Lima puluh lima

2.4K 27 11
                                    

"ini punya aku!"

"Ini punya aku, Biru!"

"Lepasin, ini punya aku!"

"Amma! Darell jahat!"

Teriakan dari kedua manusia itu membuat telinga Melodi ingin sekali pecah.

Perempuan itu dengan kesal berlari ke halaman rumahnya. Di sana, terdapat dua manusia laki-laki dan satu manusia perempuan.

"Kalo mau main jangan berantem!" Pekik Melodi membuat keduanya diam.

Darell yang mendengar suara keras tersebut sontak menangis membuat ibunya yang berada di rumah sebelah langsung keluar.

"Astaga, kamu kenapa Darell?" tanya sang ibu menatap anaknya yang masih menangis.

Melodi memutar bola matanya jengah, menatap kedua manusia yang kini saling berpelukan.

"Bawa anak Lo pulang, pusing gue lama-lama," kata Melodi sambil masuk ke dalam rumah.

"Mel, anak Lo juga nih bawa pulang," teriak Azkia sambil berusaha menenangkan anaknya yang masih menangis.

"Udah, sayang, jangan nangis, nanti nambah jelek." Bukannya berhenti menangis, malah semakin keras.

Azkia dibuat kelabakan.

"Ihhh, Darell jelek," ejek Albiru membuat tangisnya semakin kencang.

Azkia segera menggendong anaknya dan membawanya pulang.

Setelah kepergian Azkia, Albiru masih menertawakan wajah temannya itu.

"Abang, Ndak boeh itu," kata Venus.

Albiru menghentikan tawanya, lalu duduk di sebelah sang adik.

"Kamu suka sama Darell?" tanya anak lelaki berusia lima tahun itu.

Venus menoleh dengan kening yang mengerut, "uka iu apa?" tanyanya.

Albiru diam sejenak, berfikir bagaimana menjawab pertanyaan adiknya ini.

"Ah, Abang juga nggak tau!" Balasnya sambil mengibaskan tangannya di depan wajah dan berdiri.

"Abang, au ke ana?" tanya Venus ikut berdiri sambil memeluk bonekanya.

"Kamu diem aja di sini, Abang mau main," balas Albiru dan menyuruh Venus untuk duduk.

Tapi...

"Hai," sapaan dari seseorang membuat mereka menoleh.

Lalu, keduanya saling melirik. Dengan pelan, Albiru menarik tangan Venus dan meletakkannya di belakang punggungnya, menjadikan ia temeng untuk Venus.

"Siapa?" tanya Albiru singkat.

Seseorang itu berjongkok sambil tersenyum.

"Perkenalkan, nama saya, Mona." Ucap seseorang itu memperkenalkan dirinya di hadapan kedua anak kecil itu.

Albiru mengerutkan keningnya bingung.

"Trus?" Albiru menatap Mona dengan alis yang menaik satu.

Mona tersenyum meskipun di dalam hatinya ingin menenggelamkan kepala anak lelaki itu. Bisa-bisanya berbicara tidak sopan kepada orang yang lebih tua.

"Tante punya permen buat kamu, mau nggak?" tanya Mona sambil mengeluarkan sebungkus permen Gagang dari tasnya.

Albiru melirik sekilas kearah tangan Mona. Lalu kembali menatap wajah perempuan asing di depannya.

"Aku tidak miskin," jawab Albiru membuat senyum Mona seketika luntur.

"Ah, begitu," ucap Mona sambil tersenyum kikuk dan memasukkan kembali permen tersebut.

"Kalau begitu, kamu mau ikut Tante?" tanya Mona dan bangkit dari jongkoknya. Namun, pandangannya masih tertuju kepada kedua anak kecil tersebut.

"Tidak penting," ucap Albiru dan menarik pelan tangan Venus untuk memasuki rumahnya meninggalkan Mona yang masih terdiam dengan wajah tak percaya.

"Sialan, bocil jaman sekarang emang gada adab," gumam Mona kesal.

"Lihat aja," senyuman perempuan itu mengembang dengan berbagai rencana yang bersarang di kepalanya.

Lalu, ia melenggang pergi dari hadapan rumah besar tersebut.

Entah apa yang tengah Mona rencana kali ini. Yang pasti, semoga perempuan itu segera di beri hidayah agar segera bertobat.

Emang gada Kapok-kapoknya si Mona.

Oke deh, kita sampai di sini dulu.

Ini akhir dari cerita "My Soul Mate"

Gimana, suka sama end nya?
Atau, kurang suka?

My Soul Mate { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang