47. Berburu

23.2K 2K 156
                                    

"Hiks.. Hiks.."

Isakan yang cukup keras itu terdengar disalah satu kamar disebuah rumah didalam hutan.

"Ace,"

Ace yang sedang asik menikmati daging serigala hasil tangkapannya langsung menaikkan satu alisnya menatap Santa yang baru saja memanggilnya.

"Kamu mendengar suara tangisan itu?" Ace yang mendengar itu menggeleng dan lebih memilih menikmati santapannya tanpa memperdulikan tangisan yang sebenarnya dia dengar, Santa yang melihat itu berdecak kesal dan segera masuk kedalam rumah, lalu membuka satu-satunya kamar yang berada dirumah tersebut.

Ceklek

Saat pintu terbuka hal pertama yang Santa lihat adalah Jacob? Ah tidak, anak kecil yang bernama Angkasa yang saat ini terlihat sedang terkejut sambil menatapnya dengan airmata yang sudah membasahi seluruh wajahnya.

Angkasa sendiri yang sedang menangis karena berada ditempat asing langsung terkejut saat melihat seseorang yang baru saja membuka pintu, bukan apa-apa, hanya saja orang yang baru saja membuka pintu tersebut adalah seorang Kakek dengan wajah barat?. Angkasa tidak mengenalnya dan sejenak dia menghentikan tangisannya.

"Hey, kenapa nangis?" Angkasa segera memundurkan tubuhnya saat melihat Kakek tersebut melangkahkan kakinya dan masuk kedalam kamar untuk menghampirinya, "Don't worry, saya orang baik."

Angkasa yang mendengar itu tetap waspada dan langsung merasa terpojok saat punggungnya bersentuhan dengan headboard kasur.

"Jacob, dia temen saya."

Angkasa yang mendengar Abang Alter egonya disebut langsung terdiam dan menatap tidak percaya Kakek tersebut, "Bang J?" Tanyanya pelan yang segera diangguki oleh Santa.

"Santa, itu nama saya." Ucap Santa sambil duduk dipinggiran kasur dan menatap lekat Angkasa, "Yap, Jacob. Dia teman saya."

"Kenapa kakek temenan sama Bang J?" Tanya Angkasa penasaran.

"Ceritanya panjang, nanti-- tunggu, tadi kamu manggil saya apa?" Tanya Santa mengalihkan pembicaraan.

"Ka-kek?" Jawab Angkasa gugup karena melihat perubahan wajah Kakek dihadapannya ini menjadi datar dan tidak bersahabat seperti sebelumnya.

"Kakek kamu bilang? Hey boy, umur saya masih 58 tahun asal kamu tau."

"Yah berarti udah kakek-kakek dong, umurnya aja udah tua." Angkasa langsung menelan salivanya gugup saat tatapan Kakek tersebut berubah menjadi tajam.

"Santa, panggil saya Santa." Angkasa dengan spontan mengangguk saat mendengar Kakek tersebut menyebutkan panggilan untuk dirinya dengan suara baritonnya yang sangat berat.

Untuk beberapa saat Angkasa bisa melupakan ketakutannya saat bangun dan berada ditempat asing, tapi entah kenapa tiba-tiba mata anak itu kembali berkaca-kaca saat mengingat sesuatu.

"Hiks.."

Santa terdiam saat mendengar isakan tersebut dan menatap heran Angkasa yang sedang menangis sambil menutupi wajahnya dengan tangan kecilnya itu.

"Hiks.. Santa" Santa yang dipanggil menaikkan satu alisnya saat Angkasa menurunkan tangannya dan menatapnya dengan polos.

"Boleh Asa dipeluk sama Santa?" Tanya Angkasa pelan sambil menatap Santa penuh harap. Santa sendiri yang melihat tatapan itu hanya menatap datar Angkasa yang membuat sang empu yang ditatap langsung menunduk dan kembali menangis dalam diam.

Santa menghela nafas dan membawa tubuh yang lebih kecil kedalam pelukannya, "Kenapa nangis hmm?" Suara Santa sangat lembut yang membuat Angkasa merasa tenang.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang