Empat belas

1.2K 31 0
                                    

"Lo nggak ada niatan buat nerima dia sebagai suami Lo gituu?" suara itu sangat familiar di telinganya.

"Nggak, gue nikah sama dia secara terpaksa. Sampai kapanpun gue nggak akan Nerima dia," Saka termenung, suara itu benar-benar sangat mirip dengan suara istrinya.

Lantas ia celingukan mencari keberadaan istrinya di tengah-tengah ratusan manusia. Dan pandangannya tertuju kearah ketiga manusia yang berada tak jauh darinya.

Saka terdiam, ia masih ingin mendengarkan obrolan mereka.

Ia memasang baik-baik telinganya.

"Tapi mau bagaimanapun dia suami Lo, udah seharusnya Lo melakukan tugas layaknya seorang istri."

"Gue belum siap, Kel. Lagian gue nggak pernah minta dinikahi secepat ini, kan?"

Saka masih diam.

"Gue nggak suka sama dia, apalagi perlakuan dia tadi. Itu buat gue makin nggak suka," lanjutnya.

Ucapan itu berhasil membuat Saka terkekeh nanar,n lelaki itu masih menatap lurus, menatap keberadaan istrinya dengan tatapan sendu.

"Bahkan gue benci dia."

Cukup sudah hatinya sakit, ia tidak mau membuat dadanya semakin sesak mendengar semua obrolan mereka.

Kemudian, lelaki itu menghampiri istrinya. Kedua sudut bibirnya mengukir senyum paksa. Dirinya harus bersikap biasa saja di depan Melodi, ia harus bersikap seolah ia tidak mendengar semuanya.

Mati-matian ia menahan dadanya yang terasa sangat sesak.

"Pulang, Mel." Sahutan itu membuat Melodi dan kedua temannya mendongak.

Ketiga manusia itu menelan ludahnya, dan saling melirik. Dengan gerakan mata, Azkia seolah berbicara, 'dia dengar semuanya?'

Melodi sontak menggeleng pelan, dan memusatkan kembali perhatiannya kepada Saka.

"Ngapain Lo disini?" tanyanya ketus.

Saka terkekeh.
"Jemput lo, udah malam pulang."

"Nggak baik perempuan di tempat kaya gini," Azkia dan Kelly yang tersindir oleh ucapan Saka lantas menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

"Kita pergi dari sini," lanjut Saka sambil menarik tangan Melodi pelan.

Namun, dengan cepat gadis itu menarik tangannya dengan kasar.
"Lo aja yang pergi."

"Mel!" Nada bicara Saka naik satu oktaf membuat Melodi bungkam.

Melodi melirik sekilas kearah kedua temannya, ingin tertawa tapi bukan waktunya. Wajah kedua temannya itu sudah pucat pasi, antara takut tersembur oleh Saka, atau takut di salahkan.

"Apaan sih?" Melodi menyender di sofa, tatapannya masih tertuju kearah Saka yang berdiri di depannya.

"Kalian berdua juga pulang!" titah Saka membuat Kelly dan Azkia ketar ketir berlari meninggalkan Melodi, tanpa berpamitan.

Nyawa nomor satu, pikir mereka.

"Apa-apaan sih, Sak?" kesal Melodi.

"Gue bilang pulang ya pulang!" Sentak Saka merasa gadis di hadapannya ini malah menguji kesabarannya.

"Gue nggak mau!" teriak Melodi.

Tanpa menjawab, Saka membopong tubuh Melodi dengan mudah. Dan membawanya ke mobil, lalu pergi meninggalkan bar.

"BRENGSEK LO SAKA!" teriak Melodi di dalam mobil.

Wajah gadis itu memerah, menahan marah dan kesal.

Saka tidak menggubrisnya, teriakan Melodi ia anggap kaset rusak.

"Turunin gue disini!" titah Melodi tapi di hiraukan oleh Saka.

Melodi semakin emosi dibuatnya.

"SAKA SIALAN!" teriak Melodi kembali.

"DIAM!" bentak Saka kesal.

Melodi bungkam, kedua mata gadis itu mengerjap kaget. Tapi tak urung, ia membungkam mulutnya.

Dada gadis itu naik turun, menahan rasa kesal campur emosi.

Dengan kesal, Melodi turun dan berlari memasuki rumah.

Saka bernafas lelah, dan menyusul istrinya itu.

"Gue nggak mau liat Lo," ucap Melodi saat Saka ingin memasuki kamarnya.

Saka terkekeh pelan, lelaki itu tak mendengar ucapan Melodi.

"GUE BILANG, GUE NGGAK MAU LIAT LO!" teriak Melodi terlewat kesal.

Jika sudah terlewat kesal, ia tidak bisa menahan tangisnya.

Saka diam, masih memperhatikan Melodi yang tengah menangis.

"Lo bisa nggak sih sehari aja jangan ganggu gue?" Melodi mendongak untuk menatap wajah Saka dari dekat.

"Gue pengen bebas, Sak."

"Gue pengen kaya dulu."

"Pulang tengah malam maksud Lo?" Tanya Saka.

"Lo tau nggak sih, alasan orangtua Lo jodohin Lo?"

Melodi menyeka air matanya, gadis itu lebih penasaran dengan ucapan Saka.

"Itu karena Lo, mereka nggak mau liat Lo seperti ini. Lo ini perempuan, Mel, Lo harus tau itu. Lo bukan laki-laki," ucapan Saka membuat tangisnya mereda.

"Gue nggak peduli hal itu, gue udah biasa kaya gini."

Melodi memalingkan wajahnya, tidak mau menatap wajah Saka.

"Lo juga harus tau, gue kaya gini gara-gara mereka. Mereka yang ninggalin gue karena alasan pekerjaan, sedangkan gue? Gue sendiri dirumah. Gue kaya gini ulah mereka, Sak, seharusnya Lo nyalahin mereka bukan gue."

Saka terdiam, mencerna setiap kata yang diucap oleh Melodi.

"Mereka sibuk sampai ninggalin gue, nggak pernah ada waktu buat gue. Gue kaya gini bukan keinginan gue, Saka!"

"Tapi nggak seharusnya Lo kaya gini," Melodi berbalik, menatap tajam kearah Saka.

"Gue pernah bilang sama Lo, gue nggak suka cewe perokok apalagi yang kecanduan alhokol."

Melodi terkekeh sinis.
"Kalau begitu, ceraikan gue!"

Saka tercengang sekaligus terkejut, ucapan Melodi berhasil membuat amarahnya memuncak.

"JAGA MULUT LO, MELODI!" teriak Saka tepat di hadapan Melodi.

"GUE NGGAK AKAN PERNAH CERAIKAN LO!"

"GUE HANYA INGIN LO SADAR," Melodi terkekeh mendengarnya, apa yang harus ia sadarkan?

Saka mengepalkan kedua tangannya, kedua matanya terlihat memerah, menahan amarah sekaligus emosi.

Melodi, sangat pandai membuatnya emosi.

"Apa yang harus gue sadarkan?"

"Sikap gue yang buruk? Apa kelakuan gue?"

Melodi berkata dengan sangat santai, menghiraukan Saka yang mati-matian menahan emosi.

"Lo paham ngga sih sama ucapan gue?" Lirih Saka, lelaki itu sudah kehilangan akal. Entah, harus bagaimana lagi menyikapi Melodi.

"Paham."

Saka mendongak, tanpa aba-aba lelaki itu mendorong tubuh Melodi ke tempat tidur dan menindihnya.

"Lo ngapain, brengsek?!" pekik Melodi terkejut.

"Karena Lo udah buat gue marah, gue bakal hukum Lo. Bukan hukuman biasa," bisik Saka tepat di samping telinganya.

Melodi menelan ludahnya, bisikan Saka terasa sangat panas di lehernya. Membuat bulu kuduknya meremang.

"Lepasin gue sialan."

Cup!

Satu kecupan mendarat di bibir ranum Melodi, gadis itu melotot karena terkejut.

"Malam ini, Lo puasin gue."

My Soul Mate { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang