53. Kudeta

17.3K 1.5K 43
                                    

Kini diruang keluarga sebuah mansion terdapat tiga orang paruh baya berbeda jenis kelamin sedang berkumpul membicarakan suatu kesepakatan. Dua diantaranya adalah pria dan yang satunya lagi adalah wanita.

"Bagaimana? Apakah Lacava ingin bergabung?" Tanya salah satu diantara pria kepada satu-satunya wanita disana.

"Apakah kamu berniat membuat kita melakukan kudeta kepada Lacava?"

"Bukankah memang itu kemauan kalian?, Membunuh semua keturunan Lacava dan menguasai Lacava untuk kalian?" Tanya pria itu lagi.

"Tapi apakah bisa?, Kamu tau sendiri bukan jika Dirga dan keturunannya tidaklah bisa dianggap remeh."

Pria tersebut yang mendengar itu mengangguk setuju, "Tapi kita bisa bekerja sama untuk menghancurkan mereka, terutama Jevan, calon pemimpin Lacava selanjutnya." Ucapnya yang membuat sang wanita menoleh kepada pria yang sedari tadi duduk disebelahnya dan hanya diam karena tidak berminat untuk bergabung dalam pembicaraan.

"Bagaimana?, Jika kalian setuju maka ikuti rencana saya." Kembali pria tadi berucap menatap bergantian pria dan wanita yang duduk dihadapannya ini.

"Lusa, saya akan memberikan kamu kabar." Sang pria yang mendengar itu hanya mengangguk kecil.

"Baiklah jika begitu, saya pamit undur diri, dan saya tunggu kabar baiknya." Sang wanita yang mendengar itu mengangguk dan mengantarkan pria tersebut keluar dari mansionnya, setelahnya dia kembali masuk dan duduk disofa ruang keluarga.

"Apakah kamu yakin Kak?" Tanya sang Pria disana.

"Tidak ada pilihan lain, kita harus menghancurkan keluarga Dirga untuk bisa menguasai Lacava seutuhnya."

"Lalu siapa yang akan memimpin Lacava selanjutnya jika mereka hancur?"

"Saya akan mempersiapkan si kembar."

"Bukankah itu artinya Lacava tetap tidak akan menjadi milik Kakak seutuhnya, ingat bukan siapa kembar itu?"

"Tapi kembar masihlah mengalir darah Kakak, Sandiro." Pria tersebut yang bernama Sandiro hanya diam, menghela nafas berat dan memilih untuk beranjak pergi dari sana.

"Dirga, saya ingin melihat kehancuran kamu beserta keturunan kamu."

.

.

.

Kini dilain tempat, lebih tepatnya diruang tamu sebuah rumah sederhana terdapat keluarga yang terlihat sangatlah bahagia, mereka berbagi kebahagiaan dan kasih sayang satu sama lain, bercengkerama dan bercerita tentang masalalu kepada si bungsu yang dengan setia dan antusias mendengarkannya.

"Pantesan Bang Dean rada mesum, ternyata Papa yang ngajarin." Ucap si kecil sambil beralih menatap Papanya ketika baru saja selesai mendengarkan cerita dari Kavy, dan dirinya juga diberi peringatan agar tidak terlalu dekat dengan Abangnya Dean dan juga Papanya jika ingin aman.

Jevan yang sedang ditatap langsung salah tingkah sendiri, dan segera dia melirik Kavy dengan sangat tajam.

Kavy yang menyadari jika Papanya sedang meliriknya langsung menghela nafas kasar, "Tunggu hukuman kamu." Kavy yang mendengar bisikan berupa ancaman dari belakangnya langsung menoleh dan menelan salivanya gugup ketika melihat Abangnya Luke dan Dean sedang menatapnya tajam, dan jangan lupakan Abangnya Louis yang juga sedang menampilkan seringai yang membuat Kavy semakin gugup.

Kavy segera menggeser tubuhnya ke arah Angkasa dan langsung mendekap tubuh yang lebih kecil, "Tolong Abang Dek, Abang mau dihukum sama Bang Luke."

Angkasa yang tiba-tiba mendengar bisikan itu langsung berdiri, menatap Abang sulungnya yang sedang fokus menonton TV, lalu menunjuk tepat diwajah sang Abang.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang