Lima puluh tiga

752 15 0
                                    

Usia kandungan Melodi kini sudah menginjak 8 Bulan, itu tandanya, sebentar lagi wanita itu akan segera melahirkan anaknya.

Saka mengecup perut buncit milik istrinya berulang kali, lalu, ia menempelkan telinganya ke perut Melodi.

Melodi hanya diam, memperhatikan Saka yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Anak kita, cewe apa cowo, ya?" tanya Saka sambil mendongakkan kepalanya.

Melodi terkekeh, ia mengelus rambut Saka pelan. "Cowo," balasnya.

Saka mengerutkan keningnya.
"Kamu tau darimana?"

Melodi tertawa pelan, "kan kemarin udah USG. Kamu lupa?"

Saka berfikir sejenak, lalu tak lama ia tertawa pelan sambil manggut-manggut.

Kemudian, lelaki yang akan menjadi bapak itu kembali memusatkan perhatiannya kepada anak yang ada di dalam perut Melodi.

"Huh, papa udah nggak sabar liat kamu, boy," ucapnya membuat Melodi mengembangkan senyumnya.

"Sehat-sehat di sana ya," Saka kembali mengecup perut Melodi singkat.

"Melodi, Saka," panggilan itu berhasil membuat mereka berdua menoleh.

"Kenapa, Ma?" Tanya Melodi.

Adira memang menyuruh Saka dan Melodi untuk tinggal di rumahnya. Bukan apa-apa, hanya saja kandungan Melodi yang sudah menginjak tua membuat Adira sangat khawatir.

Ia tak mau, menantu kesayangannya itu sendirian dirumahnya ketika Saka pergi bekerja. Apalagi sebentar lagi, Melodi akan melahirkan. Bagaimana jika rumahnya itu tidak ada siapapun?

"Makan malam dulu," kata Adira sambil tersenyum kearah menantunya itu.

Melodi mengangguk, dan turun dari atas tempat tidur.

"Pelan-pelan, sayang," Melodi berdiri dengan dibantu oleh Saka yang senantiasa selalu ada di sampingnya.

Melodi tersenyum dan berjalan dengan tangan yang di tuntun oleh Saka.

Adira yang melihat itu tersenyum senang, tak sia-sia ia menjodohkan Saka dengan Melodi.

Sejak pindah ke rumah mertuanya, Melodi dan Saka memang di tempatkan di kamar lantai satu. Adira yang menyuruhnya.

Bukan tanpa alasan, alasannya yaitu, tak mau menantunya itu kenapa-napa jika harus naik turun tangga.

Segitu sayangnya Adira kepada Melodi.

Berbeda dengan Ashana, ibunya itu sampai saat ini tak ada kabar. malahan ayahnya pun sama.

Jujur saja, ia khawatir dengan keadaan orangtuanya.

"Kamu kenapa, sayang?" tanya Adira ketika mereka sudah duduk di meja makan.

Melodi menoleh, lantas tersenyum sambil menggeleng. "Nggak kok ma."

"Yasudah, kamu makan yang banyak," balas Adira.

"T-tapi, Ma. Perut Melodi sakit," ucap Melodi sambil mencengkram perutnya yang terasa sakit.

Sontak, semua orang yang berada di ruangan itu langsung panik.

"Sakit? Mana yang sakit, sayang," pekik Saka panik.

"Tenang, nak," sahut Adnan yang sama paniknya.

"Pa, siapin Mobil. Melodi kayaknya mau lahiran," kata Adira membuat Adnan segera bergegas ke bagasi dan mengeluarkan mobil.

"Sakit," rintih Melodi.

Seketika, peluh membanjiri wajahnya.

"Tahan, sayang," Saka ikut merasa sedih. Ia tidak rela melihat istrinya kesakitan seperti ini.

My Soul Mate { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang