Angkasa terbangun sambil merintih merasakan sakit di sekujur tubuhnya, beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah selesai barulah dia turun menuju lantai bawah.
'Telah terjadi kecelakaan beruntun di tol Jagorawi km 25, dan salah satu korban dari kecelakaan tersebut merupakan orang penting di dunia bisnis dan mereka adalah Keluarga Kendryz'
Angkasa yang mendengar itu seketika mematung dan berhenti diujung tangga sambil menatap tidak percaya tayangan berita yang saat ini sedang ditonton oleh Abangnya Max.
'2 orang dinyatakan meninggal dunia, yaitu Rafael Savian Kendryz dan Juga sang istri Vania Grace Kendryz, dan kedua anaknya dinyatakan koma dirumah sakit. Banyak yang menduga jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa oleh seseorang, tapi sampai detik ini para polisi tidak mengetahui siapa dalang dibalik kecelakaan tersebut terjadi'
Angkasa mencengkram keras pegangan tangga sambil menangis dalam diam setelah mendengar itu, lalu dia menunduk untuk menutupi tangisannya. Rasanya sangat sakit dan Angkasa tidak menyukai perasaan yang dia alami saat ini. Bahkan Angkasa merasa jika semua ini hanyalah mimpi dan dia masihlah tertidur, yah benar ini semuanya hanyalah mimpi. Angkasa mengangguk membenarkan pikirannya itu sambil menghapus kasar air matanya yang entah kenapa terus mengalir.
"Angkasa?" Panggil Max saat pandangannya tidak sengaja melihat adeknya yang terdiam diujung tangga.
"Hiks.. hiks.." Isakan itu membuat Max mengernyitkan keningnya dan sebelum dia ingin menghampiri Angkasa ada sebuah suara yang mengambil atensinya.
"Tuan Max" Max langsung menatap Joel, asisten pribadinya. Joel yang melihat itu segera maju untuk mengikis jarak diantara keduanya lalu membisikkan sesuatu.
"Markas Magenta dan Deandra telah diserang"
"Siapa?"
Joel yang awalnya binggung langsung menjawab ketika tau apa maksud pertanyaan Tuannya itu, "Deandra diserang oleh Lacava, dan Magenta masih belum diketahui Tuan"
"Kenapa bisa tidak tau?"
"Karena yang diserang hanya penjara bawah tanah, dan mereka berhasil meloloskan Ace" Max yang mendengar itu cukup terkejut, "Apa Tua Bangka sudah disana?" Joel mengangguk sebagai jawaban.
"Perketat penjagaan mansion, dan kamu jaga Angkasa"
"Baik Tuan" Joel menunduk hormat dan menatap kepergian Tuannya, lalu dia beralih menatap Tuan kecilnya yang terlihat tidak baik-baik saja.
"Tuan kecil?" Angkasa yang mendengar itu menoleh dengan airmata yang sudah membasahi seluruh wajahnya, "Apa anda baik-baik saja?"
Angkasa yang mendengar itu hanya tersenyum dan segera berlari menuju lantai 2 menggunakan tangga, lalu masuk kedalam kamar dan meluruhkan tubuhnya didekat kasur, memeluk dirinya sendiri dan kembali menangis.
"Hiks..." Isakan itu terdengar sangat pilu, Angkasa berusaha mengontrol dirinya saat dadanya terasa sakit.
"Tuhan.. kenapa? Kenapa harus Mommy dan Daddy? Hiks.. hiks.."
"Bohong kan?, Semua ini hiks.. bohong kan?" Angkasa terus bertanya tentang kebenaran berita yang baru saja dia dengar dan berharap semua itu hanyalah halusinasinya saja.
Tubuh Angkasa bergetar hebat, nafasnya tidak beraturan dan matanya juga hilang fokus.
"Huh.. huh.." Angkasa mencengkram dadanya sangat erat saat pasokan udara yang dia hirup semakin menipis.
"Ma-ma" Lirihnya pelan saat dia tergelatak tidak berdaya dan melihat foto Mamanya yang cukup besar terpasang didinding dengan menampilkan senyuman teduhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Dla nastolatkówAngkasa Nick. Dia tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua, tinggal hanya berdua bersama bundanya tapi tidak pernah merasakan kebahagiaan. Hingga suatu hari dia dijual oleh bundanya dan dibeli oleh seseorang yang sedikit merubah hidupnya. Kelua...