkan terharu.

Tak berselang lama, pintu pun terbuka dan keluarlah seorang dokter perempuan yang berjalan menuju keduanya.

"Selamat bapak, ibu, ibu dan bayinya sehat," ucap dokter tersebut.

Adira dan Adnan tersenyum bahagia.

"Terimakasih dokter," balas Adnan.

Dokter tersebut tersenyum seraya mengangguk, lalu melenggang pergi dari hadapan keduanya.

Setelah dokter itu pergi, keduanya segera masuk ke dalam ruang persalinan.

Adira tersenyum menatap Melodi yang tengah terengah-engah.

Lantas, ia menghampirinya.

"Ma," panggil Melodi seraya tersenyum.

Adira tersenyum dan memeluk tubuh menantunya. "Mama tau kamu perempuan kuat, makasih Melodi sudah memberikan mama cucu."

Melodi terkekeh pelan lalu mengelus lengan Adira.

Saka yang melihat itu tersenyum senang. Akhirnya, rasa takut di hatinya kini hilang ketika melihat istrinya kembali tersenyum.

"Bayinya tampan dan sempurna," ucap salah satu suster sambil meletakkan bayi yang baru saja lahir beberapa saat yang lalu di samping Melodi.

Melodi menatap lekat wajah bayi itu, wajahnya sangat mirip dengan Saka.

Adnan dan Adira berkerumun di hadapan ranjang bayi itu.

Adira mengelus pelan wajah cucunya, lalu ia terkekeh geli. "Lucu," gumamnya.

Saka pun sama, ia menatap Lamat bayinya, lalu tak lama ia memeluk Melodi dan mengecupnya berulang kali seraya menggumamkan kalimat maaf dan terimakasih.

Melodi tersenyum tipis, dan mengelus punggung Saka yang bergetar.

"Udah jadi bapak masih aja cengeng," ejek Melodi membuat Saka melepaskan pelukannya dan menatap Melodi kesal.

"Aku nggak nyangka tau, di usia muda aku udah punya anak," balas Saka melirik kearah bayinya.

Melodi tersenyum manis, "apalagi aku," katanya.

"Makasih, Mel. Makasih udah bertahan sejauh ini, aku bangga sama kamu," ucap Saka menatap intens wajah cantik milik istrinya.

"Aku cinta kamu, Melodi."

***

"Ahhhh, gemes banget," pekikan itu terdengar sangat nyaring memenuhi kamar Melodi.

"Jadi, pengen nyubit, boleh, kan, Mel?" tanya Azkia menatap Melodi yang kini berbaring di tempat tidur.

"Enak aja! Lo pikir anak gue boneka apa?" Ketus Melodi melempar bantal ke arah Azkia.

Azkia cengengesan dan berhasil menangkap bantal yang dilempar oleh Melodi. "Habisnya anak Lo gemes banget."

Ardhan geleng-geleng kepala melihat kelakuan istrinya. Sedari tadi, Azkia menoel-noel pipi bayi itu berulang kali.

My Soul Mate { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang