"m-e-l, g-u-e, g-a-k kuat," Melodi menggeleng pelan.
Air matanya mengalir begitu deras.
"Nggak, Azkia. Tetap kaya gini, Lo nggak boleh tidur. Sebentar lagi ambulan datang," ujarnya.
"Sayang, kamu bertahan sebentar, ya? Aku di sini, aku sama kamu, kamu nggak boleh ninggalin aku," sahut Ardhan tersedu-sedu.
Azkia memaksa untuk tersenyum.
"A-aku ga-ak ku-kuat," ucapnya menahan rasa sakit yang menjalar di tubuhnya."AMBULAN DATANG!" teriak salah satu lelaki. Membuat Ardhan dengan pelan mengangkat tubuh Azkia yang tertimpa lampu. Untung orang-orang sempat membantunya untuk mengangkat lampu yang menindih tubuh Azkia.
Melodi dan yang lainnya segera menyusulnya menggunakan kendaraan masing-masing.
"Cepet, Saka!" Titah Melodi panik.
"Sabar, sayang," balasnya.
"Aku nggak mau Azkia kenapa-napa, Saka," tangisnya kembali terdengar.
Saka menoleh untuk sesaat.
"Kamu nggak boleh mikirin apa-apa. Aku yakin, Azkia nggak akan kenapa-napa, dia perempuan kuat kalo kamu lupa."Melodi mengangguk. Perkataan Saka benar, Azkia perempuan kuat, Azkia tidak akan mati semudah itu, kan? Minum banyak alkohol saja dia kuat. Ini tidak mungkin membuat Azkia mati.
Ya, ia harus berpikir positif. Tidak mungkin Azkia meninggalkan dirinya.
***
Setelah sampai di parkiran rumah sakit, Melodi dengan buru-buru keluar dari mobil dan berlari meninggalkan Saka.
"Kelly, gimana keadaan Azkia?" tanya Melodi ketika melihat Kelly dan yang lainnya tengah menunggu Azkia yang berada di ruang IGD.
Kelly menoleh, lalu menggeleng pelan.
"Kita nggak tau keadaannya gimana. Kata dokter, luka di setiap tubuh Azkia mengenai organ dalamnya."Deg!
Perkataan Kelly, sukses membuat tubuh Melodi terduduk di atas lantai. Saka buru-buru merengkuh tubuh istrinya itu.
"Tenang, Mel. Kamu nggak boleh nangis," Saka menenangkan Melodi.
"Azkia, kamu kuat, kan, nak?" Sahut Abian yang kini tengah menangis sesegukan.
"Maafin, Papa. Ini salah papa, nak. Papa nggak bisa jaga Kamu," Ardhan yang mendengarnya segera memeluk tubuh mertuanya itu.
"Papa nggak boleh ngomong kaya gini. Kalo Azkia tau, dia bakal marah besar, dia nggak suka papanya nyalahin dirinya sendiri," Ardhan memberi nasihat kepada Abian. Pria paruh baya itu, mengangguk, merasa benar dengan ucapan menantunya.
"Papa nggak bisa tinggal diam, Ardhan. Papa bakal cari orang yang sudah mencelakai Azkia."
Ardhan mengangguk sambil menatap Abian.
"Biar masalah ini, serahin ke Ardhan. Ardhan janji, bakal nemuin orang yang udah mencelakai istri Ardhan," Abian mendongak, menatap wajah menantunya dengan air mata yang masih mengalir.
"Kamu harapan satu-satunya papa, makasih Ardhan." Ucapnya.
Setelah mengatakan itu, pintu ruang IGD terbuka lebar dan keluarlah beberapa dokter yang telah menangani Azkia.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Soul Mate { Tamat }
Teen Fiction"Lo istri gue, apa nggak bisa lo nerima gue sebagai suami lo? seenggaknya melakukan tugas layaknya sebagai istri." "lo gila?" Melodi menepis tangan Saka, dan menatap lelaki itu tajam. "Gue juga nggak mau jadi istri lo, gue nggak mau punya suami ka...