Melodi turun dari mobilnya, diikuti Saka dan juga yang lainnya. Menatap bangunan besar tapi tak terurus dengan bingung.
"Nggak mungkin Arsen di sini," celetuk Bagas.
"Siapa yang tau?" balas Ardhan dan langsung berjalan menuju bangunan tersebut.
"Sial, kenapa temen Lo selalu bikin kita pusing, sih?" tanya Bagas kepada Axel.
Axel menoleh.
"Kalo nggak mau bantu, Lo boleh pulang."Bagas berdecak mendengar balasan dari Axel.
"Mau bagaimana pun dia temen gue," gumam Axel seraya menatap bangunan yang terlihat kumuh itu.
Melodi, dengan perlahan Perempuan itu memasukinya seraya menatap sekeliling. Takut jika perempuan gila itu berada di sini.
"Gila, bau busuk!" Kata Ardhan sambil menyumpal hidungnya menggunakan dasi yang menggantung di lehernya.
Saka mengibaskan tangannya ke depan wajah. Benar, baunya sangat menyengat sampai ia tidak bisa menahannya.
"Kamu tunggu di luar," kata Saka kepada Melodi.
Namun, Perkataannya dibalas gelengan kepala oleh Melodi.
"Aku mau ikut."Saka mendengus kesal. Lantas, lelaki itu menatap sekeliling dengan kening yang mengerut.
Dirinya kali ini, persis seperti detektif yang tengah menyelediki kasus orang hilang.
Lalu, ia berjalan menuju lebih dalam bangunan itu.
Pandangannya tak sengaja melihat tulisan hanya berada di dinding besar yang ada di depannya. Lantas ia mendekat. Memperhatikan setiap tulisan yang ada di sana.
Gue tau kalian bakal ke sini.
"Mona?" Gumamnya menggapai tulisan tersebut.
Melodi dan yang lainnya menghampiri Saka.
"Kenapa?" tanya Kelly penasaran.
Saka tak menggubrisnya, ia masih menatap tulisan tersebut dengan lekat.
Nyari Arsen?
Kalimat kedua.
Semua orang reflek menatap sekitar.
"KELUAR LO SIALAN!" teriak Axel penuh emosi.
"Tenang, Xel. Lo harus tenang," Azkia menenangkan Axel dengan mengusap lengan lelaki itu.
"DIMANA ARSEN?!" Axel tak menghiraukan ucapan Azkia. Ketakutannya terhadap Azkia seketika menghilang dan digantikan dengan rasa marah campur emosi.
"Axel!" Sentak Azkia.
"Lo harus sabar, Xel." Timpal Melodi.
"Nggak bisa, gue nggak bisa sabar." Balasnya dan mulai berlari ke sana kemari untuk mencari keberadaan Arsen.
"Axel!" Teriak Melodi. Namun, tak di gubris oleh sang pemilik nama.
"Anak itu," gumam Azkia lelah.
Brak!
Semua orang tercengang mendengar suara yang amat berisik itu. Lantas, Melodi dan yang lainnya menoleh kearah sumber suara.
Seketika, bola mata Melodi membulat dan di barengi dengan dada yang berdegup kencang.
"Arsen?" Tanya Azkia tak percaya.
"Ini nggak mungkin Arsen, kan?" tanya Melodi memastikan bahwa lelaki yang tergeletak di atas lantai itu bukanlah lelaki yang ia cari.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Soul Mate { Tamat }
Teen Fiction"Lo istri gue, apa nggak bisa lo nerima gue sebagai suami lo? seenggaknya melakukan tugas layaknya sebagai istri." "lo gila?" Melodi menepis tangan Saka, dan menatap lelaki itu tajam. "Gue juga nggak mau jadi istri lo, gue nggak mau punya suami ka...