Lima puluh dua

556 11 0
                                    

Abian tak membiarkan anaknya tinggal hanya berdua, maka dari itu, pria paruh baya namun masih segar itu menyuruh Azkia dan Ardhan untuk tinggal di rumahnya.

Ardhan sebenarnya sudah membeli rumah, meskipun tidak sebesar rumah mertuanya tapi masih cukup di tempati oleh istri dan anaknya anak.

Dan syukurnya, Azkia sangat menyukai rumah yang ia beli tempo hari yang lalu. Ardhan bersyukur, amat sangat bersyukur. Ia kira, menikah karena perjodohan akan membuat ia menderita, tapi nyatanya salah.

Ia semakin mencintai Azkia, begitupun sebaliknya.

Bersama Azkia, Ardhan bisa tau bahwa perempuan itu sangat sederhana dan tak banyak neko-neko.

Dan jangan lupa dengan teman-temannya, terutama Saka. Ia harus berterimakasih dengan sebanyak-banyaknya kepada temannya itu. Karena, sudah mempercayainya berkerja di perusahaan sebagai Asistennya.

"Ardhan?" panggilan itu membuat ia menoleh.

Lantas, ia tersenyum mendapati istrinya yang tengah berjalan menghampirinya.

"Aku mau masak, kamu mau makan apa?" tanya Azkia yang saat ini sudah duduk di samping Ardhan.

Ardhan berfikir sejenak, lalu menjawab. "Apapun yang kamu masak, aku bakal makan semuanya."

Jawaban Ardhan, berhasil mengundang kekehan geli dari Azkia.

"Rakus amat," kata Azkia.

"Yaudah aku masak dulu, oh ya, papa udah nungguin di bawah," Ardhan mengangguk lalu bangkit.

"Mau ngapain?" tanya Ardhan sambil berjalan beriringan dengan Azkia.

"Katanya mau ngajak main PS," balas Azkia.

Memang, Ardhan dan Abian bisa di bilang sangat akrab. menantu dan mertua itu saling bergurau dan berakhir adu cekcok yang membuat Azkia dibuat pusing.

Ardhan manggut-manggut dan berjalan menuju ruang keluarga, sedangkan Azkia ke dapur.

Brak!

Belum juga pantat ini mendarat, Suara gebrakan pintu mengejutkannya.

Lantas, kedua lelaki berbeda umur itu saling menatap dan bergegas menuju keluar.

"Azkia ada apa?" tanya Ardhan melihat Azkia yang tengah berdiri di depan seorang wanita yang tertutup oleh tubuhnya.

Tanpa menjawab, Azkia menggeser tubuhnya dan memperlihatkan siapa yang sudah berani mengganggunya.

"Ane?" Panggil Abian tak percaya.

Sudah satu Minggu lebih ia mencari keberadaan Ane, tapi wanita itu sama sekali tak ketemu. Tapi sekarang, tanpa mencari pun Ane sudah masuk ke dalam Kandangnya.

Wanita itu nampak menatap Abian seraya terkekeh geli.

"Aku terkejut, Abian. Aku kira anakmu sudah mati," kata Ane membuat Abian tersulut emosi.

"Jaga mulut anda!" Pekik Ardhan menarik tangan Azkia dan memeluk pinggangnya menggunakan satu tangan.

Ane terkekeh dan memasuki rumah yang sempat ia tinggali.

"Jaga sopan santun mu, Ardhan! Aku ini ibu mertuamu!" Balas Ane menatap tajam Ardhan.

Ardhan terkekeh sinis.
"Ibu mertua? Maaf, Tante. Aku hanya punya ayah mertua," Abian menoleh kearah Ardhan. Ia tersenyum lebar kearah menantunya itu.

"Dasar kurang ajar!" Hardik Ane kesal.

"Bagaimana bisa kamu menikahkan anakmu dengan lelaki yang tidak tau sopan santun ini, Abian?" Tanyanya kepada Abian.

My Soul Mate { Tamat }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang