31. Tempat Keluh Kesah

27.4K 2.9K 285
                                    

Saat ini Angkasa sedang menatap iri pemandangan yang dia lihat dari balkon kamarnya, disana dia dapat melihat kebahagiaan yang didapatkan oleh sikembar dari kasih sayang para wanita yang tidak dia liat kemarin ketika pertemuan, dan tidak hanya ada satu melainkan 3 orang yang bercanda sambil menjahili sikembar.

Angkasa melamun sambil membayangkan apa dia akan sebahagia itu ketika bersama dengan ibunya jika ibunya masih berada disisinya. Entahlah dirinya juga tidak tau, dulu saja saat bersama bundanya hidupnya tidak pernah bahagia dan malah merasakan penderitaan yang menyakitkan. Angkasa terus melamun tanpa sadar ada 2 orang yang sedang memperhatikannya sedari tadi dan mengikuti arah pandang anak itu.

"Ngelamunin apa hmm?" Tanya salah satunya dari orang tersebut yang ternyata adalah Luke sambil mengusap lembut kepala adeknya itu.

Angkasa menoleh dan tersenyum kepada abangnya dan juga papanya yang sedang berdiri tepat disamping Abangnya.

"Rasanya punya ibu yang tulus sayang sama kita gimana sih bang? Pasti bahagia banget ya?" Tanya angkasa lirih sambil menatap bergantian Abang dan papanya.

Dan Jevan yang mendengar itu langsung mensejajarkan tingginya dengan anaknya itu, "Apa gunanya mempunyai seorang ibu jika dia telah menyiksa anaknya hingga menderita?"

"Pa!" Sahut Luke menatap tidak percaya papanya itu.

"Dulu angkasa punya bunda bukan?, Bagaimana rasanya?, Apa kamu bahagia?" Angkasa menggeleng sebagai jawaban sambil menatap sendu papanya.

"Lalu Angkasa mempunyai mommy, apa Angkasa tidak bahagia?" Angkasa yang mendengar itu menatap heran papanya, begitupula dengan Luke.

"Mommy-nya Gilang, bukankah itu Mommy-nya angkasa juga" Angkasa yang mendengar itu terdiam, menunduk dan matanya mulai berkaca-kaca, ahh kenapa dirinya bisa melupakan sosok Mommy-nya itu yang dengan tulus menyayanginya walaupun dirinya ini bukan anak kandungnya.

Jevan yang melihat anaknya menunduk langsung mengusap lembut kepalanya yang membuat anak itu mendongak dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya, "Papa gak pernah ngelarang Angkasa untuk bertemu dan bermain dengan Mommy-nya kamu itu. Jadi papa mohon sama kamu, jangan pernah sedih dan merasa iri jika melihat kebahagiaan orang lain ya, kamu paham kan?" Angkasa mengangguk patuh setelah mendengar itu, lalu dia memeluk erat papanya dan mengencangkan tangisannya. Jevan membalas pelukan anaknya dan mengelus punggungnya yang bergetar.

Sedangkan Luke, dia diam memperhatikan sosok papa yang ada dihadapannya saat ini. Ini untuk pertama kali dalam hidupnya karena melihat papanya bisa berperan sebagai orangtua.

"Walaupun papa tidak bisa menjadi seorang ibu, tapi papa akan berusaha untuk mengambil perannya dan memberikan kasih sayang yang melimpah kepada kamu, dan bukan hanya kamu. Tapi semua anak-anaknya papa" Ucap jevan lembut sambil mengecup pucuk kepala anaknya dan menatap anak sulungnya yang sedang tersenyum kepadanya.

Ini yang Luke inginkan sedari dulu, melihat papanya yang bisa menyayangi dirinya dan juga adek-adeknya. Walaupun terlambat setidaknya dia masih bisa merasakan kasih sayang yang papanya berikan, dia sangat bersyukur karena kehadiran angkasa bisa membuat sosok papanya yang keras, egois, cuek, dan keras kepala bisa luluh dengan kehadiran adeknya itu.

Jevan melepaskan pelukannya dan menangkup wajah anaknya itu yang terlihat sembab, dia tersenyum ketika melihat hidung dan pipi anaknya yang memerah, "Sekarang kita kesana oke?" Angkasa yang mendengar itu mengangguk pelan.

"Kamu siap?" Tanya Luke sambil mengusap sisa air mata dan ingus yang mengalir di hidung kecil adeknya itu, "Abang bilang siap gak siap harus siap" Luke yang mendengar itu terkekeh pelan sambil mengangguk.

"Mau papa gendong?" Angkasa yang mendengar tawaran itu langsung mengangguk, Jevan dengan perlahan mengangkat tubuh anaknya dan berlalu dari kamar tersebut.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang