Tiga

1.4K 34 0
                                    

Saka berjalan gontai menuju rumahnya, bisa dilihat bagaimana mewahnya rumah yang ia tempati tapi tidak berpenghuni.

Saka menatap ke sekeliling dengan malas, lalu langkahnya membawa ia ke kamar. Tapi sebelum menaiki anak tangga, suara seseorang menghentikan niatnya.

"Saka," suara itu, suara yang amat ia rindukan. Sudah berbulan-bulan dirinya tidak mendengar suara selembut itu.

Lantas, Saka menoleh.
"Mama?" panggil Saka dan bergerak menuju ke pelukan hangat sang ibu.

Adira--sang ibu membalas pelukan dari putranya. Senyuman manis tidak pernah luntur dari bibirnya.

"Mama pulang kok nggak ngabarin Saka?" tanya lelaki itu ketika pelukan itu terlepas.

Adira terkekeh, "Biar surprise, dong!"

Saka bernafas kesal, lalu lelaki itu duduk dengan kasar di atas sofa, di samping pria yang fokus dengan benda pipih nya.

Saka mendelik kesal kearah ayahnya, apa ayahnya itu tidak menyadari kehadirannya?

"Pa!" Panggil Saka yang mulai kesal.

Adnan menoleh dan mendapati anaknya yang tengah memasang wajah kesal.

"Ah, hai boy! Apa kabar?" tanya Adnan dan meletakkan benda pipih itu ke atas meja. Pria itu menepuk pundak Saka pelan.

"Seperti yang papa liat," balas Saka.

"Saka, kamu mandi dulu, gih. Mama sama papa mau ngomong sesuatu sama kamu," ujar Adira yang datang dari arah dapur, wanita itu meletakkan segelas kopi keatas meja.

"Kenapa nggak sekarang aja?" tanya Saka seraya menaikkan satu alisnya.

Adnan menghela nafas panjang.
"Mandi dulu, Saka. Biar ngobrolnya tenang," ujar pria itu.

Dengan kesal, Saka menuruti perintah kedua orang tuanya. Lelaki itu berjalan menuju kamarnya berada.

"Jangan lama-lama, papa nggak mau lumutan disini," teriak Adnan dari bawah.

Saka hanya menganggapnya sebagai angin lalu. Lelaki itu tanpa berlama-lama lagi bergegas untuk menyegarkan tubuhnya yang terasa lengket itu.

***

Saat ini keluarga itu sudah berkumpul di ruang keluarga. Saka menatap kedua orang tuanya dengan bingung, sudah lima menit mereka duduk tapi tak ada satu pun yang berbicara.

Saka berdehem.
"Kalian sebenarnya mau ngomong apasih?" tanya lelaki itu penasaran.

Adnan sejenak menatap Adira, lalu menatap Saka. "Gini, nak. Papa mau jodohin kamu sama anak temen papa," Saka tiba-tiba tersedak oleh air liurnya sendiri. Perkataan Adnan sungguh membuatnya terkejut.

"Apa? Papa becanda?" tanya Saka memastikan bahwa perkataan ayahnya ini memang becanda.

Adira bernafas pelan, lalu wanita itu menatap putra satu-satunya dengan senyum. "Nggak sayang, papa kamu nggak becanda. Mama harap kamu bisa menerima perjodohan ini," ujarnya.

Saka menggeleng tak percaya, "Saka nggak mau, Ma! Saka belum siap jadi suami, lagipula Saka masih sekolah."

Adnan tersenyum tipis.
"Perempuan yang akan menjadi istri kamu juga masih sekolah, sekolah di tempat kamu," penuturan Adnan membuat Saka semakin terkejut. Sebenarnya, siapa perempuan itu? Apa ia mengenalnya? Akh, ia sangat penasaran.

Lagi-lagi Saka bernafas kasar. Ia yakin, mau dengan cara apapun dirinya menolak perjodohan ini, ia tidak akan pernah bisa. Nyatanya, kedua orangtuanya itu sangat tau kelemahannya.

My Soul Mate { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang