13. LHIS

48.3K 3.8K 152
                                    

"Apa bener yang dibilang bang Ax kalo papa nyakitin angkasa?"

Jevan yang mendengar pertanyaan dari Kavy hanya diam tanpa berniat menjawabnya.

"Pa jawab!!" Kesal Kavy menatap jengah papanya itu yang menurutnya sedang berpura-pura sibuk untuk menghindari pertanyaannya.

Kavy tadi abis pulang dari club untuk merayakan perpisahannya dengan teman-temannya di sekolah lamanya karena dia yang harus segera pindah sekolah esok hari, dan saat dia ingin melihat adeknya dikamar malah terkejut melihat luka yang ada dipergelangan tangan adeknya. Dan saat dia ingin bertanya kepada bodyguard malah tak sengaja berpapasan dengan abangnya Ax yang baru saja keluar dari kamarnya, lalu dia pun menanyakan apa yang sudah terjadi dengan angkasa. Dan disinilah Kavy berada, diruang kerja papanya meminta penjelasan setelah mendengarkan cerita abangnya itu.

"Kalo Ax bilang gitu untuk apa papa jawab lagi pertanyaan kamu" Balas Jevan tanpa menoleh.

"Papa tau Kavy paling benci sama orang yang buat janji tapi malah diingkarin bukan. Kalo papa kaya gini Kavy juga bisa ngelanggar janji Kavy pa!!"

"Jangan main-main Kavy!" Ucap jevan menatap datar anaknya itu yang juga sedang menatapnya pongah.

"Apa menurut papa Kavy lagi main-main?, Haha.. Fu*klah"

"Kavyndra Mickean" Panggil Jevan dengan suara datarnya karena melihat anaknya itu pergi dari ruangannya setelah mengucapkan kata kasar tersebut.

Jevan memijat pelipisnya karena tiba-tiba merasa pusing, dia melirik jam didinding ruangannya yang sudah menunjukkan pukul 1 malam.

Jevan menghela nafas lelah dan mengambil sebuah bingkai foto yang selalu dia simpan dilaci meja kerjanya, dia tersenyum lirih memandangi wajah wanita cantik yang ada didalam foto tersebut.

"Apa aku salah ngedidik mereka, apa ini yang kamu maksud sayang?" Ucapnya lembut sambil mengusap wajah yang terpampang di foto tersebut.

"Jujur aku cape sekarang, aku gak tau kalo sifat anak-anak aku semuanya keras. Seandainya kamu masih disini pasti kamu akan menemani aku dan mendengarkan semua keluh kesah aku. Iya kan sayang?"

"Kenapa? Kenapa kamu tega pergi ninggalin aku, aku sendiri sekarang" Jevan berusaha menenangkan hati dan pikiran yang tiba-tiba berubah sedih, "Aku gak punya tempat untuk bersandar lagi sekarang..., Semuanya hampa tanpa kehadiran kamu"

Jevan meletakkan kembali foto tersebut ketempatnya dan menyandarkan tubuhnya ke kursi kebanggaannya, meraup kasar wajahnya dan mencengkram keras rambutnya.

Dirinya saat ini benar-benar pusing dengan masalah yang terus datang bertubi-tubi, dari permasalahan dengan mertua dan keponakannya, kedua anaknya yang saat ini tidak ada kabar dan malah mendapat ancaman tentang keselamatan mereka, belum lagi masalah perusahaan saat ini karena banyak yang melakukan korupsi dan banyak dari koleganya yang berani bermain dibelakangnya, dan juga masalah dunia bawah yang saat ini sedang meributkan wilayah kekuasaan. Dan sekarang, masalah dengan anak bungsunya yang entah sampai kapan akan selesai.

Saat sedang berkutat dengan pikirannya tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka dan muncullah sosok yang jadi permasalahannya dengan anak bungsunya, yaitu anak angkatnya yang terlihat masih mengantuk dan sedang menatapnya sayu.

Jevan diam dan memperhatikan anak itu yang sedang berjalan menghampirinya dengan gontai.

Dan kejadian selanjutnya membuat dirinya terkejut, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa dan membiarkan anak itu untuk duduk di pangkuannya.

Angkasa menyandarkan wajahnya ke dada bidang jevan, kemudian mendongak dan menatap lekat pahatan wajah Jevan dari bawah, dia terus memperhatikan benjolan dileher papanya yang turun naik.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang