Dengan susah payah angkasa membuka perlahan kedua matanya, setelah pingsan untuk kedua kalinya akhirnya dia tersadar juga, ahh badannya terasa sangat remuk sekarang.
Dia ingat dan sangat ingat apa yang dia alami beberapa jam yang lalu saat dirinya ditarik oleh 2 bodyguard suruhan abang keduanya menuju ruang bawah tanah setelah dirinya dihempaskan layaknya sampah.
Bukan hanya itu, bahkan dirinya sangat ingat ketika Dean Xaviges Lacava, Abang keduanya itu mencambuknya sebanyak 20 kali tanpa ampun hingga dirinya pingsan, lalu saat bangun dirinya kembali disiksa oleh papa iblisnya itu.
Angkasa mengutuk para iblis itu yang telah menyiksanya seperti ini tanpa ampun, dia sebenarnya tidak mempermasalahkan apa yang dia alami saat ini, hanya saja dia tidak menyangka akan secepat ini, baru saja dia merasa hidup dengan bebas beberapa jam yang lalu eh tapi sekarang dirinya malah tidak berdaya dan sedang sekarat.
Dirinya terkekeh geli dengan nasib sial yang dia alami saat ini, "Huh~ kenapa gua masih hidup ya?" Ucapnya dengan suara yang sangat parau dan terkesan berbisik.
Angkasa melihat sekitar dan hanya kegelapan yang dia lihat, dirinya tidak bisa bergerak kerena diikat di sebuah kursi dengan kedua tangan dan kakinya yang diikat pula.
Bahkan dia tidak tau diluar sana sudah pagi atau masih tengah malam, "Haus~" Gumamnya dengan suara yang amat sangat lirih.
Angkasa tidak menangis, dia juga tidak merintih kesakitan, yah walaupun memang sakit tapi dia sebisa mungkin menahannya.
Kenapa Seperti itu? Karena dirinya sudah terbiasa disiksa. Walaupun yang dia alami saat ini sangat berbeda dari biasanya, tapi mental dan fisiknya sudah terbiasa. Jadi dia hanya bisa tersenyum menerima semuanya.
Dia juga tidak akan merengek untuk menarik simpati mereka, karena menurutnya percuma saja dan dirinya juga tidak lemah-lemah banget.
Ingat. dia sudah terlatih dari kecil jika tentang masalah fisik dan mental, jadi menurutnya ini adalah hal biasa dan dia bisa menanganinya.
Ahh dia jadi mengingat ucapan paman Jack, Benar apa yang paman Jack bilang kalo anak-anaknya dari papa Jevan itu semuanya tidak waras, bukan hanya anaknya, tapi ternyata papanya juga tidak waras.
Ceklek
Pintu terbuka yang membuat Angkasa melirik pintu.
Lalu tiba-tiba lampu menyala sangat terang yang membuat dirinya mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menyesuaikan cahayanya. Dan saat tau siapa orang tersebut angkasa menghela nafas lelah.
Ahh, Abang pertamanya Luke Marquel Lacava.
Dia juga mengutuk abang pertamanya ini, karena dia dan abangnya Louis dengan seenak jidat membuat tangan dan kakinya penuh dengan luka sayatan yang mereka sebut mahakarya.
Sinting bukan? Yakali tubuh disayat disebut mahakarya, yang ada namanya psikopat. Dia tau Abangnya Louis adalah seorang dokter, dan bukannya seorang dokter itu menyembuhkan luka ya? Tapi kenapa ini malah membuat luka. Itulah kenapa dirinya melebeli keduanya psikopat.
Seringai muncul diwajah abangnya yang membuat dirinya hanya pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Kenapa belum mati?" Suara rendah dan datar itu membuatnya berusaha mendongakkan kepala untuk menatap abangnya walaupun rasanya teramat sakit
"Masih sanggup bernafas?" Tanyanya lagi sambil mengusap pipi angkasa yang masih mulus tanpa luka.
Angkasa menarik sudut bibir kanannya sambil bergumam, "Asa masih kuat"
Luke terkekeh dan menyeringai, "Bagus kalo gitu" lalu dia mengambil pisau lipat di saku celananya, "Karena saya akan buat mahakarya lagi diwajah kamu"
Angkasa yang mendengar itu menampilkan seringai yang membuat Luke sedikit terkejut, tapi berhasil tertutupi oleh wajah datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Fiksi RemajaAngkasa Nick. Dia tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua, tinggal hanya berdua bersama bundanya tapi tidak pernah merasakan kebahagiaan. Hingga suatu hari dia dijual oleh bundanya dan dibeli oleh seseorang yang sedikit merubah hidupnya. Kelua...