"Ternyata sebelum gua bertindak mereka udah bertindak duluan"
Angkasa/Jacob yang saat ini sedang menguasai tubuh Angkasa hanya menampilkan smirknya setelah membaca surat yang terletak tidak jauh dari catatan milik Angkasa.
Mengambil foto yang menampilkan sebuah kalung dan terus memperhatikannya, "Apa udah saatnya gua turun tangan?" Pikirnya dan membakar foto itu dengan korek api yang selalu dia simpan di laci WIC. Terus memperhatikan foto tersebut yang hampir sepenuhnya terbakar, "Huft" Lalu meniupnya didekat tempat sampah hingga apinya padam dan abunya berserakan.
"Deandra kah?, Menarik" Gumamnya pelan dan berlalu pergi dari kamar menuju perpustakaan karena sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 1 pagi.
Berjalan santai ke ujung perpustakaan, mengambil laptop dan menyalakannya. Sambil menunggu laptop tersebut nyala dia juga membuka lembaran buku catatan miliknya.
"Kita mulai semuanya" Gumamnya pelan dan mulai mengetikkan kode rumit dilaptopnya.
Setelah memastikan semuanya aman barulah dia memulai aksinya, tersenyum ketika sudah mulai menemukan apa yang dia inginkan.
"Tujuan kita semua sebenarnya sama, yaitu menghancurkan Jenia dan juga Demon" Ucapnya sambil mencatat apa saja yang penting di dalam informasi yang dia dapatkan.
"Ternyata semakin dibiarin mereka semakin ngelunjak ya" Lanjutnya sambil terkekeh pelan.
Jacob terus mencari semua informasi yang dia butuhkan agar menguatkan teorinya dan berhasil menyelesaikan semua tugasnya.
"Angkasa. Setelah gua tau siapa orangtua kandung lu, gua gak akan segan membunuh siapapun yang pantas gua bunuh" Ucapnya sambil menatap senang buku catatan miliknya yang sudah dia susun daftar nama orang yang akan dia bunuh dikemudian hari.
Jacob diam dan menerawang jauh dengan apa yang akan dia lakukan, menghela nafas panjang, kembali mengetikkan kode rumit dan menutup laptopnya.
"Kali ini gua yakin sama apa yang gua perbuat" Ucapnya walaupun sedikit ragu, "Angkasa. Setelah penderitaan pasti ada kebahagiaan bukan?, Gua yakin semuanya bakal happy ending. Tapi gua gak bisa menjamin itu semua, karena semua yang bakal gua lakuin selalu berakibat fatal. Tapi kalo gua gak turun tangan gua takut nyawa lu taruhannya" Lanjutnya dengan suara yang sangat lirih.
Mengembalikan laptop tersebut ketempat semula barulah Jacob beranjak keluar kembali menuju kamar.
Jacob masuk WIC dan menaruh buku catatan miliknya, berjalan menuju meja belajar dan mengeluarkan buku catatan milik Angkasa, lalu dia menuliskan pesan untuk dibaca anak itu.
Tersenyum setelah mengembalikan buku catatan tersebut dan beranjak menuju kasur, merebahkan tubuhnya sambil menatap langit-langit kamar.
"Semuanya bakal baik-baik aja. Lacava, Deandra, Demon, dan Jenia. semuanya kini sudah bertindak secara perlahan. Dan kini, Jacob juga akan bertindak secara diam-diam" Gumamnya pelan sebelum menutup mata.
.
.
.
Angkasa terdiam setelah membaca catatan miliknya, bahkan dia menemukan foto yang kemaren dia selipkan di catatan miliknya kini sudah hancur terbakar di tong sampah kamarnya.
"Jadi hari ini hari terakhir Angkasa bisa bebas ya bang?, Dan besok Abang bakal nguasain Angkasa buat mastiin mereka orangtua kandung asa atau bukan?" Gumamnya pelan saat membaca pesan yang dituliskan oleh bang J.
Angkasa tersenyum, dia gak pernah marah samasekali dengan apa yang dilakukan oleh bang J jika itu yang terbaik untuk dirinya. Dia malah bersyukur karena didalam tubuhnya ada seseorang yang selalu melindunginya. Bang J bener, orang yang mengirimkannya surat belum tentu orang baik, bisa jadi kan itu jebakan untuk menghancurkan papanya karenakan musuh Lacava itu sangat banyak, dan kali ini mungkin dirinya yang sedang diincar oleh musuh Papanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen FictionAngkasa Nick. Dia tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua, tinggal hanya berdua bersama bundanya tapi tidak pernah merasakan kebahagiaan. Hingga suatu hari dia dijual oleh bundanya dan dibeli oleh seseorang yang sedikit merubah hidupnya. Kelua...