Dua

1.8K 41 0
                                    

Melodi menyelusuri koridor dengan santai, kedua temannya yang sedari tadi berceloteh tak ia hiraukan. Sampai akhirnya mereka sampai di depan kelas.

Seorang guru yang tengah mengajar sontak menoleh, terlihat wajah guru perempuan tersebut memerah, menahan amarah yang sebentar lagi meledak.

"Kebiasaan kalian tuh datang selalu telat," guru perempuan tersebut geleng-geleng kepala, jengah melihat ketiga murid yang menjadi langganan guru BK.

Azkia memutar bola matanya malas.
"Yaelah, Bu! Cuman telat beberapa menit doang kok perhitungan, sih?"

Seisi kelas menertawakan ucapan Azkia. "Yehh, masalahnya Lo telat 30 menit, bege." Sahut salah satu teman kelasnya.

Melodi terkekeh, dengan santai gadis itu berjalan menuju kursinya. Menghiraukan guru yang menatapnya horor.

"Melodi! Ibu belum menyuruh kamu duduk, ya!" Sentak guru yang bernama, Sena itu.

Azkia dan Kelly menghendikkan bahunya acuh, dan ikut duduk di bangkunya masing-masing.

"Kalian ini paling bisa bikin darah tinggi ibu kumat," ucap Sena sambil memijit pangkal hidungnya.

"Keren dong, Bu. Jabatan darah ibu jadi tinggi," sahut Kelly yang mengundang gelak tawa dari teman kelasnya.

"Ibu perlu berterima kasih kepada kita-kita," sambung Azkia.

Sena geleng-geleng kepala, guru perempuan tersebut duduk di kursinya dengan tampang memelas.

"Sudah kelas tiga kalian seharusnya bertobat, liat guru BK mulai bosan liat kalian yang selalu jadi langganannya." Sena malah menceramahi ketiga manusia itu, dan melupakan jam pelajarannya yang sebentar lagi habis.

Melodi menyender, tatapan gadis itu memandang Sena dengan santai.
"Seharusnya ibu bersyukur, karena kami perempuan cantik yang menjadi langganan guru BK." Ujarnya.

Azkia mengangguk.
"Lagian sebentar lagi kita mau lulus, nanti semua guru bakal kangen loh sama kita, karna nggak ada lagi yang bikin onar," sambungnya seraya terkekeh.

Sena bernafas kasar, berbicara dengan ketiga murid berandalan ini memang tidak akan ada habis-habisnya. Lebih baik ia yang pertama mengalah. "Sudahlah, karena jam pelajaran ibu sudah berakhir. Ibu pamit undur diri," ujarnya sambil melenggang pergi.

"Loh, bu. Kita kan baru masuk!" teriak Kelly yang di tanggapi oleh angin lalu.

"Eh, Mel. Lo hati-hati deh," sahut salah satu teman kelasnya. Melodi menoleh, kening gadis itu bertaut.

"Apa yang harus hati-hati?" tanya Azkia memecahkan rasa penasarannya.

"Bentar lagi Bu Fitri datang," jawabnya seraya menjauh dari ketiganya.

Melodi, Azkia dan Kelly saling memandang lalu menghendikkan bahunya.

Melodi menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan yang sengaja ia jadikan bantal, belum juga mata itu terpejam teriakan dari arah lorong sekolah membuat ia terkejut.

"MELODI, KAMU BIKIN KESALAHAN APA LAGI, HAH?" teriaknya membuat seisi kelas menutup telinganya rapat-rapat.

Melodi mendengus, rasanya tiada hari tanpa ruangan BK. Ini bukan salahnya, tadi sewaktu perjalanan menuju sekolah, keadaan jalanan sangat macet di tambah ada kecelakaan lalu lintas, membuat ia telat masuk sekolah. Padahal Melodi hanya telat beberapa menit saja.

"MELODI, AZKIA, KELLY! KESINI KALIAN," ketiga perempuan itu meringis, karena pemilik suara tersebut sudah menampakkan dirinya di ambang pintu.

"Kesini aja, Bu. Gue lagi mager," ujar Kelly tanpa takut.

"Iya, ibu kan yang butuh kita? Sini dong, Bu jangan diem di sana," sahut Azkia membuat seisi kelas bergidik ngeri. Pasalnya, guru yang kini berada di ambang pintu itu guru BK, dengan tubuhnya yang gemuk dan terkenal galak, tak lupa jika ia kemana-mana selalu membawa penggaris panjang.

Fitri, guru tersebut menahan marah kedua perempuan itu. Bisa-bisanya mereka menyuruh guru seenak jidatnya.

"Berani sekali ya kamu murid berandalan! Ikut ibu ke ruang BK!" Desis Fitri dan berlenggang dari sana.

Seisi kelas menatap ketiga perempuan itu dengan iba, mereka tau hukuman apa yang guru itu berikan, tidak jauh dari berlari keliling lapangan atau tidak membersihkan semua toilet?

Dengan malas ketiganya menuju ruang BK.

***

Disini lah mereka, di tengah lapangan dengan tangan yang bertengger di depan jidat seraya menghadap kearah tiang bendera.

Azkia mendengus sebal. Biasanya guru BK menyuruh mereka berlari mengelilingi lapangan, tapi sekarang tidak lagi. mereka malah disuruh menghadap kearah bendera dengan berhormat.

Sangat panas sekali.

"Anjing panas," pekik Azkia kesal. Gadis itu celingukan ke arah samping, dan menurunkan tangannya yang sangat pegal itu.

"Untung anjing yang panas," sahut Kelly yang melakukan hal sama dengan Azkia.

"Banyak bacot Lo pada, liat noh Bu Fitri," ucap Melodi sambil menunjukkan keberadaan Bu Fitri dengan gerakan mata.

Sontak keduanya kembali mengangkat tangannya.

"Sialan banget tuh guru," bisik Azkia.

"Cuman telat beberapa menit doang padahal!" Keluh Kelly.

Melodi bernafas lelah. Jengah mendengar keluhan dari kedua temannya ini, tidak bisa apa mereka melakukan hukumannya dengan mulut yang terkunci?

Tatapan Melodi mengarah kearah lapangan sebelah, lapangan basket. Dimana sekumpulan lelaki yang tengah bermain dengan lincah, Melodi memandang satu dari mereka.

"Saka, oper bolanya ke gue," teriak salah satu lelaki yang geram karena lelaki yang bernama Saka malah memasukan bolanya tanpa mengoper.

"Anjing, Saka. Bagi gue lahh," ujarnya.

Saka terkekeh melihat tampang temannya. "Istirahat dulu, cape."

Temannya yang bernama Ardhan mendelik kesal kearah Saka.

"Ka, liat, tuh cewe daritadi liatin Lo Mulu." Ujar Bagas seraya menatap perempuan yang kini memandang kearah lain.

"Cantik juga," sahut Ardhan.

Saka menoleh, melihat arah tunjuk Bagas.

"Lo tau sendiri gue ganteng," Saka berucap dengan tingkat kepercayaan dirinya.

"Lo pada juga suka, kan?" lanjutnya sambil terkekeh.

Ardhan dan Bagas berdesis tak suka. Mereka sangat tau bagaimana kelakuan teman satunya ini, ya terlalu percaya diri, meskipun perkataannya sangat benar.

"Najis, gue masih suka Kue apem," balas Ardhan.

"Anjir,, haha," Bagas tertawa karena perkataan Ardhan yang menurutnya lucu, jadi harus ia tertawakan biar gurauan Ardhan tidak garing dan membuat sang empu merasa sakit hati karena leluconnya tidak di tertawakan.

Padahal Ardhan tidak berniat melawak. Ardhan berbicara dengan kenyataan.

Pikiran Bagas saja yang konyol.

"Dia pasti suka kan sama gue?" tanya Saka.

My Soul Mate { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang