56. Pertempuran

16.3K 1.3K 64
                                    

Jacob menatap datar orang-orang yang saat ini sedang berdiri dihadapannya, orang-orang yang sudah dikumpulkan oleh Ace dan Santa yang Jacob yakini kemampuannya diatas rata-rata.

"Laksanakan tugas kalian." Semuanya mengangguk dengan patuh dan beranjak dari sana meninggalkan pabrik terbengkalai yang mereka gunakan untuk berkumpul di dekat hutan di pulau lombok.

Yap, Lombok. Jacob sudah berada disana setelah tadi berangkat bersama dengan Santa menggunakan pesawat pribadi milik Evan yang telah disiapkan oleh Daxon.

Pertemuan itu akan dilakukan di Lombok Tengah di sebuah bukit yang cukup terjal. Jacob sebenarnya tidak mengerti dengan jalan pikirannya Dirga serta keturunannya, dia sudah diberi peringatan oleh Rey jika pertemuan itu adalah jebakan atau mungkin percobaan pembunuhan keluarga Lacava, tapi nyatanya mereka semua tetap datang tanpa memikirkan apa yang akan terjadi, bahkan orang yang dibawa oleh Dirga sangatlah sedikit yang membuat Jacob semakin kesal. Dirinya bahkan berpikir apakah mereka sedang menyerahkan nyawanya secara percuma-cuma kepada musuh? Maka dari itulah Jacob sebelumnya meminta bantuan kepada Jayden melalui Santa untuk melindungi Lacava.

"Jam berapa mereka mulai?"

"8 malam." Jawab Ace sambil menatap Jacob yang sedang bermain dengan revolvernya. Saat ini hanya tersisa mereka berdua, semuanya sudah turun kelapangan untuk mengawasi dan bersiap ditempatnya masing-masing sebelum pertemuan.

"Santa dimana?"

"Mengurus penembak jarak jauh." Jacob yang mendengar itu hanya mengangguk sambil menyenderkan kepalanya di sofa yang entah kenapa berada dipabrik tersebut.

"Si kembar, dimana mereka?"

"Italia. Jenia membawa mereka untuk diasingkan sementara waktu sampai permasalahan ini selesai."

"Ngomong-ngomong tentang Jenia, bagaimana kabar wanita tersebut?"

"Dirumah sakit, tergeletak tidak berdaya." Jawabnya, "Oh iya J, kenapa kamu tidak langsung membunuhnya?" Jacob yang mendengar itu menggeleng pelan.

"Sebelum kita mendapatkan surat penyataan yang dituliskan oleh Ludo kita tidak bisa membunuhnya, surat itu harus ada ditangan kita baru kita bisa membunuhnya."

"Apakah surat itu sangat penting?" Jacob mengangguk, "Sangat, karena surat itu berisi pernyataan tentang Dirga yang seharusnya menjadi penerus Lacava setelah Jenia mati. Tapi sepertinya Jenia tidak berniat untuk menyerahkan kekuasaan tersebut dan ingin menguasai Lacava selamanya dengan menjadikan si kembar penerusnya."

"Sialan juga ya pelacur itu." Jacob terkekeh pelan mendengar umpatan dari Ace, "Maka dari itu kita harus tau dimana Jenia menyembunyikan surat itu. Karena surat itu juga sudah diajukan ke pengadilan di Italia sebagai bukti jika surat itu nyata ditulis oleh Ludo."

"Terus kamu tau darimana jika Ludo membuat surat pernyataan itu."

"Daxon." Ace yang mendengar itu mengangguk.

Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan karena Ace mengalihkan pandangannya menatap laptop miliknya yang sedang menampilkan tayangan Cctv yang sudah dia pasang di beberapa titik dipertemuan itu.

Sedangkan Jacob hanya memandangi temannya itu sambil tersenyum tipis, "Ace," Ace menoleh menatap Jacob setelah mendengar panggilan tersebut, "Kenapa?" Tanyanya lalu kembali fokus menatap laptopnya.

"Lu tau apa yang harus lu lakuin bukan?"

"J." Desis Ace saat tau maksud dari ucapan temannya itu.

"Gak ada pilihan lagi Ace." Ace yang mendengar itu berdecak kesal, menutup paksa laptopnya dan kini mengalihkan semua fokusnya kepada Jacob, "Apa kamu tidak kasihan dengan keluarganya?" Jacob terdiam, menggenggam erat senjatanya sambil menggertakkan gigi.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang