Dua puluh tiga

835 20 1
                                    

Dengan telaten Melodi memasukkan bajunya dan baju Saka ke dalam koper. Hari ini adalah hari keberangkatan mereka, sesuai janjinya Saka akan mengajaknya liburan.

Para teman Melodi dan Saka sudah menunggu di halaman rumah lelaki itu.

"Udah belum?" tanya Saka yang sedari tadi memperhatikan istrinya.

Melodi berdecak, "bisa sabar dikit nggak sih? Bawel banget."

Saka terkekeh kecil, lalu lelaki itu membantu Melodi membereskan pakaiannya.

"Udah tau mau pergi, kepada nggak persiapan dari kemarin?"

Melodi kesal mendengar ucapan Saka, tidak tau apa akhir-akhir ini Melodi sering merasa kelelahan. Meskipun ia tidak melakukan pekerjaan apapun, tapi ia selalu terasa lelah.

Andai saja, Saka bisa merasakan jadi dirinya.

"Tuh, bawa," dengan kesal Melodi mendorong koper ke hadapan Saka.

Saka terkekeh, lelaki itu menarik koper tersebut dan menyeretnya.

"Gila, lama banget, waktu nih bos waktu!" sahut Bagas sambil memperlihatkan jam tangannya.

"Apaan sih, mentang-mentang jam tangan baru. Mau pamer Lo?" timpal Ardhan sinis.

"Kenapa, iri yaa nggak punya jam tangan?" tanya Bagas membuat Ardhan menampol kepala lelaki itu.

"Idih, palingan lima puluh ribu," balas Ardhan.

Bagas tak terima, "enak aja! Mahal nih."

"Limited edition," sambungnya membuat Kelly mendengus.

"Apah iya?!"

Bagas dengan cepat mengangguk.
"Iya!"

"Kalian nggak tau, sebenarnya gue terlahir menjadi anak orang kaya."

Saka berdecak, "sombong amat, kaya harta bapak Lo halal aja," semuanya terkekeh mendengar ucapan Saka.

Tapi, Bagas malah mendengus kesal. Berjalan mendahului mereka dan memasuki salah satu mobil.

"Idih, ngambek," teriak Ardhan.

Dan, Mereka menyusul Bagas.

***

Kedua mata Melodi berbinar menatap hamparan sawah di depannya, suasana disana sangat sejuk membuat mereka dibuat nyaman.

Saka, lelaki itu malah mengajak mereka ke perkampungan. Dimana suasananya berbeda dengan kota, sejuk, segar, nyaman.

"Sak, Lo kenapa ngajak kita ke sini?" tanya Azkia heran.

Melodi ikut menoleh. Ia kira suaminya itu mengajak liburan seperti ke Bali atau tidak ke puncak. Tapi kenapa milih tempat ini? Tempat yang segala jauh dari mana pun.

"Ini ide dia," tunjuk Saka kepada Bagas.

Ardhan menatap Bagas kesal, lagi-lagi ulah teman sialannya ini.

Sang tunjuk cengengesan tak jelas, merasa suasana suram karena semua mata tertuju kearahnya. Lelaki itu memutuskan untuk berjalan kedepan.

"Watados amat tuh anak," ujar Ardhan.

Saka menengok, alis lelaki itu menaik, "watados?"

Ardhan mengangguk, "wajah tanpa dosa," dan melengos pergi.

Ketiga Perempuan terkekeh mendengarnya.

My Soul Mate { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang