Hari ini adalah hari kepulangan Kavy setelah dirinya dirawat dirumah sakit sekitar 2 hari, sebenarnya dokter menyarankan agar dirinya tetap dirawat intensif karena luka tembak dibagian kakinya lumayan parah dan butuh penanganan khusus, tapi dia memaksa untuk pulang karena dirinya berpikir percuma jika punya Abang dokter tapi tidak bisa mengobatinya, yah walaupun otak Abangnya itu sedikit gila menjurus psycho.
Dan saat ini dia sedang menunggu abangnya itu untuk menjemputnya pulang sambil menatap serius ponselnya, begitupula dengan angkasa yang saat ini sedang menemaninya sambil menonton dengan serius tayangan tv yang menampilkan kartun Doraemon dan tak lupa dot yang menyumpal mulutnya itu.
"Abang udah abis" Kavy yang mendengar itu menoleh menatap adeknya yang sedang memperlihatkan botol dotnya yang terlihat kosong.
Yap adek, kemarin Kavy berbicara empat mata dengan papanya dan berjanji tidak akan berbuat onar ataupun merusak dirinya lagi, asalkan angkasa tinggal bersamanya dan semuanya menganggap angkasa bagian dari keluarga Jevan Lacava. Dan Jevan yang mendengar permintaan serius anaknya itu langsung diturutinya, tapi dengan satu syarat yaitu dirinya harus pindah sekolah ditempat Ax bersekolah, karena selama ini Kavy selalu menempuh pendidikan di sekolah umum, tidak seperti Ax yang bersekolah di taraf internasional tempat opanya. Dan dengan senang hati Kavy menerimanya dan meminta angkasa juga disekolahkan ditempat yang sama. Sebenernya tanpa Kavy minta pun Jevan akan menurutinya karena itu adalah perintah langsung dari Luke yang memintanya harus menuruti semua kemauan Kavy.
"Nanti lagi minumnya ya, nanti kamu jadi buntelan tau gak kebanyakan minum susu"
"Abang~" Asa mengerucutkan bibir tidak terima mendengar ucapan abangnya itu.
Kavy tersenyum melihat tingkah asa, ahh jadi seperti ini rasanya punya adek, kenapa gak dari dulu aja dia nerima anak-anak yang opanya kirimkan ke mansion.
"Nanti dimansion ya" Ucap Kavy dan kembali fokus ke ponselnya, asa yang melihat abangnya kembali fokus ke ponselnya segera turun dari sofa, berjalan ke brankar dan menaikinya.
"Abang liat apa sih? Asa juga mau lihat" Kavy terkekeh dan membawa angkasa untuk duduk disebelahnya sambil menyenderkan kepala anak itu ke dada bidangnya. Dan memperlihatkan ponselnya.
"Apaan ini? Asa gak ngerti" Ucapnya sambil menoleh menatap abangnya.
"Ini namanya diagram, nanti kalo udah waktunya kamu juga akan belajar ini"
"Tapi apa untungnya asa belajar ini bang"
"Hmm.. supaya nanti kamu bisa dipercaya papa buat ngurus salah satu perusahaannya"
Angkasa menggeleng kemudian menduselkan kepalanya ke dada bidang kavy, "Asa gak mau dan gak akan mau ngurus perusahaan, asa mau jadi adeknya Abang aja dan rebahan aja dirumah"
Kavy yang mendengar itu tertawa kecil dan..
Cup
Dia berhasil mencuri 1 ciuman dari pipi adeknya.
Angkasa menjauh dan menatap horor abangnya, "Kenapa Abang cium pipi asa sih" Kesalnya sambil menghapus kasar bekas ciuman itu.
"Cie salting"
"Siapa yang salting sih!" Ucap asa sambil memalingkan wajahnya.
"Kalo gak salting kenapa kupingnya merah gitu ya" Angkasa yang mendengar itu langsung menutup kupingnya, dan tingkahnya itu berhasil membuat Kavy tertawa.
"Abang jangan ketawa! Gak ada yang lucu!" Angkasa turun dari brankar dan menghentakkan kakinya kesal.
Dan Kavy yang melihat itu bukannya menghentikan tawanya malah mengencangkan tawanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen FictionAngkasa Nick. Dia tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua, tinggal hanya berdua bersama bundanya tapi tidak pernah merasakan kebahagiaan. Hingga suatu hari dia dijual oleh bundanya dan dibeli oleh seseorang yang sedikit merubah hidupnya. Kelua...