9. Manja

54.5K 4.1K 143
                                    

Angkasa saat ini sudah berada didekat daerah perumahan elit tempat opanya tinggal, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat sebuah mobil yang terparkir sembarangan.

"Gila tuh mobil, berasa jalan punya sendiri kali ya. Mobil elit cara berpikir sulit" Gumamnya dan kembali melanjutkan langkahnya, tapi dia merasa ada yang aneh dengan mobil tersebut. Dan dengan rasa penasaran yang tinggi angkasa menghampiri mobil tersebut dan terkejut dengan apa yang dia lihat.

"Bang Kavy" gumamnya tidak percaya dan berjongkok untuk mengecek kondisi abangnya.

"Masih nafas" Leganya saat merasakan hembusan nafas dari abangnya ketika asa meletakkan jari telunjuknya ke hidung Kavy.

"Abang bangun, bang Kavy bangun" Ucapnya sambil berusaha mengguncang tubuh Kavy.

"Darah?" Kagetnya ketika tangannya berlumuran darah ketika mengguncang bahu abangnya, "Banyak banget darahnya" Angkasa panik ketika membuka baju abangnya, karena jika dilihat dari luar abangnya terlihat baik-baik saja karena baju yang digunakannya berwarna hitam, tapi ketika asa membuka baju tersebut ternyata terdapat luka dibahu abangnya dibagian kanan.

Angkasa berdiri dan berlari menuju jalanan utama untuk memanggil taksi yang tadi sempat dia lihat sedang berhenti, setelahnya dia kembali lagi bersama taksi tersebut.

"Tolongin Abang saya pak, ini duit buat bayar biaya ongkosnya" Ucapnya sambil mengeluarkan uang 300 untuk ongkos menuju rumah sakit.

Supir taksinya dengan perlahan mengangkat tubuh Kavy dan memasukkan kedalam kursi penumpang, dan asa juga ikut masuk untuk menjadikan pahanya sebagai bantalan kepala Kavy.

"Ayo pak buruan"

Setelah supir masuk segera mobil tersebut melaju dengan cukup kencang membelah jalanan yang untungnya lenggang, sepanjang perjalanan angkasa terus berdoa dan menutup luka dibagian bahu abangnya menggunakan tangan mungilnya agar darah yang keluar tidak terlalu banyak.

.

.

.

"Ax ayo bangun, Abang mohon bangun dek" Louis masih berusaha membangunkan adeknya sambil terus memeluk tubuhnya itu.

"Bang"

Louis terkejut mendengar suara lirih itu dan melepaskan pelukannya.

"Ax.. akhirnya lu bangun juga. Gua takut terjadi sesuatu sama lu" Leganya sambil menumpukan kepalanya dibahu Ax.

"Lagian kan lu dokter, seharusnya lu cek kondisi gua baik-baik aja atau engga" Louis yang mendengar itu merasa tertohok dan menyadari kebodohannya, ahh kenapa otak jeniusnya ini jadi mendadak oon sih.

"Yah namanya juga panik" Elaknya sambil menampar pelan pipi sang adek.

"Dokter itu harus siap siaga dan jangan panik, kalo panik gimana pasiennya? Ahh iya lupa, lu kan dokter psikopat ya"

"Akhh akhh sakit bang" Keluhnya ketika Louis mencubit luka dilengan kanannya.

"Kepala lu bocor bang" Ucap Ax sambil berusaha untuk duduk.

"Gua gak papa, ayo sekarang ke rumah sakit" Louis berusaha untuk bangkit dan membantu adeknya juga, setelah itu mereka saling memapah untuk mencari kendaraan atau apapun yang bisa mereka tumpangi.

"Lu tau siapa yang ngelakuin ini bang?" Tanya Ax.

"Gak tau, tapi yang pasti salah satu dari musuh kita"

"Hmm, siap-siap diomelin bang Luke kalo gini mah"

"Lu aja Sono, gua mah ogah"

"Lah lu kok gitu bang?, Jadi Abang tuh seharusnya pasang badan buat adeknya"

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang